Penjelasan Obat NSAIDs Farmasi
NSAIDs atau obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) merupakan golongan obat yang digunakan untuk meredakan nyeri peradangan.
Ada 2 golongan besar obat anti-inflamasi, yaitu steroid dan non steroid.
Untuk anti-inflamasi steroid, baca di judul kortikosteroid.
Disini hanya membahas khusus golongan non steroid saja.
Obat anti-inflamasi non steroid, disingkat NSAIDs ada 2 jenis, yaitu selektif dan non selektif.
Perbedaan NSAIDs selektif dan non-selektif didasarkan pada mekanisme kerjanya.
Golongan selektif hanya menghambat enzim COX-2 saja.
Sedangkan yang non-selektif menghambat COX-1 dan COX-2.
Berikut ini gambar skema penggolongan obat anti-inflamasi dan mekanisme kerjanya
Contoh obat golongan NSAIDs non selektif:
- Na-diklofenak atau Kalium diklofenak,
- Indometasin,
- Piroksikam,
- Meloksikan,
- Ibuprofen,
- Asam mefenamat.
Sedangkan NSAIDs selektif contohnya celecoxib.
Kedua golongan obat ini memiliki efek farmakologi yang sama dan diindikasikan untuk meredakan rasa nyeri ringan dan peradangan (inflamasi).
Pertanyaannya adalah, mana yang lebih poten dan aman dari kedua golongan obat ini ?
NSAIDs selektif COX-2 dikembangkan untuk mengatasi efek samping dari NSAIDs non selektif yaitu iritasi lambung.
Insiden iritasi lambung akibat penggunaan NSAIDs non selektif memang cukup tinggi.
Jadi, bila ditinjau dari sisi keamanannya terhadap lambung saja, tentunya selektif COX-2 menjadi pilihan.
Namun, apakah selektif COX-2 sudah pasti jauh lebih aman bila digunakan ?
Mekanisme Kerja NSAIDs non-selektif.
NSAIDs non-selektif memiliki efek sebagai anti-inflamasi melalui penghambatan enzim COX-1 dan COX-2.
Enzim ini berperan dalam mengkatalisis reaksi pembentukkan prostaglandin (PGE2) dan tromboksan dari asam arakidonat.
PGE2 inilah yang merupakan mediator utama pada inflamasi akut.
NSAIDs termasuk dalam golongan analgetik antiinflamasi karena mampu meredakan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat peradangan.
Efek analgetik antiinflamasinya disebabkan karena penghambatan enzim COX-2.
Sedangkan efek samping gangguan gastrointestinal disebabkan karena penghambatan enzim COX-1.
NSAIDs juga memiliki efek antipiretik (penurun demam) melalui penghambatan sintesis prostaglandin E2 (PGE2), yang memicu hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh.
Hal ini mirip kerjanya denganparasetamol.
NSAIDs dimetabolisme sebagian besar di hati.
Tiap jenis obat golongan NSAIDs memiliki half-life (t½) dan bioavailabilitas yang bervariasi.
Oleh sebab itu tiap obat memiliki regimen dosis yang berbeda pula.
Mekanisme Kerja NSAIDs Selektif COX-2.
Selektif COX-2 menghambat enzim COX-2 sehingga mediator radang prostaglandin tidak terbentuk.
Pada penggunaan klinis, baik NSAIDs selektif dan non-selektif sering digunakan untuk meredakan nyeri pada peradangan sendi osteoarthritis/ rheumatoid arthritis), peradangan lokal, nyeri otot skeletal kronik.
Perbandingan Efek Samping NSAIDs non selektif dan selektif
.Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan NSAIDs non-selektif adalah iritasi lambung.
Hal ini dikarenakan mekanisme kerja NSAIDs non-selektif yang memblok COX-1. Fungsi prostaglandin yang dibentuk dari asam arakidonat melalui bantuan enzim COX-1 adalah melindungi mukosa lambung.
Bila COX-1 dihambat oleh NSAIDs maka prostaglandin tidak terbentuk. Terjadilah iritasi atau tukak lambung.
Untuk memperkecil resiko efek samping ini, maka sebaiknya NSAIDs diminum setelah makan (1 jam setelah makan) dan bisa diberikan gastroprotektif agent seperti
- Proton pump inhibitor (PPI),
- Sukralfat,
- Antagonis H₂ reseptor.
PPI memiliki efektivitas yang sama dengan misoprostol (analog prostaglandin, PGE1).
Namun bila dibandingkan dengan antagonis reseptor H₂ (simetidin, famotidin, ranitidin), PPI lebih kuat menekan produksi asam.
Untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada artikel PPI dan antagonis reseptor H₂, mana yang efektif .
Contoh obat golongan PPI: lansoprazol (15-30 mg/ hari), omeprazol (20-40 mg/hari), Pantoprazol (40 mg/hari), Rabeprazol (20 mg/ hari).
Sukralfat (2 x sehari 2g) merupakan senyawa yang bekerja melindungi mukosa lambung dengan cara membentuk lapisan pelindung mukosa.
Insiden iritasi lambung sangat rendah pada penggunaan obat golongan selektif COX-2 (celecoxib).
Namun bukan berarti golongan obat ini lebih aman.
Efek samping yang dimiliki oleh obat ini adalah meningkatkan resiko infark miokardium, Aterosklerosis, stroke iskemik, dan hipertensi.
Hal tersebut disebabkan karena ketidakseimbangan jumlah kadar prostaksiklin (vasodilator dan anti-trombosis) dan tromboksan (vasokonstriktor dan trombosis) akibat kerja inhibitor selektif COX-2.
Enzim COX memiliki 2 isoform yaitu COX-1 dan COX-2.
COX-1 secara konstitutif dibiosintesis dalam tubuh.
Fungsinya adalah memediasi pembentukan tromboksan secara endogen, dimana tromboksan memicu terjadinya vasokonstriksi dan agregasi platelet.
COX-2 dibentuk ketika terjadi inflamasi (peradangan).
COX-2 memediasi pembentukan prostaglandin sebagai adanya respon inflamasi yang merupakan vasodilator dan anti-trombosis.
NSAIDs non selektif menghambat COX-1 dan COX-2 sehingga kondisi tromboksan dan prostaksiklin tetap seimbang.
Tetapi, Inhibitor COX-2 menyebabkan kadar tromboksan meningkat.
Kadar tromboksan yang meningkat menyebabkan vasokonstriksi dan trombosis (agregasi platelet) yang dapat memicu:
- Aterosklerosis,
- Infark miokardium,
- Stroke iskemik,
- Hipertensi.
Inilah efek buruk dari obat inhibitor selektif COX-2.
Disini saya juga akan menyediakan dasar referensi yang saya gunakan yaitu
- Selective COX-2 Inhibitors and Risk of Cardiovascular
- Events Risks versus Benefits of Cyclooxygenase-2-selective Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs
Berdasarkan pertimbangan efek samping dari kedua golongan obat di atas, maka NSAIDs non selektif lebih direkomendasikan untuk digunakan sebagai anti-inflamasi.
Namun, harus dipertimbangkan juga efek sampingnya yaitu iritasi lambung.
Selain iritasi lambung, efek samping lainnya adalah NSAIDs dapat memperparah serangan asma .
Kombinasi NSAIDs non selektif dan inhbitor selektif COX-2 tidaklah efektif dan tidak aman bagi pasien.
Ada pertimbangan yang harus diperhatikan sebelum meresepkan obat golongan NSAIDs baik selektif maupun non selektif, yaitu fungsi hati dan ginjal serta penggunaan pada pasien lansia.
Disfungsi hati dan ginjal akan menurunkan laju eliminasi obat. Itu sebabnya, dosis perlu diturunkan. Begitu juga pada pasien lansia.
NSAIDs selektif dan non selektif sama-sama beresiko menyebabkan nefrotoksik.
Maka hati-hati penggunaannya pada pasien lansia dan gagal ginjal.
Baiklah cukup sekian dulu, semoga bermanfaat. Terimakasih.
0 Response to "Penjelasan Obat NSAIDs Farmasi"
Post a Comment