Download Laporan Kimia Organik Protein
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Protein adalah molekul organik yang terbanyak didalam sel.
Lebih dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Selain itu, protein
adalah biomomekul yang sesungguhnya, karena senyawa ini menjalankan berbagai
fungsi dasar kehidupan.
Secara kimiawi, protein adalah heterobiopolimer yang
terdiri atas satuan-satuan monomer yang disebut asam amino yang dihubungkan
oleh ikatan peptida. Suatu protein dapat mengendap atau terkoagulasi oleh
beberapa senyawa seperti laruatan asam, basa garam dan pelarut organik.
Beberapa protein merupakan komponen utama dari jaringan
struktur (otot, kulit, kuku, rambut). Protein lain mengangkut molekul dari satu
bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup. Masih ada lagi yang bertindak
sebagai katalis dalam banyak reaksi biologis yang diperlukan untuk
mempertahankan hidup. Ada protein mudah larut dalam air, tetapi ada pula yang
sukar larut dalam air. Pada percobaan kali ini akan dibuktikan apakah suhu,
keasaman/pH dan garam-garam organik atau anorganik dapat memengaruhi
sifat-sifat protein, misalnya struktur dan kelarutannya.
Protein
memiliki umumnya larut jika dilarutkan di dalam air, garam, asam, basa, dan
pelarut-pelarut organik seperti etanol, kloroform, dan eter. Protein dapat
mengalami denaturasi yaitu perubahan dan perusakan yang terjadi pada struktur
protein dan dapat mengalami koagulasi yaitu penggumpalan yang terjadi pada
molekul protein yang biasanya diawali dengan terjadinya denaturasi.
Dalam percobaan kali ini
kita akan membedakan beberapa sifat protein dengan melakukan beberapa percobaan
yang akan dipraktikumkan. Dan yang akan di praktikumkan dalam percobaan kali
ini untuk mengetahui sifat-sifat protein yaitu mengetahui pengaruh
pereaksi-pereaksi terhadap kelarutan protein itu sendiri, sifat dari koagulasi
protein dan mengetahui sifat-sifat protein dengan ion-ion logam.
1.2
Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Mengenal beberapa sifat protein berdasarkan reaksi kimia.
1.2.2 Tujuan
1. Menentukan
kelarutan protein dalam air, senyawa asam, senyawa basa, dan garam.
2. Menentukan
reaksi pada koagulasi protein.
3. Menentukan
reaksi protein dengan logam-logam berat.
1.3
Prinsip Percobaan
Penentuan sifat-sifat protein reaksi antara putih telur
(Albumin) dengan bebrapa pereaksi tertentu.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Umum
Kata protein berasal dari protos
atau porotes yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen
penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel merupakan
pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi
sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh (Anra
Poedjiadi, 1994).
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti
"yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks
berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus ( F.G.Winarno : 1997).
Protein adalah biopolymer yang terdiri atas banyak asam
amino yang berhubungan satu dengan yang lainnya lewat ikatan amida (peptida).
Asam amino mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus karboksil
yang terikat pada atom karbon yang sama. Atom karbon yang mengikat gugus amino
adalah atom karbon α terhadap karboksil, karenanya dapat disebut asam α amino
karboksilat. Rumus umum asam amino ditunjukkan sebagai berikut, (Tim Dosen
Kimia Dasar. 2005)
Protein merupakan suatu zat
makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi
sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebgai zat pembangun dan
pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O,
N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung
pula fosfor dan garam dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti
besi dan tembaga.Sebagai zat pembangun protein merupakan bahan pembentuk
jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan
proses pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran, pada masa kehamilan
proteinlah yang membentuk jaringan janin dan embrio. Protein juga mengganti
jaringan tubuh yang rusak dan perlu dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh
ialah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang lama
(Winarno : 1997).
Protein merupakan salah satu makronutrien. Tidak berarti
bahan maktronutrien lain (lemak dan karbohidrat). Protein ini adalah
strukturnya yang mengandung N, disamping C, H, O (seperti juga karbohidrat dan
lemak), S kadang-kadang P, Fe, dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan
protein). Dengan demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik
untuk menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan
kandungan N yang ada dalam bahkan makanan atau bahan lain. Apabila unsur N ini
dilepaskan dengan cara destruksi (perusakan bahan sampai terurai
unsur-unsurnya) dan N terlepas ditentukan jumlahnya secara kuantitatif (dengan
titrasi atau dengan cara lain) maka jumlah protein dapat ditentukan (Sudarmadji
: 1989).
Dalam kehidupan protein memegang peranan penting
pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsunng dengan baik karena adanya
enzim, protein yang berfungsi sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin
dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dari paru-paru keseluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein.
Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri atau penyakit atau
antigen disebut juga protein. (Anra Poedjiadi : 1994)
Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal
dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein
hewani, sedangkan dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber
protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, gandum, jagung, dan
buah-buahan (Anra Poedjiadi : 1994)
Struktur asam amino di alam kebanyakan merupakan
struktur asam amino alfa, yaitu asam amino organik (alfa COOH) atau gugus
karboksil yang mengandung gugus amino (-NH2) dan atom H yang
diikatkan pada karbon alfa. Struktur ini dalam larutan pH fisiologis berada
dalam keadaan dipolar atau disebut zwitterion
akibat gugus COOH terdeprotonisasi dan bermuatan negatif serat gugus –NH2
dipolar terprotonisasi dan bermuatan positif (Abdul Toha Hamid : 2001)
Di alam sekitar 300 jenis asam amino. Namun hanya 20
jenis asam amino yang digunakan sebagai penyusun protein. Sementara itu asam
amino sendiri tersusun dari sedikitnya 4 jenis atom yaitu C, H, O, dan N.
Beberapa asam amino lain mengandung S, P, dan lain-lain (Abdul
Toha Hamid : 2001)
Ditinjau dari strukturnya protein dapat dibagi dalam dua
golongan besar, yaitu golongan protein sederhana dan golongan gabungan. Yang dimaksud dengan protein sederhana ialah
protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino, sedangkan protein
gabungan ialah protein yang terdiri atas protein dalam gugus bukan protein.
Gugus ini disebut prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid, atau asam
nukleat (Anna Poedjaji, 1994)
Yang dimaksud dengan protein gabungan ialah protein yang
berikatan dengan senyawa yang bukan protein. Gugus bukan protein ini disebut
gugus prostetik. Ada beberapa jenis protein gabungan antara lain mukoprotein,
glikoprotein, dan nucleoprotein (Anna Poedjaji,
1994)
rotein adalah zat yang dibentuk oleh sel-sel yang hidup.
Lebih dari separuh zah-zat yang berbentuk padat didalam jaringan-jaringan
manusia dan hewan mamalia terdiri atas protein. Protein mempunyai peranan yang
penting karena protein bertanggung jawab untuk menggerakkan otot-otot, protein
hemoglobin mempunyai peranan mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan ke
seluruh tubuh, sehingga protein sangat penting untuk masing-masing individu
(Sastrohamidjojo H, 2002).
Protein kebanyakan merupakan senyawa yang amorph, tak
berwarna, dimana ia tak mempunyai titik cair atau titik didih yang tertentu.
Protein tidak larut di dalam cairan-cairan organik. Bila dilarutkan dalam air
akan memberikan larutan koloidal. Protein diendapkan atau mengalami “salted
out” dari larutannya bila ditambah dengan garam-garam anorganik (Na2SO4,
NaCl) dan juga dengan menggunakan pelarut-pelarut organik yang larut dalam
dalam air (alkohol, aseton), pengendapan in bersifat dapat balik
(Sastrohamidjojo H, 2002).
Protein juga merupakan polimer dengan asam-asam amino
sebagai monomer. Dua asam amino berikatan melalui ikatan peptide dengan melepas
satu molekul air. Protein merupakan polipeptida yang pada bagian tengah adalah rantai panjang
dengan salah satu ujungnya adalah gugugs karboksilat dan ujung yang lain adalah
gugus amina (Rohman Abdul, 2006).
Protein sangat cenderung mengalami beberapa bentuk
perubahan-perubahan yang dinyatakan sebagai denaturasi. Perubahan-perubahan ini
disebabkan karena protein peka terhadap panas, tekanan yang tinggi, alkohol,
alkali, urea, KI, asam dan pereaksi-pereaksi tertentu lan. Denaturasi sering
meliputi perubahan-perubahan kimia dalam molekul protein. Protein yang telah
mengalami denaturasi kelarutannya selalu lebih kecil dari bentuk aslinya, dan
aktivitas fisiologi aslinya hilang. Juga kemungkinan keadaan dalam bentuk
Kristal hilang, sedangkan protein yang tidak mengalami denaturasi telah ada
yang dapat dikristalisasikan. Baik denaturasi maupun endapan efek totalnya
dikenal sebai penggumpalan atau koagulasi (Rohman Abdul, 2006).
Protein
dapat berfungsi sebagai berikut :
1. Penyusun
senyawa biomolekul seperti nucleoprotein (terkandung dalam inti sel, tepatnya
kromosom), enxim, hormone, antibody dan sarana kontraksi otot.
2. Pembentukan
sel-sel baru
3. Pengganti
sel-sel pada jaringan yang rusak
4. Sebagai
sember energi.
(Sastrohamidjojo
H, 2002)
Keistimewaan pada struktur protein adalah adanya atom
nitrogen (N). dengan demikian, salah satu cara terpenting yang cukup spesifik
untuk analisis kuantitatif protein adalah dengan penentuan kandungan N yang ada
dalam bahan makanan atau bahan lain (Soewoto Hafiz, 1999).
Adapun
sifat-sifat protein adalah sebagai berikut :
1. Tidak
menunjukkan titik cair tertentu dan tidak dapat disuling.
2. Kebanyakan
bersifat koloid hidrofil
3. Larutan
protein dapat diendapkan dengan penambahan larutan pekat NaCL, MgSO4,
(NH4)2SO4, alkohol, aseton, asam dan basa.
4. Oleh
asam-asam encer semua ikatan peptida protein akan dipecahkan secara hidrolisis
menjadi asam-asam amino.
(Zaenal Abidin, 2011)
2.2
Uraian
Bahan
1. Aquadest
( Dirjen. POM.FI.III.1979: 96)
Nama resmi :
AQUA DESTILLATA
Nama lain :
Air Suling
RM / BM :H2O
/ 18,02
Rumus Struktur :H-O-H
Pemerian :cairan
jernih , tidak berwarna, tidak berbau,tidak mempunyai rasa
Penyimpanan :Dalam
wadah tetutup baik
Kegunaan :
Sebagai Pelarut
2. AgNO3
(Dirjen.POM FI III,.1979)
Nama Resmi :
ARGENTI NITRAS
Nama Lain :Perak
Nitrat
RM / BM :
AgNO3 / 169,87
Pemerian :Hablur
transparan atau serbuk hablur berwarna
putih , tidak berbau, menjadi gelap jika kena cahaya
Kelarutan :Sangat
mudah larut dalam air , larut etanol (95%)
Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Sebagai pereaksi
3. NaCl
(Dirjen POM, 1979)
Nama resmi :
NATRII CHLORIDUM
Nama lain :
Natrium Klorida
RM / RM :
NaCl / 58,44
Pemerian :
Habur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk halus putih ,tidak berbau dan
rasa asin
Kelarutan :
Larut dalam 2,8 bagian air,dalam 2,7 bagian air mendidih dan lebih kurang dalam
10 bagian gliserol, sukar larut dalam etanol 95% P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Sebagai pereaksi
4. FeCl3
( Dirjen POM edisi III, 1979)
Nama resmi :
FERII CHLORIDUM
Nama lain :
Besi (III) klorida
BM / RM :
162,2 / FeCl3
Pemerian :
Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam
nitrat yang telah terpengaruhi oleh kelembaban.
Kelarutan :
Larut dalam air, larutan beropalesensi berwarna jingga.
Kegunaan :
Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
5. HCl
(Dirjen POM edisi III, 1979)
Nama Resmi :
ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama Lain :
Asam Klorida
BM / RM :
36,46 / HCl
Pemerian :
Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan dengan 2
bagian air asap dan bau hilang
Kelarutan :
Larutan yang sangat encer masih
bereaksi dengan asam kuat terhadap
kertas lakmus
Kegunaan :
Sebagai zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
6. Na2CO3
(Dirjen POM edisi III, 1979)
Nama Resmi :
NATRII CARBONAS
Nama Lain :
Natrium Karbonat
BM / RM :
124 / Na2CO3
Pemerian :
Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan
dengan 2 bagian air asap dan bau hilang
Kelarutan :
Larutan yang sangat encer masih bereaksi dengan asam kuat terhadap kertas
lakmus
Kegunaan :
Sebagai zat tambahan
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup rapat
7. HNO3
( Dirjen POM edisi III, 1979)
Nama lain :
Asam nitrat
BM / RM :
162,2 / FeCl3
Pemerian :
Cairan berasap, jernih,
tidak berwarna
Kelarutan :
Larut dalam air,
larutan beropalesensi berwarna jingga.
Kegunaan :
Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
8. CuSO4
( Dirjen POM edisi III, 1979)
Nama lain :
Tembaga (II) Sulfat
RM :
CuSO4
Pemerian :
Prisma triklinik atau
serbuk hablur, biru
Kelarutan :
Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3
bagian gliserol P, sangat sukar larut
dalam etanol (95%).
Kegunaan :
Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
9. Pb(NO3)2
( Dirjen POM edisi III, 1979)
Nama lain :
Timbal (II) Nitrat
RM :
Pb(NO3)2
Pemerian :
Hablur tidak berwarna atau putih atau serbuk hablur putih
Kelarutan :
Larut alam air, larutan jernih dan tidak
berwarna.
Kegunaan :
Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
10. NaOH (
Dirjen POM edisi III, 1979)
Nama resmi :
NATRII HYDROXYDUM
Nama lain :
Natrium Hidroksida
BM/RM :
40,00/NaOH
Pemerian :
Bentuk batang, butiran, massa
hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan
susunan hablur, putih, mudah meleleh basah,
sangat alkalis dan
korosif, segera menyerap karbondioksida
Kelarutan :
Sangat mudah larut
dalam air dan etanol (95%)
Kegunaan :
Sebagai pereaksi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
11. Albumin
( Dirjen POM Edisi III, 1979)
Nama
resmi : ALBUMINUM
Nama
lain : Albumin
Pemerian : Cairan jernih warna
coklat merah sampai coklat jingga tua
tergantung dari kadar protein.
Keasaman : kebasaan pH 6,7 – 7,3
Penetapan
kadar : encerkan sejumlah
volume dengan air secukupnya hingga diperoleh larutan dengan kadar protein
lebih kurang 5 % b/v
dan lanjutkan menurut cara penetapan
yang tertera pada plasma desiccata.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup kedap,
pada suhu antara 2o dan 25o,
terlindung dari cahaya.
Khasiat : zat penyangga
volume darah.
2.3
Prosedur
Kerja (Anonim, 2015)
1. KELARUTAN
PROTEIN
Isi 4 buah tabung reaksi masing-masing dengan 3 ml larutan
putih telur. Ke dalam tabung reaksi yang pertama ditambahkan 3 ml air. Kedalam
tabung reaksi ke dua tambahkan 3 ml larutan NaOH 2 M. ke dalam tabung reaksi
ketiga tambahkan 3 ml larutan Na2CO3 0,1 M. ked ala,
tabung reaksi ke empat tambahkan 3ml HCL 0,1 M. Amati perubahan-perubahan yang
terjadi.
2. KOAGULASI
PROTEIN
Isi tabung reaksi dengan 3 ml larutan putih telur.
Tambahkan 2 ml larutan (HNO3) 2 M, amati perubahan yang terjadi.
Panaskan tabung reaksi perlahan-lahan. Dinginkan dan tambahkan NaOH 2 M. Amati
perubahan yang terjadi.
3. REAKSI
DENGAN ION-ION LOGAM
Isi tabung reaksi masing-masing 3 ml larutan putih telur
(1:1). Ke dalam tabung reaksi pertama
tambahkan beberapa tetes larutan AgNO3
0,1 M dan amati perubahan yang terjadi. Kedalam tabung reaksi kedua tambahkan
beberapa tetes larutan CuSO4 0,1 M, amati perubahan yang terjadi.
Kedalam tabung reaksi ketiga tambahkan beberapa tetes larutan NaCl 0,1 M. Amati
perubahan yang terjadi. Kedalam tabung reaksi ke empat tambahkan beberapa tetes
larutan FeCl3 0,1 M. Amati perubahan yang terjadi. Kedalam tabung
reaksi ke lima tambahkan beberapa tetes larutan Pb(NO3)2
0,1 M. Amati perubahan yang terjadi.
BAB 3
METODE KERJA
3.1
Alat
1. Bunsen
2. Gegep Kayu
3. Pipet skala
4. Pipet tetes
5. Rak tabung
6. Tabung reaksi
a.
Bahan
1. Larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 M
2. Larutan Asam Nitrat (HNO3) 2 M
3. Larutan Ferri Klorida ( FeCl3 ) 0,1 M
4. Larutan Kupri Sulfat ( CuSO4 ) 0,1 M
5. Larutan Natrium Karbonat (Na2CO3) 0,1 M
6. Larutan Natrium Klorida ( NaCl ) 0,1 M
7. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 2 M
8. Larutan Perak Nitrat (AgNO3) 0,1 M
9. Larutan Plumbo Nitrat ( Pb(NO3 )2 )
0,1 M
10. Putih telur bebek (albumin)
3.3
Cara
Kerja
1. Kelarutan
Protein
Diisi empat buah tabung reaksi dengan 3 ml
putih telur. Ditambahkan pada tabung reaksi pertama 3 ml air. Ditambahkan pada
tabung reaksi kedua 3 ml larutan natrium hidroksida (NaOH) 2 M. Ditambahkan
pada tabung reaksi ketiga 3 ml natrium karbonat (Na2CO3)
0,1 M. Ditambahkan pada tabung reaksi keempat 3 ml larutan asam klorida (HCl)
0,1 M. Dihomogenkan masing-masing tabung reaksi. Diamati perubahan yang
terjadi.
2. Koagulasi
Protein
Diisi tabung reaksi 3 ml putih telur.
Ditambahkan ke dalam tabung reaksi 2 ml HNO3. Diamati perubahan yang
terjadi. Dipanaskan tabung reaksi perlahan-lahan. Didinginkan tabung reaksi
beberapa saat. Ditambahkan kedalam tabung reaksi NaOH 2 M. Diamati perubahan
yang terjadi.
3. Reaksi
dengan ion-ion logam
Disiapkan 5 buah tabung reaksi. Ditambahkan ke
dalam masing-masing tabung reaksi 3 ml putih telur. Ditambahkan ke dalam tabung
reaksi pertama 3 ml AgNO3 0,1 M. Ditambahkan ke dalam tabung reaksi
kedua NaCl 0,1 M. Ditambahkan ke dalam tabung reaksi ketiga 3 ml FeCl3
0,1 M. Ditambahkan ke dalam tabung reaksi keempat 3 ml CuSO4.
Ditambahkan kedalam tabung reaksi kelima 3 ml Pb(NO3)2
0,1 M. Diamati perubahan yang terjadi pada maing-masing tabung reaksi.
BAB
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
4.1.1 Data Pengamatan
1. Kelarutan
protein
Putih
telur dengan pelarut
|
Pengamatan
|
|
Tidak
Larut
Tidak
Larut
Tidak
Larut
Tidak
Larut
|
2. Koagulasi
protein
Putih
telur dengan pelarut
|
Pengamatan
|
3. pada
bagian bawah tabung reaksi
4. pada
bagian atas tabung reaksi
|
Denaturat
putih
Koagulat
putih
Denaturat
putih
Koagulat
putih
|
3. Reaksi
dengan ion-ion logam
Putih
telur dengan pelarut
|
Pengamatan
|
|
Denaturat
putih
Koagulat
kehijauan
Denaturat
putih
Koagulat
orange
Koagulat
putih
|
4.1.2 Reaksi
1. Kelarutan Protein
a. Albumin dengan H2O
O O O O
║ ║ ║ ║
HN—CH—C—N—CH—C—OH + H2O → H3N+—CH—C—NH—CH—C—O-
│ │
│ │
R R R R
b. Albumin dengan NaOH
O O O O
║ ║ ║ ║
H2N—CH—C—NH—CH—C—OH + NaOH → H2N—CH—C—NH—CH—C—Ona + H2O
│ │ │ │
R1 R2 R1 R2
c. Albumin dengan HCl
O O O O
║ ║ ║ ║
H2N—CH—C—NH—CH—C—OH
+ HCl → H2N—CH—C—NH—CH—C—OH
+ Cl-
│ │ │ │
R1 R2 R1 R2
d. Albumin dengan Na2CO3
O O O O
║ ║ ║ ║
2H2N—CH—C—NH—CH—C—OH+
Na2CO3 → 2H2N—CH—C—NH—CH—C—ONa + H2CO3
│ │ │ │
R1 R2
R1 R2
2. Koagulasi Protein
a. Albumin dengan HNO3
O O O O
║ ║ ║ ║
H2N—CH—C—NH—CH—C—OH
+ HNO3 → H2N—CH—C—NH—CH—C—OH
+ HNO3
│ │ │ │
R1 R2
R1
R2
b. Albumin
didinginkan + NaOH
O O O O
║ ║ ║ ║
H2N—CH—C—NH—CH—C—OH
+ NaOH → H2N—CH—C—NH—CH—C—ONa
+ H2O
│ │
│ │
R1 R2 n R1 R2
3. Reaksi dengan Ion – Ion Logam
a. Albumin dengan AgNO3
O O O O
║ ║ ║ ║
H2N—CH—C—NH—CH—C—OH- + AgNO3 → H2N—CH—C—NH—CH—C—OAg
+ HNO3
│ │
│ │
R1 R2
R1
R2
b. Reaksi dengan CuSO4
O O
O O
║ ║ ║ ║
H2N—CH—C—NH—CH—C—OH- + CuSO4 → H2N—CH—C—NH—CH—C
│ │
│ │ │
R1 R2 R1 R2 O
\
Cu + H2SO4
/
H2N—CH—C
│
║
R O
c. Albumin dengan NaCl
O O O O
║ ║ ║ ║
H2N—CH—C—NH—CH—C—OH + NaCl → H2N—CH—C—NH—CH—C—ONa +
HCl
│ │
│ │
R1 R2 R1 R2
d. Albumin dengan
FeCl3
O O O O
║ ║ ║ ║
H2N—CH—C—NH—CH—C—OH + CuSO4 → H2N—CH—C—NH—CH—C
│ │
│ O │
\
R1 R2
R1 ║ R2 O
H2N—CH—C
│Fe + 3HCl
O
│
O
/
H2N—CH—C
│
║
R O
e. Albumin dengan Pb(NO3)2
O O
O O
║ ║ ║ ║
H2N—CH—C—NH—CH—C—OH + Pb(NO3)2 → H2N—CH—C—NH—CH—C
│ │
│ │ │
R1 R2 R1 R2 O
\
Pb+2HNO3
/
H2N—CH—C
│ ║
R O
1.2
Pembahasan
Praktikum ini mengamati tentang
sifat-sifat protein terhadap berbagai perlakuan seperti pemanasan, penambahan
bahan kimia dan pengendapan dengan logam berat. Pengujian kelarutan protein
terhadap pemanasan dilakukan dengan menggunakan putih telur serta sebagai
materi uji. Pada pengujian kelarutan protein terhadap pemanasan, putih telur
mengalami perubahan secara fisik setelah pemanasan. Sebelum pemanasan bentuk
putih telur tersebut berupa cairan kental, setelah pemanasan putih telur
tersebut berubah menjadi lebih kaku dan berwarna putih.
Hal ini dikarenakan terjadinya
denaturasi protein dari ketiga putih telur tersebut yang dapat merubah
sifat protein menjadi lebih sukar larut dan makin kental. Keadaan ini disebut
koagulasi. Proses pemanasan menyebabkan protein telur terdenaturasi sehingga
serabut ovomucin terurai menjadi struktur yang lebih sederhana Interaksi antara
protein dan panas mengakibatkan terjadinya koagulasi protein. Umumnya protein
mengalami denaturasi dan koagulasi pada rentang suhu sekitar 55-75 C.
Pada percobaan pertama yaitu
kelarutan albumin dalam air, dalam larutan basa, larutan asam, dan dalam
larutan garam. Berdarkan hasil percobaan albumin tidak larut dalam air ,
larutan basa, larutan asam, dan dalam larutan garam. Sedangkan berdasarkan teori,
albumin akan larut dalam air karena albumin merupakan protein globular dimana
molekul-molekulnya tidak rapat atau tersusun dalam aturan tertentu. Albumin
dalam air akan terurai menjadi gugus karboksil dan gugus amina yang memiliki
sifat kepolaran yang dapat membentuk ikatan hidrogen antara protein dalam air.
Berdasarkan teori albumin juga
larut dalam larutan basa , dimana teori yang menyatakan dalam suasana basa
–COOH melepaskan 1 H+ sehingga menghasilkan –COO- yang bereaksi dengan protein yang mengakibatkan
protein larut dalam basa. Berdasarkan teori pada larutan asam (HCl) albumin
akan larut hanya saja sukar larut, hal ini disebabakan karena penambahan asam
dapat menyebabkan terjadinya denaturasi. Begitu juga dengan Larutan garam (Na2CO3),
berdasarkan teori, albumin larut dalam larutan garam.
Pada
percobaan koagulasi protein, digunakan asam nitrat (HNO3) dan
natrium hidroksida (NaOH) sebagai pelarut. Hasil pengamatan yang diperoleh
adalah albumin atau putih telur mengalami denaturasi atau pemecahan setelah
ditambahkan asam nitrat (HNO3) + dipanaskan dan mengalami koagulasi
saat didinginkan + NaOH, denaturasi terjadi karena pengaruh sifat asam dari
asam nitrat (HNO3), karena denaturasi pada putih telur dapat dipengaruhi oleh pH, suhu, tekanan dan
lain-lain. Sifat asam dari asam nitrat (HNO3) menyebabkan protein
pada putih telur mencapai ph isoelektris yaitu keadaan dimana protein memiliki
muatan positif dan negative yang sama, pemanasan yang dilakukan juga
menyebabkan denaturasi karena panas mengacaukan ikatan hidrogen protein dan
berdampak pada perubahan strukturnya yaitu protein akan membuka lipatannya dan
menghasilkan suatu endapan berupa zat padat putih hal ini bersifat
irreversibel. Sedangkan koagulasi yang terjadi setelah didinginkan merupakan
hasil dari denaturasi yang disebut diatas, koagulasi adalah denaturasi protein
akibat panas.
Pada percobaan reaksi dengan
ion-ion logam, putih telur ditambahkan perak nitrat (AgNO3)
menghasilkan denaturasi putih, ditambahkan kupri sulfat (CuSO4)
membentuk koagulan hijau, ditambah natrium klorida (NaCl) menghasilkan
denaturasi putih, ditambahkan ferri klorida (FeCl3) membentuk
koagulan orange, dan ditambahkan Pb(NO3)2 membentuk
koagulan putih. Denaturasi yang terjadi karena dengan adanya logam-logam berat
itu akan terbentuk kompleks garam protein-logam. Kompleks inilah yang membuat
protein akan sulit untuk larut, logam berat juga dapat menarik sulfur pada
protein sehingga mengganggu ikatan disulfida dalam protein dan menyebabkan
protein terdenaturasi.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Albumin tidak larut dalam air, larutan asam, larutan basa,
dan larutan garam
2. Sebelum Pemanasan penambahan HNO3 Albumin
mengalami denaturasi, setelah pemanasan dengan penambahan NaOH albumin
mengalami koagulasi . Bagian atas tabung mengalami denaturasi sedangkan bagian
bawah tabung mengalami koagulasi.
3. Reaksi albumin dengan AgNO3 mengghasilkan
Denaturat putih, reaksi dengan CuSO4 menghasilkan koagulat
kehijauan, reaksi dengan NaCl menghasilkan denaturant putih, reaksi dengan FeCl3
menghasilkan koagulat orange, dan reaksi dengan Pb(NO3)2
menghasilkan koagulat putih.
5.2
Saran
Sebaiknya Asisten lebih membimbing praktikan dalam
melakukan praktikum dan mendampingi praktikan sampai percobaan selesai
dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2015. ”Penuntun Praktikum Kimia Organik”. Universitas Muslim Indonesia :
Makassar.
Ditjen POM. 1979. ”Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Hamid, Abdul Toha. 2001. ”Biokimia Metebolisme Molekul”.
Alfabeta : Bandung.
Poedjiaji, Anna. 1994.
“Dasar-Dasar Biokimia”.
Universitas Indonesia, Jakarta
Sudarmadji. 2004. ”Analisa Bahan Makanan dan Pertanian”.
UGM Press : Jogjakarta.
Winarno. F.G. 2004. “Kimia Pangan dan Gizi“. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
0 Response to "Download Laporan Kimia Organik Protein"
Post a Comment