Laporan Fitokimia Kromatografi Kolom Konvensional (KKK)
Laporan Fitokimia Kromatografi Kolom Konvensional Baca juga Laporan
Pewarnaan Gram Pada Mikroba Lengkap Docx
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Wilayah Indonesia merupakan
wilayah yang sangat strategis dan baik untuk pertmubuhan tanaman taman. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya keanekaragaman dari tumbuhan yang dapat dijumpai.
Dan dari berbagai tanaman tersebut, memiliki banyak potensi untuk dijadikan
obat-obat yang berasal dari alam.
Pengobatan tradisional yang
menggunakan bahan-bahan alam telah sangat berkembang hingga saat ini, dan
sangat menarik minat masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan
bahan-bahan alam sebagai obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan obat-obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan senyawa bermanfaat
dari tamanan untuk dapat di manfaatkan secara maksimal.
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen
campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua fasa, fasa gerak yang
membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan cuplikan secara selektif. Bila fasa
gerak berupa gas, disebut kromatografi gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak
berupa zat cair, disebut kromatografi cair
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi
klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan
partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60,
kieselgur, Al2O3, dan Diaion.
Kecepatan
elusi sebaiknya dibuat konstan. Jika kecepatan elusi terlalu kecil maka senyawa-senyawa
akan terdifusi ke dalam eluen dan akan menyebabkan pita makin melebar yang
akibatnya pemisahan tidak dapat berlangsung dengan baik. Pada kromatografi
kolom, tahap pengisian kolom dengan adsorben biasanya merupakan tahapan yang
paling sulit. Pengisian ini harus sehomogen mungkin dan harus benar-benar bebas
dari gelembung udara. Permukaan adsorben harus benar-benar horizontal, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya cacat yang dapat terjadi selama proses
elusi berjalan.
Percobaan
ini dilakukan untuk memisahkan komponen kimia tumbuhan berdasarkan tingkat
kepolaran dengan cara menggunakan gaya gravitasi
B.Maksud praktikum
Adapun
maksud dari peraktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara penggunaan
serta prinsip kerja kromatografi kolom konvensional menggunakan fraksi daun paku hata (Lygodium
circinnatum).
C.Tujuan praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk memisahkan senyawa kimia fraksi daun paku hata (Lygodium
circinnatum) menggunakan kromatografi
kolom konvensional berdasarkan tingkat kepolaran.
Laporan Praktikum Emulsi Lengkap Docx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman Paku
hata (Lygodium circinnatum)
1.
Klasifikasi(Catalogue of Life, 2016)
Regnum : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio :Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Sub
Kelas : Schizaeatae
Ordo : Schizaeales
Famili : schizaeaceae
Genus : Lygodium
Spesies : Lygodium circinatum (Burm.)
Sw.
2.
Nama Lain (Anonim, 2015)
Daerah pasun dan sering di sebut paku hata, daerah pangkep sering
disebut cawing
3.
Morfologi Tanaman ( Holtum, 2001)
Tumbuhan paku merambat
(Schizaeaceae) yang panjangnya dapat mencapai 10 m dan diameter batang 2 – 5 mm.
Bentuk daunnya menjari 2-5 dengan tepi daun bergerigi, pada permukaan
bawahnya terdapat sporangium. Jenis ini memiliki rimpang pendek (£ 10 cm), sedikit berdaging dan
menjalar dalam tanah. Tumbuh subur pada tempat-tempat terbuka dan hutan-hutan
sekunder mulai dari dataran rendah hingga ketinggian 1.500 m.
4.
Kandungan Kimia(Medicinal Herbs Of Pasir Mayang, Jambi : Ethnopharmacyand Toxicity screening,
2004).
Tumbuhan paku
mengandung steroid dan
tidak mengandung saponin dan flavonoid
5.
ManfaatTanaman(Anonim, 2015)
Kegunaan paku ini yaitu batangnya
untuk pembuatan tas tangan, topi, sebagai obat
luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan dan laba-laba
yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat pada paku ini. Juga sebagai obat
luka dari sengatan binatang air yaitu dengan cara menumbuk halus daunnya.
B.Uraian
Praktikum
Kromatografi
kolom adalah suatu metode pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya
adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun
hasil isolasinya. Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadap kromatografi
lapis tipis sebagai pencari kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan
pelarut yang baik sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara
sempurna (Kasiman, 2006).
Kromatografi kolom merupakan metode
kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan
untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi
dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60,
kieselgur, Al2O3, dan Diaion (Handayani, 2008).
Dalam proses
kromatografi selalu terdapat kecenderungan molekul-molekul komponen untuk
melarut dalam cairan,melekat pada permukaan padatan halus,bereaksi secara kimia
dan tereksklusi pada pori-pori fase diam,komponen yang dipisahkan harus larut
dalam fase gerak dan harus mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fase
diam dengan cara melarut di dalamnya,teradsorbsi atau bereaksi secara
kimia,pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun
suatu sampel,hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan analisis
kualitatif dan pemurnian suatu senyawa,dalam beberapa hal metode pemisahan
kromatografi mempunyai kemiripan dengan metode pemisahan ekstraksi,kedua metode
ini sama-sama menggunakan dua fase dimana satu fase bergerak dengan fase
lainya,kesetimbangan solut selalu terjadi dia antara dua fase. ( Alimin dkk,2007 )
Pemisahan
kromatografi kolom didasarkan pada adsorbsi komponen campuran dengan afinita
berbeda-beda terhadap permukaan fase
diam.kromatografi kolom teradsorbsi termasuk pada saat pemisahan cair
padat,substrak padat bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut pada
fase cair,fase geraknya dalah cairan atau pelarut yang mengalir membawa
komponen campuran sepanjang kolom,pemisahan bergantung pada kesetimbangan yang
terbentuk pada bidang antar muka diantara butiran-butiran adsorben dan fase geraknya
serta kelarutan relatif komponen pada fase geraknya,antara molekul dan pelarut
terjadi kompetisi untuk teradsorbsi pada permukaan adsorben dan masuk kembali
pada fase gerak ( yazid,2005 )
Dalam
perkembangan selanjutnya metode KLT tidak hanya digunakan untuk
mengidentifikasi noda akan tetapi juga untuk mengisolasi ekstrak, metode ini
kemudian dikenal sebagai KLT preparatif. Metode ini merupakan salah
satu metode yang paling sederhana dan murah untuk mengisolasi komponen kimia
dari suatu bahan alam. Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan
hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di
bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam
satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fase stationer dan fasa mobile. Fase
stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobile adalah molekul pelarut yang mengisi ruang
antar partikel yang teradsorbsi.Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi
kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan
senyawa organik. (Handayani, 2008).
Prinsip kerja
kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap dari masing-masing
komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di
masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang
lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa
non polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap
dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom (Handayani, 2008).
Kromatografi
kolom merupakan pilihan yang baik jika ingin memisahkan campuran senyawa yang
masih dalam bentuk ekstrak. Alasannya adalah lebih murah dan tidak memakan
waktu yang lama. Hasil dari pemisahan menggunakan kolom kromatografi ini bisa berupa fraksi-fraksi yang masih
berupa campuran, dan bisa juga menghasilkan senyawa yang telah murni. Kadang
kala hanya dengan menggunakan kolom kromatografi, target pemisahan campuran
telah berhasil dilakukan tapi akan mengalami kesulitan jika campuran yang akan
dipisahkan itu jumlahnya sedikit, karena ada kecenderungan campuran tersebut
akan tertinggal pada fase diam (Tobo, 2001).
Cara pembuatannya ada dua macam (Santoso,
2010):
1. Cara kering
yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapas kemudian
ditambahkan cairan pengelusi.
2. Cara basah
yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang
akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara
kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka.
Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen
dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel
dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen.
( Gambar. Alat Kromotografi Kolom Konvensional )
Cara pengisian kolom terbagi dua , yaitu (Santoso,
2010):
1. Cara basah
a. Isi dasar
kolom dengan kapas
b. Masukkan
eluen
c.
Campurkan dengan rata sebagai adsorben dan eluen
d. Jangan
tersentuh atau diguncangkan ± 6 jam
e. Setelah
stabil, masukkan eluen dan zat, lalu keluarkan eluen
2. Cara kering
a. Isi tabung
dengan kapas
b. Masukkan
eluen
c.
Masukkan adsorben kering sedikit demi sedikit
d. Lalu di aduk
Adapun Kelebihan
kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi
preparative digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran digunakan untuk
memisahkan dan purifikasi substansi. Dan Kekurangan kromatografi kolom yaitu
untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan manual. metode ini
sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming) (Santoso,
2010).
Laporan Praktikum Sediaan Larutan
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, botol
coklat, cawan porselin, corong kaca, gelas kimia, klem, kolom kaca, pipet
tetes, sendok tanduk besi, statif, timbangan analitik dan vial.
2.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu
aluminium foil, fraksi daun daun paku hata (Lygodium circinnatum) eluen n-Heksana, dan eluen etil asetat,
kapas, kertas saring, label, silika
gel dan tissue.
B. Cara Kerja
1.
Penyiapan Kolom Kromatografi Kolom Konvensional
Alat-alat perangkat kromatografi kolom dicuci dengan
metanol dan dikeringkan, dirangkai
alat kolom dan ditegakkan dengan bantuan statif dan klem.
2. Pengemasan
suspensi Silika
Ditimbang silika kasar sebanyak 40 gram, Silika
disuspensikan dengan dengan pelarut n-heksan dihomogenkan sampai tercampur merata sampai pelarutnya
menguap semua dan setelah itu dimasukkan ke dalam kolom.
3. Penyiapan
fraksi
Disiapkan alat dan bahan, ditimbang fraksi sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam kolom.
4. Prosedur
Kerja Kromatografi Kolom Konvensional
Disiapkan alat dan bahan;
Kolom yang telah dipasang dimasukkan kapas pada ujung kolom (dasar kolom). Dimasukkan suspensi silika yang telah
disiapkan secara perlahan-lahan; Ditunggu beberapa saat
sehingga mampat.
Dimasukkan kertas saring.
Dimasukkan sampel perlahan-lahan. Dimasukkan perbandingan eluen satu-satu mula
idari non-polar hingga polar, perbandingannya yaitu: kloroform : metanol
10:0, 9:1,
8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9.
Masing-masing eluen dibuat 50 mL; Ditampung dalam vial hingga mencapai volume 5
mL dan dipisahkan berdasarkan warna dan diuapkan serta di profil KLT.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari
praktikum Kromatografi Kolom Konvensional didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Berdasarkan
eluen
No.
|
Fase
gerak ( eluen )
|
Fraksi
|
1.
|
n-heksan (10) : etil
asetat (0)
|
1 – 15
|
2.
|
n-heksan (9) : etil
asetat (1)
|
16-26
|
3.
|
n-heksan (8) : etil asetat (2)
|
27-37
|
4.
|
n-heksan (7) : etil asetat (3)
|
38-47
|
5.
|
n-heksan (6) : etil asetat (4)
|
48-57
|
6.
|
n-heksan (5) : etil asetat (5)
|
58-66
|
7.
|
n-heksan (4) : etil asetat (6)
|
67-76
|
8.
|
n-heksan (3) : etil asetat (7)
|
77-86
|
9.
|
n-heksan (2) : etil asetat (1)
|
87-96
|
10.
|
n-heksan (1) : etil
asetat (9)
|
97-106
|
11.
|
n-heksan (0) : etil
asetat (10)
|
107-116
|
b. Berdasarkan
warna
No.
|
Fraksi
|
Warna
|
Fraksi
|
1.
|
fraksi
1
|
Bening
|
1-22, 25, 26, 27, 28, 29, 32, 33,
34, 35, 36, 37
|
2.
|
fraksi
2
|
agak
keruh
|
27, 30, 31
|
3.
|
fraksi
3
|
keruh
|
23, 24
|
4.
|
fraksi
4
|
agak
kuning
|
38
|
5.
|
fraksi
5
|
kuning
|
39
|
6.
|
fraksi
6
|
kuning pekat
|
40, 41, 42, 43, 44, 45, 46
|
7.
|
fraksi
7
|
hijau
kekuningan
|
47, 48, 72 ,73, 74, 75, 76, 77, 78,
79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97,
113, 114, 115, 116
|
8.
|
fraksi
8
|
hijau
lumut
|
49
|
9.
|
fraksi
9
|
Hijau
Keruh
|
69,
70, 71
|
10.
|
fraksi
10
|
hijau pekat
|
50, 51, 52, 53, 54, 55
|
11.
|
fraksi
11
|
hijau
tua
|
98,
99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112
|
12.
|
fraksi
12
|
hijau
kehitaman
|
56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 65,
66, 67, 68, 69.
|
Kromatografi
adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Cara yang
asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tsweet yang digunakan untuk
pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambil dari
senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang
berwarna tak lama, dan sekarang hampir kebanyakan pemisahan secara kromatografi
digunakan juga untuk senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.
Kromatografi kolom
konvensional adalah metode kromatografi klasik yang sampai saat ini masih
banyak digunakan. Kolom kromatografi digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa
dalam jumlah banyak. Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah
kecenderungan komponen kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase
gerak dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi
Fase diam pada kromatografi
kolom adalah silica gel dan fase geraknya adalah silica gel. Silika gel
digunakan sebagai fase diam karena silika gel memiliki pori-pori dan tidak mudah
bereaksi dengan senyawa-senyawa organic pada kolom. Ekstrak dan n heksan
merupakan senyawa organik polar yang akan diidentifikasi penyusun dan warnanya.
Keuntungan dari kromatografi
kolom konvensional adalah dapat memisahkan kandungan-kandungan kimia dalam
jumlah banyak dan pemisahan senyawanya yang baik. Kerugian dari kromatografi
kolom konvensional adalah proses pemisahnnya membutuhkan waktu yang lama.
Namun,
kromatografi kolom konvensional ini juga memiliki kekurangan beberapa contoh
disebutkan bahwa dalam pengerjaan dengan kromatografi kolom konvensional
apabila ukuran kolom yang digunakan cukup besar maka memerlukan bahan kimia
yang cukup banyak sebagai fasa diam dan fasa bergerak, memerlukan waktu yang
cukup lama hanya untuk memisahkan satu campuran, dan juga terkadang hasil yang
didapatkan kurang akurat dikarenakan pita komponen yang satu bertumpang tindih
dengan komponen lainnya.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memisahkan campuran
senyawa dalam fraksi daun paku
hata (Lygodium circinnatum) dengan
metode kromatografi kolom. Dilakukan
isolasi pada kromatografi kolom konvensional yaitu untuk memisahkan fraksi
dari perbandingan eluen 10:0 sampai
eluen 0:10 sehingga dihasilkan bebrapa warna dan tingkat kepolaran.
Adapun proses pengemasan silika dibuat dalam cara
kering agar aliran eluen yang melewati silica (fase diam) tidak terlalu cepat
sehingga pada saat fraksi melewati fase diam pemisahannya lebih baik. Penyiapan kolom yaitu dengan cara menyusun
kapas, silica gel kasar, kertas saring dan sampel secara berturut-turut kemudian dibahasi dengan pelarut n-heksan
secukupnya dengan tujuan untuk mempermudah terjadinya fraksinasi. Pengemasan
kering dilakukan dengan memasukkan 40 gram silika kasar kedalam kolom yang
telah dimasukkan kapas dan kertas saring. Setelah itu dimasukkan terlebih
dahulu pelarut n-Heksan untuk membilas silika agar lebih mampat. Kemudian
dimasukkan 1 gram fraksi daun paku
hata (Lygodium circinnatum) lalu
dimasukkan eluen mulai dari perbandingan 10:0 sampai 0:10. Alasannya penggunaan
eluen dengan tingkat kepolaran yang rendah terlebih dahulu dimasukkan agar
fraksi dapat ditarik oleh senyawa non polar lalu kemudian di tarik oleh senyawa
polar, karena jika yang dimasukkan terlebih dahulu adalah pelarut polar maka
ditakutkan senyawa non polar pada fraksi akan tertarik juga sehingga proses
pemisahan senyawa polar dan non polar tidak efektif. Alasan penggunaan metode kering adalah karena
metode ini, metode yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan waktu yang lama
untuk mempersiapkan pengemasannya. Jadi dengan menggunakan metode kromatografi
kolom konvensional, maka pemisahan senyawa dilakukan dengan cepat dalam jumlah
yang besar atau jumlah yang banyak yaitu dengan menggunakan 120 vial sebagai
wadah untuk menampung fraksi yang terbentuk.
Dari peraktikum yang telah dilakukan berdasarkan tingkat
kepolaran dihasilkan fraksi
yang berwarna bening pada vial nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 26,
28, 29, 32, 33, 34, 35, 36, 37. Fraksi yang agak keruh pada
vial nomor 27, 30, 31. Fraksi
yang keruh pada vial nomor 23, 24. Fraksi yang berwarna agak kuning pada vial
nomor 38. Fraksi yang berwarna agak kuning pada vial nomor 39.. Fraksi yang
berwarna kuning pekat pada vial nomor 40,
41, 42, 43, 44, 45, 46. Fraksi yang berwarna hijau kekuningan pada vial
nomor 47, 48, 72 ,73, 74, 75, 76, 77, 78,
79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97,
113, 114, 115, 116. Fraksi yang berwarna hijau lumut pada vial
nomor 49. Fraksi yang berwarna hijau keruh pada vial nomor 69, 70, 71. Fraksi
yang berwarna hijau tua pada vial nomor 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111,
112. Fraksi yang berwarna hijau pekat vial nomor 50, 51, 52, 53, 54, 55. Fraksi yang berwarna hijau
kehitaman 56, 57, 58, 59, 60, 61,
62, 63, 65, 66, 67, 68, 69.
Dari
hasil
perubahan warna diperoleh fraksi untuk Warna Bening terdapat 32 Fraksi, agak
keruh terdapat 3 Fraksi, Keruh terdapat 2 Fraksi, Warna agak kuning terdapat 1
Fraksi, Warna kuning terdapat 1 fraksi, Warna kuning pekat terdapat 7, Warna
hijau kekuningan terdapat 32 fraksi, Warna Hijau lumut terdapat 1 fraksi, Warna
hijau keruh terdapat 3 Fraksi, Warna hijau pekat terdapat 6 Fraksi, Warna Hijau
tua terdapat 15 Fraksi, Warna hijau kehitaman pada terdapat 13 Fraksi.
Perbedaan warna pada masing-masing fraksi dikarenakan perbedaan kepolaran dari
masing-masing senyawa yang terkandung dalam fraksi daun paku hata (Lygodium circinnatum), sedangkan tingkat kepekatan warna disebabkan
banyaknya senyawa yang ditarik.
Laporan Sintesis Etil Asetat Lengkap Docx
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa isolasi
pada daun paku hata (Lygodium
circinnatum) menggunakan kromatografi
kolom konvensional berdasarkan tingkat kepolaran diperoleh 116 fraksi fraksi.
B.
Saran
Diharapkan agar bahan dan alat
yang akan digunakan, dapat disediakan oleh laboratorium.
LAMPIRAN
Skema
Kerja
a.
Pengemasan Alat Isolasi
- dipasang tegak lurus pada statif
-
dibebaslemakkan dengan metanol
|
Kolom siap digunakan
b.
Pengemasan Fase Diam
- ditimbang 40
gram
-
dimasukkan kedalam kolom
Silika selesai dikemas
c.
Proses Pemisahan/Isolasi
- ditimbang 1
gram
- ditambahkan
mulai dari perbandingan 10:0 selapis diatas permukaan kertas saring
- ditampung ke
dalam vial
- eluen yang telah
habis diganti \dengan eluen
perbandingan 9:1 sampai 0:10
Agak Keruh |
Keruh |
Agak Kuning |
Kuning |
Kuning Pekat |
Hijau Kekuningan |
Hijau Lumut |
Hijau Keruh |
Hijau pekat |
Hijau Tua |
Hijau Kehitaman |
Sekian Laporan Fitokimia Kromatografi Kolom Konvensional semoga dapat bermanfaat, terimakasih telah berkunjung
“Merupakan suatu hal yang sangat sukar ketika semua yang awalnya baik tiba – tiba berubah menjadi buruk. Dan yang lebih sukar dari itu adalah memilih sebuah pilihan antara melepaskan atau tetap bertahan.”
Baca Juga :
0 Response to "Laporan Fitokimia Kromatografi Kolom Konvensional (KKK)"
Post a Comment