Laporan Praktikum Antidiabetes FSO Docx
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
ANTIDIABETES
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Landasan Teori
Diabetes
mellitus, suatu penyakit kronik yang terjadi akibat kekurangan metabolisme
glukosa, disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin dari sel-sel beta. Keadaan
ini menyebabkan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia). Ditandai oleh tiga
hal, yaitu Poliuri (meningkatnya keluaran urin), polidipsi (meningkatnya rasa
haus), polifagia (meningkatnya rasa lapar). Kadar glukosa darah normal adalah
60-100mg/dL dan glukosa serum, 70-110 mg/dL. Ketika kadar glukosa darah lebih
besar dari 180 mg/dL, dapat terjadi glukosuria (gula dalam urin).
Diabetes mellitus adalah sekelompok sindrom
yang ditandai dengan hiperglikemia, perubahan metabolism lipid, karbohidrat,
dan protein, dan peningkatan resiko komplikasi penyakit pembuluh darah.
Diabetes mellitus dibagi menajdi beberapa jenis yaitu diabetes mellitus tipe 1
(diabetes bergantung-insulin atau IDDM) dan diabetes mellitus tipe 2 (diabetes
tak bergantung-insulin atau NIDDM). Diabetes mellitus atau intoleransi
karbohidrat juga menyebabkan kondisi atau sindrom tertentu lainnya.
Baik DM tipe 1 ataupun tipe 2
memiliki komponen genetic dan lingkungan. Terdapat sejumlah factor yang
menyebabkan seseorang beresiko tinggi terhadap DM tipe 2. Riwayat keluarga yang
positif DM dapat diprediksi terhadap penyakit ini. Terdapat dasar genetic yang
kuat untuk DM tipe 2, tetapi mekanisme genetic yang terlibat belum diketahui. Kerusakan
sel-b pancreas dan berkurangnya
sensitiitas jaringan terhadap insulin harus muncul sebelum fenotip DM tipe 2
terlihat. Namun, DM tipe 2 dianggap sebagai penyakit yang sangat heterogen, dan
sepertinya melibatkan banyak gen yang berbeda. Selain itu, factor lingkungan
juga dapat berperan. Oleh karena itu, DM tipe 2 dianggap sebagai penyakit
multifactor.
Setiap kombinasi di antara factor
genetic dan lingkungan yang melebihi nilai ambang dapat menyebabkan DM tipe 2.
Dasar genetic untuk DM tipe 2 disebut MODY2, mengalami mutasi pada gen
glukokinase yang menjadi penyebab utama diabetes. Karena menurunnya aktivitas
glukokinase, pasien tersebut mengalami peningkatan ambang batas glikemia untuk
pelepasan insulin. Hal ini selanjutnya menyebabkan kondisi hiperglikemia sedang
secara terus menerus. Bentuk MODY tersebut bersifat familial, karena sifat
pewarisan dominan autosom, dan tampaknya cukup berbeda dan tipe umum pada DM
tipe 2 seperti bentuk MODY lainnya.
Pada DM tipe 1, tingkat pewarisan
pada kembar identik hanya 25-50%. Hal ini diduga bahwa pengaruh lingkungan
maupun genetic berperan penting untuk penyakit ini.namun, factor genetic DM
tipe 1 sudah terkontrol respons imun. Ada banyak bukti bahwa DM tipe 1 dapat
disebabkan oleh penyakit autoimun sel-b pancreas.
Kondisi pada DM tipe 2 tidak terlalu
jelas. Sebagian besar penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan masa sel-b pada pasien DM tipe 2. Obesitas,
durasi diabetes, dan hiperglikemia berpotensial kuat mengacaukan penafsiran
data, tetapi penelitian yang disertai pengendalian variable-variable tersebut
melaporkan terjadinya penurunan volume sel-b sekitar 50% pada DM tipe 2 dibandingkan dengan
subjek control nondiabetes konsentrasi insulin plasma 24 jam pada pasien
dilaporkan bervariasi dari rendah sampai normal, bahkan relative meningkat pada
nilai subjek control.
Hampir semua bentuk diabetes
mellitus disebabkan oleh menurunnya konsentrasi insulin dalam sirkulasi
(defisiensi insulin) dan menurunnya respon jaringan perifer terhadap insulin
(resistensi insulin). Abnormalitas ini menyebabkan perubahan pada metabolism
karbohidrat, lipid, keton, dan asam amino. Ciri utama sindrom ini adalah
hiperglikemia.
Insulin menurunkan konsentrasi
glukosa dalam darah dengan cara menghambat produksi glukosa di hati dan
menstimulasi ambilan dan metabolisme glukosa oleh otot dan jaringan adipose.
Kedua efek penting ini terjadi saat konsentrasi insulin yang berbeda. Produksi
glukosa dihambat maksimal setengahnya dengan konsentrasi insulin sekitar 20 mU/mL, sedangkan penggunaan
glukosa maksimal sebagian distimulasi sekitar 50 mU/mL.
Pada kedua tipe diabetes, glucagon
(kadarnya yang meningkat pada pasien yang tidak diobati) melawan efek insulin
hati dengan cara menstimulasi glikogenolisis dan glukoneogenesis, tetapi
efeknya relative kecil terhadap pengguna glukosa di perifer. Dengan demikian,
pasien diabetes karena defisiensi insulin atau resistensi insulin dan
hiperglukagonemia, terjadi peningkatan produksi glukosa di hati, penurunan
ambilan glukosa di perifer, dan berkurangnya konversi glukosa menjadi glikogen
di hati.
Perubahan pada sekresi insulin dan
glucagon juga memberikan efek yang besar terhadap metabolisme lipid, keton dan
protein pada konsentrasi rendah yang dibutuhkan untuk menstimulasi ambilan
glukosa insulin menghambat lipase sensitive-hormon di jaringan adipose,
sehingga menghambat hidrolisis trigliserida yang disimpan di adiposit. Hal ini
meniadakan kerja lipolitik katekolamin, kortisol, dan hormone pertumbuhan,
serta mengurangi konsentrasi gliserol (sesuatu substrat untuk glukoneogenesis)
dan asam lemak bebas (suatu substrat untuk produksi badan keton dan bahan bakar
yang diperlukan untuk glukoneogenesis). Kerja insulin ini kurang baik untuk
pasien diabetes karena menyebabkan meningkatnya glukoneogenesis dan ketogenesis.
Metformin
Metformin
dan fenformin diperkenalkan pada tahun 1957 dan buformin diperkenalkan pada
tahun 1958. Buformin terbebas penggunaannya, tetapi metformin dan fenformin
digunakan secara luas. Fenformin ditarik dan berbagai Negara sekitar tahun
1970an karena menyebabkan asidosis laktat. Metformin jarang menyebabkan
komplikasi tersebut dan telah banyak digunakan di Eropa dan Kanada. Obat ini
tersedia di Amerika pada tahun 1995. Metformin yang diberikan tunggal atau
kombinasi dengan sulfonylurea memperbaiki control glikemia dan konsentrasi
lipid pada pasien yang merespon kurang baik terhadap diet atau sulfonylurea
saja.
Metformin terutama diabsorpsi dari
usus kecil. Obat ini stabil, tidak berikatan dengan protein plasma dan
diekskresi dalam bentuk tidak berubah dalam urin. Waktu-paruhnya sekitar 2 jam.
Dosis maksimum harian metformin yang dianjurkan di USA adalah 2,5 gram, diminum
dalam 3 dosis bersama makanan.
Metformin bersifat anti
hiperglikemia, bukan hipoglikemia. Obat ini tidak menyebabkan pelepasan insulin
dari pancreas dan tidak menyebabkan hipoglikemia, bahkan dalam dosis yang
besar. Metformin tidak memiliki efek yang signifikan pada sekresi glucagon,
kortisol, hormone pertumbuhan atau somatostatin. Metformin menurunkan kadar glukosa
terutama dengan cara mengurangi produksi glukosa di hati dan meningkatkan kerja
insulin di otot dan lemak. Mekanisme menurunkan produksi glukosa di hati oleh
metformin masih controversial, tetapi banyak data menunjukan efek penurunan
glukoneogenesis.
Metformin jug dapat menurunkan
glukosa plasma dengan cara mengurangi absorpsi dari usus, tetapi kerja ini
belum terbukti memiliki relevansi klinis.
Pasien gangguan ginjal tidak boleh
menerima metformin. Penggunaan obat ini kontraindikasi pada pasien penyakit
hati, riwayat asidosis laktat (karena sebab apapun), gagal jantung yang
memerlukan terapi farmakologis atau penyakit paru hipoksia kronis. Obat ini
juga harus dipertahankan selama 48 jam setelah pemberian medium kontra secara
intravena, obat ini tidak boleh diberikan kembali hingga fungsi ginjal kembali
normal. Semua kondisi ini cenderung meningkatkan produksi laktat sehingga dapat
menyebabkan komplikasi asidosis laktat fatal.
Efek samping akut metformin, yang
muncul hingga pada 20% pasien, meliputi diare, rasa tidak enak di perut, mual,
rasa logam, dan anoreksia. Hal ini biasanya di minimalkan dengan cara
meningkatkan dosis obat secara perlahan dan dimakan bersama makanan. Absorpsi
vitamin B12 dan folat pada usus sering menurun selama terapi metformin jangka
panjang. Suplemen kalsium membalikan efek metformin terhadap absorpsi vitamin
B12.
Jika kadar laktat plasma melebihi 3
mM, sebaiknya dipertimbangkan untuk menghentikan pengobatan dengan metformin.
Serupa dengan hal tersebut, menurutnya fungsi ginjal dan hati juga merupakan
indikasi kuat untuk menghentikan pengobatan.
Metformin tidak menyebabkan
peningkatan berat badan dan dapat mengurangi trigliserida plasma sekitar 15%
sampai 20% ada kesepakatan kuat bahwa penurunan hemoglobin Aic oleh
terapi apapun (insulin atau senyawa oral) dapat menyebabkan hilangnya
komplikasi mikrovaskular, namun metformin satu satunya senyawa terapeutik yang
terbukti menurunkan kejadian makrovaskular pada pasien DM tipe 2. Metformin
dapat diberikan dalam kombinasi dengan sulfonylurea, tiazolizinedion, dan atau
insulin.
B.
Tujuan Praktikum
1. Mampu melaksanakan pengujian antidiabetes
2. Memperoleh gambaran manifestasi dari efek
antidiabetes
BAB II
METODOLOGI
A.
Metodologi Praktikum
B.
Alat
· Batang
Pengaduk
· Gelas
Kimia
· Gelas
Ukur
· Glikometer
· Kanula
· Kertas
Timbang
· Label
· Spuit
1ml
· Sendok
Tanduk
· Timbangan
Analitik
C.
Bahan
· Aquadest
· Betadine
· Metanol
· Larutan
gula 50%
· Metformin
D.
Prosedur
Kerja
· Hewan
uji (tikus) di puasakan dulu selama semalam.
· Sebelum
digunakan hewan tersebut ditimbang terlebih dahulu.
· Diberikan
tanda pada hewan untuk menyatakan berat.
· Tikus
diambil darahnya melalui ekor kemudian diamati gula darahnya menggunakan alat
glikometer.
· Tikus
diberi
larutan metformin melalui oral.
· Kemudian
di ukur kadar glukosa pada menit 30, 60
dan 90.
· Pada
menit ke 90, tikus diberi glukosa.
· Amati
kadar gula darah tikus pada
menit ke 15 setelah pemberian glukosa.
B.
Hasil
Keterangan:
Tikus A: Kelompok 1,2,3 B dan 4,5,6 D
Tikus B: Kelompok 4,5,6
B dan 1,2,3 D
Tabel
hasil pengkuran kadar glukosa darah Tikus A
Kadar gula darah sebelum
perlakuan : 100 mg/dl
Berat badah hewan uji (tikus A) = 0,2325 kg
PERLAKUAN
|
KADAR GULA DARAH (mg/dL)
|
|||
30’
|
60’
|
90’
|
120’
|
|
Metformin
|
141
|
136
|
128
|
-
|
Glukosa
|
130
|
Tabel hasil pengkuran kadar
glukosa darah tikus B
Berat
badah hewan uji (tikus B) = 0,1955 kg
Kadar
gula darah sebelum perlakuan : 128 mg/dl
PERLAKUAN
|
KADAR GULA DARAH (mg/dL)
|
|||
30’
|
60’
|
90’
|
120’
|
|
Metformin
|
137
|
169
|
142
|
-
|
Glukosa
|
234
|
Metformin:
Dosis
manusia =
500 mg
Konversi
dosis pada hewan uji (tikus) = Dosis
manusia x km manusia/km hewan
=
dosis manusia x 37/3
=
51,35 mg/kg
Konsentrasi =
500 mg/100 ml
= 2,007 ml
Glukosa
Konsentrasi 50 % =
250 gram gula dalam 500 ml air
Dosis
untuk hewan uji ( tikus) =
1 gr/kg
=
0,391 ml
C.
Pembahasan
Diabetes
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah
yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Pelepasan insulin
yang tidak adekuat disebabkan oleh glukagon yang berlebihan.
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan yang paling sering
terjadi. Salah satu kelenjar endokrin yaitu pankreas sebagai insulin tidak
normal. Diabetes terdapat 2 tipe, yaitu:
1. Diabetes melitus tergantung insulin
(IDDM (tipe I))
Penyakit ini ditandai dengan
defisiensi insulin absolute yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel β berat. Akibat dari dekstruksi sel β, pankreas gagal merespon adanya
glukosa dan diabetes tipe I menunjukkan gejala seperti polidipsia, polifagia
dan poliuria. Diabetes tipe ini biasanya terjadi
sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan berat badan, hiperglikomia,
hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal ginjal. Diabetes
tipe I memerlukan insulin endeogen untuk menghindari hiperglikemia dan
ketoasidosis yang mengancam kehidupan.
2. Diabetes melitus tidak tergantung
insulin (NIDDM (tipe II))
Penyakit ini disebabkan oleh
penurunan fungsi sel β yang
menyebabkan kadar insulin bervariasi dan tidak cukup untuk memelihara
homeostasis glukosa. Pada diabetes tiepe II ini terjadi resistensi insulin yang
disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor insulin. Tipe ini sering terjadi pada usia lebih dari 35 tahun.
Diabetes tipe II memerlukan obat-obat hipoglikemik oral untuk memelihara
konsentrasi glukosa darah dalam batas normal. Pengurangan berat badan,
melakukan program diet juga dapat menurunkan resistensi insulin dan memperbaiki
hiperglikemia pada penderita.
Gejala – gejala penyakit diabetes melitus adalah polyuria yaitu volume urin yang banyak
atau sering buang air kecil, polydipsia yaitu cepat merasa haus, polyphagia yaitu banyaknya makan yang dapat menyebabkan
meningkatnya glukosa dalam darah.
Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110
mg/dl (kurang dari 110 mg/dL). Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar
glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh
glomerulus ginjal dan hampir semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama
kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi
tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut akan keluar bersama urine,
dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria. Adapun tabel kontrol gula
darah adalah sebagai berikut:
Tabel
Kontrol Gula Darah
Pemeriksaan
|
Kadar gula darah penderita diabetes (mg/dL)
|
Kadar gula darah normal (mg/dL)
|
Sebelum makan (puasa)
|
90-130
|
< 110
|
Setelah makan
|
90-130
|
< 110
|
Dua jam setelah makan
|
120-160
|
< 140
|
Sebelum tidur
|
110-150
|
< 120
|
Sedangkan metformin, metformin diperkenalkan pada tahun 1957. Obat ini digunakan secara luas. Metformin
jarang menyebabkan komplikasi asidosis laktat dan telah banyak digunakan pada
Eropa dan Kanada. Metformin yang diberikan tungga atau kombinasi dengan
sulfonilurea memperbaiki kontrol glikemia dan konsentrasi lipid pada pasien
yang merespon kurang baik terhadap diet atau sulfonilurea saja.
Metformin terutama diabsorpsi dari
usus kecil. Obat ini stabil, tidak berikatan dengan protein plasma dan
diekskresi dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Waktu paruhya sekitar 2
jam. Dosis maksimum harian metformin yang dianjurkan di USA adalah 2,5 g
diminum dalam tiga dosis bersama makanan.
Metformin bersifat
antihiperglikemia, bukan hipoglikemia. Obat ini tidak menyebabkan pelepasan
insulin pada pankrean dan tidak menyebabkan hipoglikemia, bahkan dalam dosis
besar. Metformin tidak memiliki efek yang signifikan pada sekresi glukagon,
kortisol, hormon pertumbuhan atau somatostatin. Metformin menurnkan kadar
glukosa terutama dengan cara mengurangi produksi glukosa di hati dan
meningkatkan kerja insulin di otot dan lemak.
Mekanisme penurunan produksi glukosa di hati oleh metformin masih
kontroversial, tetapi banyak data menunjukkan efek penurunan glukoneogenesis.
Metformin juga dapat menurunkan glukosa plasma dnegan cara mengurangi absorpsi
glukosa dari usus,tetapi kerja ini belum tebukti memiliki relevansi klinis.
Waktu puncak metformin 1,5-3,5 jam. Sedangkan waktu paruh metformin adalah
1,5-4,5 jam.
Tujuan
dilakukannya percobaan ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan efek
obat-obat antidiabetes yaitu metformin. Metformin merupakan obat-obatan
hipoglikemik oral golongan biguanida. Mekanisme kerja metformin adalah dengan
mengurangi pengurangan glukosa hati dan sebagian besar akan menghambat
glukonoegenesis. Efek yang sangat penting dari metformin adalah kemampuannya
untuk mengurangi hiperlipidemia (konsentrasi kolesterol LDL dan VLDL menurun
dan kolesterol HDL meningkat). Metformin mudah diabsorbsi melalui oral, tidak
terikat dengan protein serum, tidak dimetabolisme dan dieksresikan melaui urin.
Sebelum dilakukan percobaan,
tikus dipuasakan terlebih dahulu (menurut literatur, puasa dilakukan selama 12
jam) dan pemeriksaan pada pagi hari adalah saat yang paling tepat untuk
mengetahui kondisi diabetes yang sebenarnya karena saat pagi hari adalah saat
kadar glukosa pada tingkat tertinggi.
Langkah awal dalam percobaan
antidiabetes ini adalah, tikus diperiksa kadar gula darah sebelum diberi
perlakuan (dengan metformin maupun glukosa) dengan menggunakan alat glukometer.
Sampel darah tikus yang digunakan diambil dari darah yang keluar dari ekor
tikus. Kadar gula darah tikus sebelum diberi perlakuan adalah sebesar 128
mg/dL. Langkah selanjutnya adalah pemberian
obat antidiabates yaitu mentformin melalui oral. Seteah itu dilakukan
pengamatan dengan mengukur kadar gula darah tikus pada menit ke 30, menit ke 60
dan menit ke 90. Setelah itu pada menit ke 90, tikus diberikan glukosa melalui
oral. Setelah itu pada tikus, diamati kadar gulanya setelah menit ke 15 setelah
pemberian glukosa. Tujuan pemberian glukosa ini adalah untuk meningkatkan kadar
gula darah tikus.
Dari kurva hasil diatas, dapat
dilihat bahwa hasil yang didapat mengalami fluktuatif. Pada menit ke-0 setelah
pemberian metformin, kadar gula tikus tersebut sebesar 128 mg/dL. Apabila
dibandingkan dengan literatur, kadar gula darah normal seharusnya adalah
<110 mg/dL. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tikus tersebut mengalami
hiperglikemi. Hiperglikemi ini dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor
pertama karena tikus tersebut mengalami diabetes. Faktor kedua karena timbulnya
keadaan stres atau sakit sehingga menyebabkan kadar gula meningkat secara
berlebihan. Pada praktikum ini, pengambilan darah tikus dilakukan dengan
memotong sedikit bagian dari ekor tikus sehingga dimungkinkan tikus tersebut
mengalami kesakitan dan stres. Akibatnya gula darah tikus mengalami
peningkatan.
Kenaikan kadar gula darah saat
stres ini terjadi karena stres dapat merangsang hipotalamus untuk memproduksi
CRH (Corticosteroid Releasing Hormon).
Setelah itu CRH diterima oleh hipofisis
anterior. Kemudian hipofisis anterior memproduksi ACTH (Adrenocorticotropic Hormon) dan diterima oleh korteks adrenal.
Setelah itu korteks adrenal mengeluarkan hormon kortisol yang dapat
meningkatkan glukoneogenesis.
Pengamatan kadar gula
selanjutnya dilakukan pada menit ke 30, kadar gula darah tikus mengalami
kenaikan menjadi 137 mg/dL. Kenaikan ini terjadi sampai menit ke 60. Pada menit
ke 60, gula darah tikus ini mencapai 169 mg/dL. Hal ini merupakan hal yang
kurang wajar karena seharusnya setelah diberikan metformin, kadar gula tikus
berkurang karena metformin merupakan obat antidiabetes yang dapat menurnkan kadar glukosa, terutama
dengan cara mengurangi produksi glukosa di hati dan meningkatkan kerja insulin
di otot dan lemak.
Hal ini dimungkinkan terjadi karena efek obat yang belum mencapai
konsentrasi puncak. Selain itu, hal ini terjadi dimungkinkan karena obat
metformin yang diberikan tidak sesuai dengan VAO yang seharusnya, karena ketika
pemberian metformin secara oral ini, terdapat volume obat yang dimuntahkan oleh
tikus sehingga menyebabkan dosis metformin yang dimetabolisme oleh tubuh tikus
juga berkurang.
Pada menit ke 90, metformin sudah memberikan efek terhadap kadar gula darah
tikus. Pada menit ini kadar gula tikus menurun menjadi 142 mg/dL. Hal ini
mengindikasikan bahwa metformin sudah mulai bekerja dan memberikan efek. Pada
referensi yang kami dapatkan, waktu puncak plasma metformin terjadi pada 1,5
sampai 3,5 jam setelah pemberian metformin. Akan tetapi pada praktikum ini
belum dapat disimpulkan apakah pada menit ke 90 ini metformin sudah mengalami
waktu puncak karena pengamatan kadar metformin pada tikus ini terakhir
dilakukan pada menit ke 90. Apabila pengamatan masih dilakukan sampai menit ke
120 setelah pemberian metformin, data pada menit ke 120 tersebut bisa dapat
dijadikan perbandingan sehingga nantinya dapat disimpulkan pada menit ke berapa
metformin ini mencapai kadar puncak.
Setelah menit ke 90, pada tikus diberikan glukosa secara oral. Kemudian 15
menit setelah pemberian glukosa, dilakukan pengamatan terhadap kadar glukosa
tikus. Kadar glukosa tikus ini mengalami kenaikan drastis, dari 142 mg/ dL
menjadi 234 mg/dL. Hal ini mengindikasikan bahwa glukosa yang diberikan secara
oral tersebut dapat dimetabolisme dengan baik sehingga menyebabkan meningkatnya
kadar glukosa tikus, karena tujuan pemberian glukosa ini adalah untuk
meningkatkan kadar glukosa tikus. Selain itu, kenaikan kadar glukosa darah ini
juga menunjukkan bahwa metformin sudah tidak dapat memberikan efek menurunkan
kadar glukosa darah dikarenakan kadar glukosa yang dimiliki tikus terlalu
tinggi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan data di atas, dapat disimpulkan bahwa:
·
Diabetes
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah
yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolute.
·
Diabetes
melitus tergantung insulin (IDDM (tipe I)). Penyakit ini ditandai dengan
defisiensi insulin absolute yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel β berat.
·
Diabetes
melitus tidak tergantung insulin (NIDDM (tipe II)). Penyakit ini disebabkan oleh
penurunan fungsi sel β yang
menyebabkan kadar insulin bervariasi dan tidak cukup untuk memelihara
homeostasis glukosa.
·
Gejala – gejala
penyakit diabetes melitus adalah polyuria,
polydipsia,
dan polyphagia
·
Kadar
glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110 mg/dl
(kurang dari 110 mg/dL).
·
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa
puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dl.
·
Metformin
merupakan obat-obatan hipoglikemik oral golongan biguanida.
·
Mekanisme
kerja metformin adalah dengan mengurangi pengurangan glukosa hati dan sebagian
besar akan menghambat glukonoegenesis.
·
Dari kurva hasil diatas, dapat dilihat bahwa hasil yang
didapat mengalami fluktuatif, tikus mengalami hiperglikemi.
·
Faktor pertama karena tikus tersebut mengalami diabetes.
Faktor kedua karena timbulnya keadaan stres atau sakit sehingga menyebabkan
kadar gula meningkat secara berlebihan.
·
Kadar glukosa
tikus ini mengalami kenaikan drastis, dari 142 mg/ dL menjadi 234 mg/dL. Hal
ini mengindikasikan bahwa glukosa yang diberikan secara oral tersebut dapat
dimetabolisme dengan baik sehingga menyebabkan meningkatnya kadar glukosa
tikus, karena tujuan pemberian glukosa ini adalah untuk meningkatkan kadar
glukosa tikus.
·
Selain itu,
kenaikan kadar glukosa darah ini juga menunjukkan bahwa metformin sudah tidak
dapat memberikan efek menurunkan kadar glukosa darah dikarenakan kadar glukosa
yang dimiliki tikus terlalu tinggi.
B.
Saran
·
Bila akan ada simulasi sebelum praktikum, lebih baik
waktunya diperpanjang, baik di awal atau di akhir. Untuk memaksimalkan waktu
pengamatan saat praktikum.
·
Untuk alat dan bahan lebih baik dipersiapkan terlebih
dahulu, supaya praktikan tidak bigung mencari alat yang dibutuhkan. Dan
mengefisiensikan waktu.
Goodman & Gilman.2008.Dasar Farmakologi Terapi.Jakarta: EGC.
Katzung, Bertram.1997.Farmakologi Dasar dan Terapi Edisi VI.Jakarta:
EGC.
L key Joyce.1996. farmakologi pendekatan proses keperawatan. Jakarta: EGC.
Mycek, J. Mary, dkk.2001.Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Mycek, M.J, dkk.
2001, Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika.
Sherwood, Lauralee. 2011. Physiology of Hormon from Cell to System.
Jakarta: EGC.
Sustrani, Lanny. Syamsir Alam. Iwan Hadibroto. 2006.
Diabetes. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
tag : download, file, laporan, praktikum, fso, obat, farmasi, download file, laporan praktikum, anti, diabetes, antidiabetes, anti diabetes, bab 1, bab2, bab3, daftar pustaka, pendahuluan, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes, Laporan Praktikum Antidiabetes Farmakologi, sistem organ, FSO.
0 Response to "Laporan Praktikum Antidiabetes FSO Docx"
Post a Comment