Laporan Kimia Dasar Kolorimetri Lengkap Docx
A. Judul
Kolorimetri
B.
Tujuan
1. Menentukan
konsentrasi suatu senyawa dengan metode kolorimetri.
2. Mengetahui
macam-macam metode kolorimetri.
II.
METODE
A.
Alat dan Bahan
A.
Alat: B.
Bahan:
a.
Tabung reaksi a. Larutan HCl
b.
Rak tabung reaksi b. Larutan NH4Fe(SO4)2
c.
Vortex c.
Aquades
d.
Labu ukur d. Larutan KCNS
e.
Pro pipet
f.
Pipet ukur
B.
Cara Kerja
Pada pembuatan larutan deret
standar, sebanyak 10ml larutan NH4Fe(SO4)2 dan
10ml larutan HCl diambil dengan pipet ukur, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur.
Larutan tersebut kemudian ditambahkan dengan aquades hingga mencapai tanda
batas. Larutan yang ada dalam labu ukur kemudian diambil masing-masing sebanyak
1ml, 2ml, 4ml, 6ml, dan 8ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Setelah
itu, sebanyak 5ml larutan KCNS 10% ditambahkan pada tiap larutan dalam tabung
reaksi, serta ditambahkan aquades hingga volume totalnya menjadi 20 ml. Larutan
dalam tabung reaksi kemudian divortex agar menjadi homogen.
Pada pembuatan larutan cuplikan, masing-masing
sebanyak 3 ml larutan untuk cuplikan 1 dan 7 ml larutan untuk cuplikan 2
dimasukkan ke dalam tabung reaksi . Sebanyak 5ml larutan KCNS 10% ditambahkan
pada tiap larutan yang ada dalam tabung reaksi, dan tiap larutan kemudian
ditambahkan dengan aquades hingga volume totalnya mencapai 20ml. Larutan dalam
tabung reaksi lalu divortex agar menjadi homogen. Setelah itu, larutan
dibandingkan dengan deret standar, dan konsentrasi cuplikan dihitung menggunakan
rumus
C1+C2
Untuk
menghitung konsentrasi deret standar dapat meggunakan rumus
V1 .
N1 = V2 . N2
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Percobaan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, berikut disajikan tabel hasil perhitungan deret
larutan standar dan perhitungan larutan cuplikan:
Tabel
1.Perhitungan deret larutan standar
NO
|
Vol.
NH4Fe(SO4)2
|
Vol.
KCNS
|
Vol.
Aquades
|
Vol.
Akhir
|
Normalitas
NH4Fe(SO4)2
|
1
|
1ml
|
5ml
|
14ml
|
20ml
|
5 x 10-4
|
2
|
2ml
|
5ml
|
13ml
|
20ml
|
1 x 10-3
|
3
|
4ml
|
5ml
|
11ml
|
20ml
|
2 x 10-3
|
4
|
6ml
|
5ml
|
9ml
|
20ml
|
3 x 10-3
|
5
|
8ml
|
5ml
|
7ml
|
20ml
|
4 x 10-3
|
Tabel
2.Perhitungan larutan cuplikan
Cuplikan
|
Vol.
Cuplikan
|
Vol.
KCNS
|
Sesuai
tabung deret standar
|
Konsentrasi
Cuplikan
|
X 1
(A)
|
3ml
|
5ml
|
2ml
dan 4ml
|
0,0015M
|
X 2
(B)
|
7ml
|
5ml
|
6ml
dan 8ml
|
0,0035M
|
B.
Pembahasan
Kolorimetri
adalah suatu teknik pengukuran yang berdasarkan diabsorbsinya cahaya oleh zat
berwarna baik warna yang berasal dari zat itu sendiri maupun warna yang
terbentuk akibat reaksi dengan zat lain (Khopkar, 2007). Variasi warna suatu
sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu komponen, membentuk dasar
apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik oleh ahli kimia. Warna itu
biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan
ditambahkannya reagensia yang tepat, atau warna itu dapat melekat dalam
penyusun yang diinginkan itu sendiri. Intensitas warna kemudian dapat
dibandingkan dengan yang diperoleh dengan menangani kuantitas yang diketahui
dari zat itu dengan cara yang sama.Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan
konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorpsi relatif cahaya sehubugan dengan
konsentrasi tertentu zat itu (Bassett dkk., 1994).
Dalam
kolorimetri visual, cahaya putih alamiah atau pun buatan umumnya digunakan
sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan dengan suatu instrumen
sederhana yang disebut kolorimeter atau pembanding (comparator) warna.Bila mata digantikan oleh sel fotolistrik (jadi
sebagian besar sesatan yang disebabkan karakteristik pribadi tiap pengamat
dapat dihilangkan), instrumen itu disebut kolorimetri fotolistrik. Alat kedua
ini biasanya digunakan dengan cahaya dibatasi dalam jangka panjang gelombang
yang relatif sempit dengan melewatkan cahaya putih melalui filter-filter,
yakni, bahan dalam bentuk lempengan berwarna terbuat dari kaca, gelatin, dan
sebagainya, yang meneruskan hanya daerah spectral terbatas; kadang-kadang nama
fotometer filter digunakan untuk instrumen semacam itu (Bassett dkk., 1994).
Bagian terkecil
spektrum elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata manusia (kira-kira
400-700 mm) disebut spektrum tampak, dan spektroskopi yang dilakukan pada
panjang gelombang ini dinamakan spektroskopi tampak atau “kolorimetri” (Cairns,
2004).Prinsip dasar dari metode kolorimetri visual adalah tercapainya kesamaan
warna bila jumlah molekul penyerap yang dilewati sinar pada ke dua sisi larutan
persis sama. Metode kolorimetri mempunyai beberapa keuntungan antara lain
sensitivitasya tinggi, jumlah sample yang dibutuhkan sedikit, pereaksi yang
digunakan mudah didapat dan spesifik (Sulistyowaty dkk., 2010). Metode
kolorimetri juga memiliki kelemahan karenapengukuran untuk menentukan
kesamaanwarna antara larutan cuplikan denganlarutan standar dilakukan secara
visual.Pengukuran dengan metode ini kurang akuratkarena hasilnya sangat
ditentukan olehsubyektivitas si pengamat dan nilai yangdihasilkan belum
memiliki satuan absolute (Krey, 1958).
Menurut
Fardiansyah (2011), berikut adalah kriteria untuk hasil analisis kolorimetri
yang memuaskan:
1. Kespesifikan reaksi warna
Reaksi warna
yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik
(hanya
menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).
2. Kestabilan warna
Reaksi warna
yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup
stabil (periode
warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan
pengambilan
pembacaan yang tepat. Dalam ini pengaruh zat-zat lain dan
kondisi
eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.
3. Kejernihan larutan
Larutan harus
bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan
maupun menyerap
cahaya.
4. Kepekaan tinggi
Diperlukan
reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang akan
ditetapkan
sangat kecil.
Menurut
Elvani (2012), hukum dasar yang digunakan pada kolorimetri adalah Hukum
Lambert, Hukum Beer, dan Hukum Lambert-Beer, yaitu:
1.
Hukum Lambert
“Bila suatu
sumber sinar monokromatik melewati medium transparan, maka intensitas sinar
yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang
mengabsorpsi.Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati
medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan,
berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa
intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan
bertambahnya ketebalan medium yang menyerap, atau dengan menyatakan bahwa
lapisan manapun dari medium itu yang tebalnyasama akan menyerap cahaya masuk
kepadanya dengan fraksi yang sama.
2.
Hukum Beer
“Intensitas
sinar yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya
konsentrasi spesi yang menyerap sinar tersebut“.Sejauh ini telah dibahas
absorbsi cahaya dan transmisi cahaya untuk cahaya monokromatik sebagai fungsi
ketebalan lapisan penyerap saja.Tetapi dalam analisis kuantitatif orang
terutama berurusan dengan larutan.Beer mengkaji konsentrasi penyusun yang
berwarna dalam larutan, terhadap transmisi maupun absorbsi cahaya.
3.
Hukum
Lambert-Beer
Dijumpainya hubungan yang sama antara
transmisi dan konsentrasi seperti yang ditemukan Lambert antara transmisi dan
ketebalan lapisan, yakniintensitas berkas cahaya monokromatik berkurang secara
eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier.Hukum
ini menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan
analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.Baik hukum Lambert maupun
hukum Beer harus dilakukan pada sinar monokromatis.
Reaksi dari
ion ferry dan tiosianat menghasilkan warna merah dari senyawa kompleks yang
terbentuk :
Untuk kesempurnaan reaksi
dipergunakan tiosianat yang berlebihan, sedangkan untuk menghindari hidrolisa
diperlukan asam kuat.
Dalam percobaan ini asam kuat yang
terbentuk ialah H2SO4 (asam sulfat).
Dari
percobaan yang dilakukan pada larutan NH4Fe(SO4)2
dengan
volume 1ml didapatkan normalitas akhir sebesar 5 x 10-4, dengan
volume 2ml didapatkan normalitas akhir sebesar 1 x 10-3, dengan
volume 4ml didapatkan normalitas sebesar 2 x 10-3, dengan volume 6ml
didapatkan normalitas akhir sebesar 3 x 10-3, dan dengan volume
8mldidapatkan normalitas akhir sebesar 4 x 10-3. Untuk larutan
cuplikan di dapatkan hasil pada larutan cuplikan X1 dengan volume
sebesar 3ml ditambah dengan larutan KCNS dengan volume 5ml didapatkan
konsentrasi sebesar 0,0015M.
Warna larutan berada diantara tabung 2ml dan 4ml. Untuk larutan cuplikan X2
dengan volume sebesar 7ml ditambah dengan larutan KCNS dengan volume 5ml
didapatkan konsentrasi sebesar 0,0035M.
Warna larutan berada diantara tabung 6ml dan 8ml.
Larutan
KCNS berperan sebagai reagen spesifik untuk Fe yang berasal dari NH4Fe(SO4)2.
Fungsi penambahan KCNS disini yaitu sebagai pembentuk warna pada besi (Fe) dimana
warna yang dibentuk berwarna orange, disebabkan terbentuknya senyawa komplek sehingga
bisa dianalisa dengan metode kolorimetri.Aquades sendiri berfungsi sebagai
larutan untuk membantu proses pengenceran. Larutan harus divortex, tujuannya
agar larutan benar-benar tercampur rata (homogen).Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil adalah besar volume larutan NH4Fe(SO4)2,
volume larutan KCNS, volume aquades, ketepatan
pengukuran volume dengan alat, dan ketepatan menentukan kesamaan warna.
Semakin besar volume larutan NH4Fe(SO4)2, semakin
pekat warna yang dihasilkan dan semakin besar normalitasnya, serta semakin
besar volume air yang ditambahkan, semakin kecil normalitasnya.
IV.
KESIMPULAN
\
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Konsentrasi
cuplikan 1 adalah 0,0015 M,
dan konsentrasi cuplikan 2 adalah 0,0035M.
2. Macam
metode kolorimetri ada dua, yaitu kolorimetri visual dan kolorimetri
fotolistrik.
DAFTAR
PUSTAKA
Cairns, D. 2004.Intisari Kimia Farmasi Edisi Kedua. EGC,
Jakarta.
Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery,
G.H., dan Mendham, J. 1994. Buku Ajar
Vogel:
Kimia
Analisis Kuantitatif Anorganik. EGC, Jakarta.
Elvani, L. 2012. SpektofotometriSerapan Atom.
https://www.academia.edu/8946779/SPEKTOFOTOMETRI_SERAPAN
_ATOM.Diakses
pada tanggal 1 November 2014.
Fardiansyah, M. Penetapan Kadar Aluminium Secara Kolorimetri.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26361/4/Chapter%20II.p
df.Diakses
pada tanggal 1 November 2014.
Khopkar, S. 2007. Konsep Dasar Biokimia. UI Press,
Jakarta.
Krey, J. 1958. Chemical Method of
Estimating Standing Crop of Phytoplankton.
Rapp.
et Proc. Verb. 144 : 20–27.
Sulistyowati, M.I., Sondakh, R.,
dan Purwanto. 2010. Perbandingan Kinetika
Peruraian Amoksisilin
dan N-benzoilamoksisilin yang Ditetapkan Secara
Kolorimetri.Jurnal Farmasi. Vol. 8, No. 1.
LAMPIRAN
Perhitungan konsentrasi deret standar:
V1.N1
= V2.N2
Perhitugan konsentrasi cuplikan:
2
1.
Konsentrasi
Deret Standar
a.
1ml
V1.N1
= V2.N2
1.0,01 = 20.N2
N2 =
0,0005N
b.
2ml
V1.N1
= V2.N2
2.0,01 = 20.N2
N2 =
0,0002N
c.
4ml
V1.N1
= V2.N2
4.0,01 = 20.N2
N2 =
0,0002N
d.
6ml
V1.N1
= V2.N2
6.0,01 = 20.N2
N2 =
0,0003N
e.
8ml
V1.N1
= V2.N2
8.0,01 = 20.N2
N2 =
0,0004N
Perhitungan Konsentrasi Cuplikan
1.
Cuplikan
1 (diantara tabung 2ml dan 4ml)
2
2
= 0,0015M
2.
Cuplikan
2 (diantara tabung 6ml dan 8ml)
2
2
=
0,0035M
Pembuktian Perhitungan Konsentrasi Cuplikan
1.
V1.N1
= V2.N2
3.0,01 = 20.N2
N2 = 0,0015M (terbukti sama)
2.
V1.N1
= V2.N2
7.0,01 = 20.N2
N2
= 0,0035M (terbukti sama)
0 Response to "Laporan Kimia Dasar Kolorimetri Lengkap Docx"
Post a Comment