Laporan Analisis Kadar Analgetik Antipiretik Lengkap Docx
Analisis Kadar Analgetik
Antipiretik
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat
ALLAH SWT yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas
hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan alam
dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai-hambanya yang berada di
jalan-Nya.
Terimakasih sebelum dan sesudahnya
kepada semua pihak yang telah banyak membimbing, menasehati penulis dalam
bersikap yang baik dalam menuntut ilmu dan memberikan banyak pengajaran dalam
menyelesaikan tugas yang beliau berikan kepada penulis selama ini dan orang tua
yang telah memberikan motivasi untuk dapat lebih semangat dalam meraih
cita-cita yang diinginkan oleh penulis serta teman-temans ekalian yang tela hmembantu
baik bantuan moril maupun materil, sehingga makalah ini dapa terselesaikan
dalam waktu yang di tentukan.
Penulis menyadari sekali, didalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak
kekurangan-kekurangan, baik dari segi bahasa maupun dalam pengkonsolidasian
kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadang kalaanya menuruti egois
pribadi, untuk itu besar harapan penulis jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini di lain waktu, agar pengembangan
tata bahasa penulis lebih baik lagi dan juga hal-hal yang diangkat dalam
menyelesaikan makalah ini tidak secara gegabah ataupun egois semata.
Harapan paling besar dari penyusunan
makalah ini adalah, mudah-mudahan apa yang penulis susun ini penuh manfaat,
baik untuk pribadi, teman-teman serta orang lain yang ingin membaca dan
menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan dalam
menambah referensi yang telah ada dan dapat memberikan manfaat bagi yang
membaca untuk dapat menjadi acuan bahan diskusi dan dapat mengembangkan
kreatifitas bagi mahasiswa.
Palopo, 12 April 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar................................................................................................................... 2
Daftar Isi............................................................................................................................... 4
BAB I Pendahuluan........................................................................................................... 5
A. Latar Belakang
.............................................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah
....................................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 6
BAB II Pembahasan........................................................................................................... 8
A. Dasar Teori..................................................................................................................... 8
B. Penggolongan
Analgetik-Antipiretik.......................................................................... 10
C. Identifikasi
dari Obat Analgetik-Antipiretik................................................................. 15
D. Analisis
Analgetik-Antipiretik....................................................................................... 17
E. Penetapan
Kadar Analgetik-Antipiretik...................................................................... 19
BAB III
Penutup.................................................................................................................. 23
A.
Kesimpulan .................................................................................................................... 23
B. Saran .............................................................................................................................. 23
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Analgetika (Obat Penghilang rasa nyeri) ialah
obat yang digunakan untuk mengurangi/menekan rasa sakit, misalnya rasa sakit
kepala, otot, perut, gigi dan sebagainya. Antipiretik adalah zat-zat yang dapat
mengurangi suhu tubuh. Analgetik dapat meringankan rasa nyeri Tanpa
menghilangkan kesadaran penderita. Karena khasiat dari obat analgetika ini
dapat mengurangi rasa sakit/ nyeri, maka obat analgetika ini menjadi sangat
populer dan disenangi oleh masyarakat, meskipun tidak dapat menyembuhkan/ menghilangkan
penyakit dari penyebabnya.
Dalam
bidang farmasi khususnya kimia farmasi sering dilakukan analisis sediaan
farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif seperti
identifikasi organoleptik, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk
menentukan kadar suatu senyawa.
Analisis kuantitatif terhadap bahan-bahan
atau obat yang sering
digunakan dalam bidang
farmasi dimaksudkan untuk menentukan
kadar dan mutu dari obat-obatan dan senyawa-senyawa kimia seperti yang telah tercantum dalam farmakope dan
buku resmi lainnya. Analisa kuantitatif dapat
dibagi menjadi empat, yaitu secara volumetri, gravimetri, gasometri dan
instrument. Metode volumetri ada yang dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung.
Salah satu
sumbangan nyata ilmu kimia kepada ilmu farmasi ialah bidang pengobatan. Salah
satu obat yang sangat sering digunakan dalam masyarakat adalah obat-obatan
golongan analgesik antipiretik. Obat analgesik antipiretik serta obat
anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen,
bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat-obat
ini ternyata memiliki banyak
persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Analgetik adalah obat yang mengurangi
atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Sedangkan
antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tingi. Jadi, Analisis senyawa ini dianggap
penting sebagaimana diketahui senyawa ini merupakan zat aktif yang dapat
digunakan sebagai analgetik atau penghilang rasa nyeri dan antipiretik atau
penurun panas atau demam, sehingga dapat diketahui bagaimana sifat dari senyawa
ini seperti kemurniaanya. Karena itu, dalam makalah ini akan
dijelaskan mengenai struktur kimia dari golongan obat analgetik antipiretik,
serta mengenai analisis penetapan kadar pada analgetik antipiretik.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu obat Analgetik-Antipiretik?
2.
Bagaimana
penggolongan Obat dari Analgetik-Antipiretik?
3.
Bagaimana
identifikasi dari obat Analgetik-Antipiretik?
4.
Bagaimana
analisis dari obat Analgetik-Antipiretik?
5.
Bagaimana
metode penetapan kadar pada obat Analgetik-Antipiretik?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa itu obat
Analgetik-Antipiretik.
2.
Untuk mengetahui bagaimana penggolongan Obat dari
Analgetik-Antipiretik.
3.
Untuk mengetahui bagaimana identifikasi dari obat
Analgetik-Antipiretik.
4.
Untuk mengetahui bagaimana analisis dari obat
Analgetik-Antipiretik?
5.
Untuk mengetahui bagaimana metode penetapan kadar pada
obat Analgetik-Antipiretik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar
Teori
Sebelum
penemuan asetaminofen berawal dari kulit sinkona Yang digunakan sebagai agen
antipiretik, selain digunakan untuk menghasilkan obat antimalaria. Karena pohon
Sinkona semakin berkurang pada1880-an,sumber alternatif mulai dicari. Terdapat dua agen
antipiretik yang dibuat pada 1880-an : asetanilida pada 1886 dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, parasetamol telah
disintesis oleh Harmon Northrop Morse melalui pengurangan p-nitrofenol bersama timah dalam asam asetat gletser. Walaupun proses ini telah dijumpai pada tahun
1873, paracetamol tidak digunakan dalam bidang pengobatan hingga dua dekade
setelahnya. Pada 1893, parasetamol telah ditemui di dalam air kencing seseorang yang menggunkan fenasetin, yang memekat
kepada hablur campuran berwarna putih dan berasa pahit. Pada tahun 1899,
parasetamol dijumpai sebagai metabolit asetanilida. Namun penemuan ini tidak
dipedulikan pada saat itu. Pada 1946, Lembaga Studi Analgesik dan Obat-obatan
Sedatif telah memberi bantuan kepada Departemen Kesehatan New York untuk
mengkaji masalah yang berkaitan dengan agen analgesik. Bernard BrodiedanJulius Axelrodtelah ditugaskan untuk mengkaji mengapa bahan
bukan aspirin dikaitkan dengan adanya methemoglobinemia, sejenis keadaan darah tidak berbahaya. Di dalam tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelrod
mengaitkan penggunaana asetanilida dengan methemoglobinemia dan mendapati
pengaruh analgesik asetanilida adalah disebabkan metabolit parasetamol
aktif. Mereka membela penggunaan parasetamol karena memandang bahan kimia ini
tidak menghasilkan racun asetanilida.
Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan
fungsi sistem syaraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa
sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan
nilai ambang persepsi rasa sakit. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya
merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda
bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh, seperti peradangan
(rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot. Penyebab rasa
nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu
yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas
di kulit, selaput lendir, atau jaringan- jaringan (organ-organ) lain. Dari
tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf
Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri
di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri.
Antipiretik adalah zat-zat yang dapat
mengurangi suhu tubuh. Pada keadaan demam, thermostat di hipotalamus terganggu,
menyebabkan suhu tubuh meningkat. Obat analgetika-antipiretika bekerja
mengembalikan fungsi thermostat ke suhu tubuh normal, dengan cara rangsangan
pusat pengatur kalor di hipotalamus. Sehingga terjadi vasodilatasi perifer
dikulit dan pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat.
B.
Penggolongan Analgetik-Antipiretik
1. Turunan anilin dan para –aminofenol
Turunannya seperti
acetaminofen, asetanilid, dan fanasetin, mempunyai aktivitas
analgesik-antipiretik sebanding dengan aspirin, tetapi tidak mempunyai efek
antiradang dan antirematik. Turunan ini digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
kepala dan nyeri pada otot atau sendi, dan obat penurun panas yang cukup baik.
Efek samping yang dittimbulkan antara lain adalah methoglobin dan hepatotoksik.
Anilin mempunyai efek
antipiretik cukup tinggi tetapi toksisitasnya juga besar karena menimbulkan
methemoglobin suatu bentuk hemoglobin yang tidak berfungsi sebagai pembawa
oksigen. Pada dosis terapi relatif aman tetapi pada dosis yang lebih besar
menyebabkan pembentukan methemoglobin dan mempengaruhi jantung.
a. Acetaminofen (Paracetamol)
Struktur parasetamol
terdiri dari sebuah cincin benzen yang tersubstitusi oleh gugus hidrokdil (-OH)
dan atom nitrogen dari gugus amida yang berada pada posisi para (1,4), sehingga
senyawa tersebut dinamai dengan para-asetaminofenol yang kemudian lebih dikenal
dengan parasetamol. Paracetamol merupakan metabolit dari fenasetin. Untuk
Fenasetin, tidak digunakan lagi dalam pengobatan, karena penggunaannya
dikaitkan dengan terjadinya anemia hemolitik, dan mungkin kanker kandung kemih.
Obat ini menghambat prostaglandin yang lemah pada jaringan perifer dan tidak
memiliki efek anti-inflamasi yang bermakna. Obat ini berguna untuk nyeri ringan
sampai sedang seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan
lain. Efek samping kadang-kadang timbul peningkatan ringan enzim hati.
Nama Resmi :
Paracetamolum
Nama Lain :
Paracetamol, Acetaminofen
Struktur Kimia :
Rumus Molekul :
C8H9NO2
Berat Molekul :
151,16
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa
sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N; Mudah larut dalam
etanol.
Kandungan :Paracetamol mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2,
dihitung terhadat zat anhidrat.
Baku pembanding : Paracetamol BPFI; lakukan pengeringan di
atas silika gel P selama 18 jam
sebelum digunakan.
b. Asetanilid
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil
amina aromatis yang digolongkan sebagai amida primer,
dimana satu atom hidrogen pada anilin digantikan dengan satu gugus
asetil
Nama Resmi : Asetanilida
Nama Lain : N-phenylacetamide, asetanil
Rumus molekul :
C6H5NHCOCH
Berat molekul : 135,16
Pemerian :
berbentuk
butiran berwarna putih (kristal)\
Kelarutan : tidak larut dalam minyak parafin dan
larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.
2. Turunan 5-pirazolon
Turunannya seperti antipirin,
amindopirin dan metampiron, aspirin. Turunan ini digunakan untuk mengurangi
rasa sakit pada keadaan nyyeri kepala,nyeri spasma usus, ginjal, saluran
empedu, dan urin, neuralgia, migrain, dismenorhu, nyeri gigi, dan nyeri
rematik. Efek samping yang ditimbulkan oleh turunan 5-pirazolon adalah
agranulositosis yang dalam beberapa kasus dapat berakibat fatal. Di pasaran
piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini amat
manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun piralozon
diketahui menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis (berkurangnya sel
darah putih), karena itu penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu
disertai resep dokter.
a. Aspirin
Aspirin mengandung gugus fungsi asam
karboksilat, dengan rumus molekul C9H8O4. Nama
IUPAC dari aspirin adalah asam 2-asetilbenzoat. Nama generik aspirin adalah
asetosal.
Nama Resmi : Acidum Aceytlosalicylicum
Nama Lain : Asam Asetilsalisat
Rumus Struktur :
Berat Molekul : 180,16
Kandungan : Asam Asetilsalisat mengandung
tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4, dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan.
Pemerian :
Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur
putih; tidak berbau atau berbau lemah. stabil diudara kering; dalam udara
lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.
Kelarutan :
Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam kloroform, dan
dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak.
Baku pembanding : Asam Asetilsalisat BPFI; lakukan pengeringan diatas silika gel
P selama 5 jam, sebelum digunakan.
Simpan dalam wadah tertutup rapat.
b. Antipirin
Nama resmi : Antipyrinum
Nama lain : Antipirin
Rumus Molekul : C11H12N2O
Berat Molekul : 188, 23
Kandungan : antipirin mengandung tidak
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100 5% C11H12N2O, dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Pemerian : Serbuk hablur, hablut
tidak berwarna atau putih, tidak berbau atau agak pahit. Larutan netral
terhadap lakmus.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam
air; mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam eter.
Jarak
lebur : Antara
110º-112,5º
Baku
pembanding : Antipirin BPFI; lakukan
pengeringan pada suhu 60º selama 2 jam sebelum digunakan.
Kesempurnaan melarut dan warna larutan
larut sempurna dalam 1 bagian air dingin, jika diamati secara melintang dalam
tabung yang berdiameter lebih kurang 20 mm, larutan tampak tidak berwarna dari
kuning pucat.
c. Metampiron
Nama resmi : Methampyronum
Nama lain : Metampiron,
Antalgin
Rumus Molekul : C13H16N3NaO4SH2O
Berat Molekul : 351,37
Kandungan : Metampiron mengandung tidak
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C13H16N3NaO4S. dihitung terhadap
zat yang telah dikeringkan
Pemerian : Serbuk hablur; putih atau
putih kekuningan.
C.
Identifikasi dari Obat
Analgetik-Antipiretik.
1. Turunan anilin dan para –aminofenol
a. Paracetamol
§ Spektrum
serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering yang cocok dan
didispersikan dalam kalium bromide P
menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada Paracetamol BPFI
§ Spektrum
Serapan ultraviolet larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran asam klorida 0,1 N dalam methanol P (1
dalam 100), menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama
seperti Paracetamol BPFI
§ Memenuhi
uji Identifikasi secara Kromatografi
Lapis Tipis, gunakan larutan 1 mg/ml dalam methanol P dan fase gerak diklormetana P-metanol
2. Turunan 5-pirazolon
1. Aspirin
§ Panaskan
dengan air selama beberapa menit, dinginkan dan tambahkan 1 atau 2 tetes besi (lll) klorida LP; terjadi
warna merah ungu.
§ Spektrum
serapan inframerah zat yang didispersikan dalam kalium bromida P menunjukan maksimum hanya pada panjang gelombang
yang sama sperti pada Asam Asetilsalisat
BPFI.
2. Antipirin
§ Spektrum
serapan inframerah zat yang didispersikan kalium
bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang sama seperti
pada Antipirin BPFI.
§ Spektrum
serapan ultraviolet larutan (1 dalam 50.000) dalam metanol P menunjukan maksimum dan minimum pada panjang yang sama
seperti pada Antipirin BPFI, daya
serap masing-masing dihitung terhadap zat telah dikeringkan pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 266 mm: berbeda tidak lebih dari 3,0%
§ Pada
larutan tambahan asam tanan LP;
terbentuk endapan putih.
3. Metampiron
§ Pada
3 ml larutan 10% tambahkan 1 ml sampai 2 ml asam
klorida encer P dan 1 ml besi (lll)
klorida P 5%; terjadi warna biru yang jika dibiarkan berubah menjadi merah,
kemudian tidak berwarna.
§ Panaskan
2 ml larutan 10% yang telah diasamkan dengan asam klorida P 25%; terjadi gas belerang dioksida.
D.
Analisis Analgetik-Antipiretik.
1. Turunan anilin dan para –aminofenol
a. Analisis Golongan
§ Reaksi Isonitril
Zat
uji + kloroform, NaOH dan etanol → dipanaskan → bau busuk dari isonitril
§ Reaksi Indofenol
Zat
uji + ammonia, Na-hipoklorit, dan fenol → dipanaskan → warna hijau biru →
pemanasan lebih lanjut → merah
b.
Analisis Gugus
§ Senyawa
Nitrogen (Amin
aromatis)
Zat
uji + HCl → dipanaskan 5-15 menit → didinginkan → warna merah jingga atau
endapan merah jingga (Fenasetin)
§ Reaksi Gabungan
Dengan Asam Sulfanilat
Zat
uji + 1 ml NaOH 3N + campuran asam sulfanilat dan NaNO2 10% (1:1) →
merah (Paracetamol)
c.
Reaksi Individual
1.
Parasetamol
§ Zat uji + 10 ml
akuades + 1 tetes FeCl3 → biru violet
§ Zat uji + 1 ml
NaOH 3N → panaskan → setelah dingin + 1 ml asam sulfanilat + beberapa tetes
NaNO2 → warna merah
§ Zat uji + 1 ml
HCl → panaskan 3 menit → + 10 ml akuades → setelah dingin + 1 tetes K2Cr2O7
→ warna violet yang tidak berubah menjadi merah (bandingkan dengan fenasetin)
§ Zat uji pada
drupple plate + asam nitrat encer → amati warna
2.
Fenasetin
§ Zat uji + asam
nitrat pekat → didihkan → ambil 1 tetes larutan yang telah dididihkan, letakkan
pada obyek glass + 1-2 tetes air dingin → amati kristal di bawah mikroskop.
Hasil reaksi di atas setelah dingin membentuk kristal kuning
§ Zat uji + 2 ml
H2SO4 pekat → panaskan hingga mulai mendidih → setelah
dingin + 2ml akuades → bau etil asetat
§ Zat uji + 1 ml
asam nitrat → amati warna → ambil 1 tetes letakkan pada obyek glass + 1-2 tetes
air dingin → amati kristal di bawah mikroskop
§ Zat uji + 1 ml
aseton → teteskan pada obyek glass + 1-2 tetes air dingin → amati kristal di
bawah mikroskop.
§ Zat uji + 1 ml
HCl teteskan pada obyek glass + 1-2 tetes reagen dragendorf → amati kristal di
bawah mikroskop
2. Turunan 5-pirazolon
a. Analisis Golongan
§ Zat uji +
reagen Mayer + HCl→ terjadi endapan
§ Zat uji + larutan
FeCl3 → biru (novalgin), ungu (piramidon), merah (antipirin)
§ Zat uji + HCl + NaNO2 →
hijau (antipirin), ungu (piramidon)
b.
Analisis Individual
1. Metampiron
§ Zat uji +
reagen Mayer → endapan putih kuning
§ Zat uji + HCl
encer + FeCl3 → warna biru → diamkan → merah → tak berwarna
§ Zat uji + 1 ml
AgNO3 → warna ungu dengan endapan perak metalik
§ Reaksi kristal
dengan K4Fe(CN)6 → amati kristal di bawah mikroskop
2. Antipirin
§ Zat uji +
reagen Mayer → endapan putih
§ Zat uji + FeCl3
→ merah darah → + H2SO4 encer → kuning
§ Zat uji +
beberapa tetes NaNO2 + H2SO4 encer → hijau
intensif
§ Zat uji + DAB
HCl → warna rose lama
§ Reaksi kristal
dengan asam pikrat → amati kristal di bawah mikroskop
E. Penetapan
Kadar Analgetik-Antipiretik
a.
Metode Iodimetri
Iodimetri
yaitu suatu proses analitis secara langsung yang menggunakan iodin sebagai agen
pengoksidasi. Hanya sedikit substansi yang cukup kuat sebagai unsur reduksi
untuk dititrasi langsung dengan iodin. Karena itu jumlah dari
penentuan-penentuan iodimetrik adalah sedikit. Namun demikian, banyak agen
pengoksidasi yang cukup kuat
untuk bereaksi secara lengkap dengan ion iodida dan aplikasi iodometrik cukup
banyak.
b.
Metode Diazotasi
Diazotasi
merupakan analisis kuantitatif yang berdasar pada reaksi antara amin aromatis
primer dengan asam nitrit sebagai penitrannya yang berlangsung dalam suasana
asam dan membentuk garam diazonium.
1. Turunan anilin dan para –aminofenol
a. Paracetamol
§ Metode Diazotasi
Ø Ditimbang 302,5 mg tablet
paracetamol yang setara dengan 250 mg paracetamol yang telah diserbukkan
terlebih dahulu.
Ø Paracetamol tersebut ditambahkan 20
ml H2SO4 0,1 N.
Ø Dipanaskan selama 10 menit.
Ø Ditambahkan 10 ml aquadest dan HCl P
sebanyak 5 ml.
Ø Larutan tersebut kemudian
didinginkan dengan es batu hingga suhu kurang 150C.
Ø Ditambahkan indikator dalam yaitu
tropeolin OO dan metilen biru sebanyak 3 tetes.
Ø Dititrasi dengan NaNO2 hingga
warna hijau toska.
Ø Dihitung volume titrasinya dan
dihitung kadarnya.
§ Menurut Farmakope Indonesia Ed. IV
Larutan
baku,
timbang seksama sejumlah Paracetamol BPFI, larutkan dalam air hingga kadar
lebih kurang 12 µg/ml.
Larutan
Uji,
timbang seksama lebih kurang 120 mg, masukkan ke dalam labu tentukur 500 ml,
larutkan dalam 10 ml methanol P, encerkan
dengan air sampai tanda. Masukkan 5,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 100 ml,
encerkan dengan air sampai tanda dan campur. Ukur serapan Larutan Uji dan Larutan baku
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 244 nm, terhadap air
sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg, C8H9NO2,
dengan rumus:
C adalah kadar
Paracetamol BPFI dalam µg/ml Larutan
baku; Au dan As berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.
2. Turunan 5-pirazolon
1. Aspirin (Dirjen Pom, 1995)
Timbang seksama lebih kurang
1,5 g, masukkan kedalam labu, tambahkan 50,0 ml natrium hidroksida 0,5 N LV,
didihkan campuran secara perlahan-lahan selama 10 menit. Tambahkan indikator
fenolftalein LP. Titrasi kelebihan natrium hidroksida dengan asam sulfat 0,5 N
LV. Lakukan penetapan blangko.
2.
Antipirin
(Dirjen Pom, 1995)
Timbang seksama lebih kurang
100 mg, masukkan dalam labu iodum 250 ml, larutkan dalam 25 ml air. Tambahkan 2
g natrium asetat P dan 20,0 ml iodum 0,1 N LV, biarkan ditempat yang gelap dan
sejuk selama 20 menit, tambahkan 25 ml atanol P hingga endapan larut. Titrasi
kelebihan iodum dengan natrium triosulfat 0,1 N LV, menggunakan kanji LP
sebagai indikator.
3.
Metampiron
§ Metode Iodimetri
Ø Tablet methampiron ditimbang
sebanyak 294 mg yang setara dengan 250 mg methampiron.
Ø Dilarutkan dengan aquadest sebanyak
25 ml di erlenmeyer dan ditambahkan 10 ml HCl 0,1 N dan 2 ml indikator kanji.
Ø Dititrasi dengan larutan iod hingga
berwarna biru.
Ø Dihitung volume titrasinya dan
dihitung kadarnya.
§ Menurut Farmakope Indonesia Ed. IV
Timbang seksama lebih kurang 200 mg,
larutkan dalam 5 ml asam klorida 0,02 N dan segea titrasi dengan iodum 0,1 N
LV, menggunakan indicator kanji LP, dengan sekali-sekali dikocok hingga terjadi
warna biru mantap selama 2 menit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
§ Analgetik-antipiretik adalah obat
yang digunakan untuk menghilangkan nyeri dan menurunkan demam.
§ Penggolongan analgetik-antipiretik
ada 2 yaitu turunan anilin dan para –aminofenol dan turunan
5-pirazolon
§ Turunan
anilin dan para –aminofenol contohnya Paracetamol.
§ Turunan
5-pirazolon contohnya Metampiron.
§ Analisis
yang dilakukan yaitu Analisis golongan, analisis gugus, dan reaksi individual
§ Metode
penetapan kadar yang digunakan pada turunan
anilin dan para –aminofenol yaitu metode Diazotasi.
§ Metode
penetapan kadar yang digunakan pada
turunan 5-pirazolon yaitu metode Iodimetri
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
A.L Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuanitatif. Jakarta: Erlangga.
Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta :
Depkes RI
Donald, C. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: EGC
Pudjaatmaka.1992.
Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Soekardjo bambang, Siswando. 2008. Kimia
Medisinal. Surabaya: Airlangga University Press
https://evalismawatiblog.wordpress.com/2013/05/01/analgetik-antipiretik.html
https://id.wikipedia.org
0 Response to "Laporan Analisis Kadar Analgetik Antipiretik Lengkap Docx"
Post a Comment