MAKALAH Bioteknologi Konvensional Mentega
MAKALAH Bioteknologi Konvensional Mentega, Kali ini saya membagikan sebuah makalah yang telah saya buat bersama dua orang teman saya mengenai makalah bioteknologi konvensional mentega yang merupakan dari mata kuliah bioteknologi praktikum, dimana kita di tuntun untuk membuat suatu produk yang menggunakan bantuan bakteri, sehingga kami memilih untuk membuat mentega berikut hasil dati makalah bioteknologi konvensional mentega yang telah kami buat :
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bioteknologi adalah cabang ilmu dari biologi yang
mempelajari tentang pemanfaatan makhluk hidup dengan tujuan menghasilkan barang
dan jasa yang berguna untuk kepentingan manusia. Sebenarnya manusia
sudah mengenal tentang pemanfaatan makhluk hidup sejak jaman dahulu. Namun
mereka belum mengenalnya sebagai bioleknologi. Bukti tersebut dapat diperkuat
dengan adanya bir, fermentasi anggur, pembuatan roti, yoghurt dan keju yang
sudah diproduksi oleh manusia yaitu sekitar 3000 SM.
Mentega biasanya digunakan sebagai
olesan roti dan biskuit, sebagai perantara lemak di beberapa resep roti dan
masakan, bahkan terkadang bahan untuk menggoreng. Menurut Departemen
Pertanian Amerika Serika, 63% dari lemak susu tersebut adalah hidrokarbon jenuh
dari asam lemak. Dengan kata lain komponen terbanyak di dalam mentega adalah
lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (dikenal sebagai
kolesterol jahat). Akibatnya mentega dianggap sebagai penyebab obesitas dan
mampu meningkatkan resiko serangan jantung. Selain itu mentega juga memiliki
manfaat bagi tubuh. Mentega kaya akan asam laurat yang membantu mencegah tubuh
mudah terinfeksi jamur, kaya akan aktioksidan,sumber vitamin K, dan sumber
vitamin A. Lemak jenuh yang ada pada mentega juga ada yang baik bagi tubuh,
yaitu membantu mencegah pembekuan darah dan tumor. Lemak baik yang terkandung
dalam mentega juga dapat mencegah terhadap berbagai jenis kanker.
Mentega sudah diproduksi sejak 8000 sd. 9000 tahun SM.
di Mesopotamia (sekarang Irak). Namun ketika mentega hanya dibuat dari susu
kambing dan domba. Sebab sapi baru dipelihara agak lebih kemudian. Saat ini,
India merupakan penghasil susu, sekaligus mentega terbesar di dunia. Hasil susu
segar India 91,4 juta ton per tahun. Separo dari hasil susu itu diproduksi
menjadi 1,4 juta ton mentega. Kadar air susu sekitar 88%. Sementara kadar air
mentega hanya 15%. Hampir seluruh produksi mentega India, dikonsumsi sendiri.
Hingga India juga merupakan konsumen mentega terbesar di dunia.
Mentega produksi Indonesia sudah masuk pasar swalayan,
namun mentega impor dari New Zealand juga masih ada. Mentega lokal yang beredar
di pasaran, merupakan produksi pabrikan. Sebenarnya mentega juga bisa
diproduksi dalam skala rumah tangga. Potensi produksi mentega ini ada di
Pengalengan (Jawa Barat), Boyolali (Jawa Tengah), dan Pujon (Jawa Timur). Di
tiga kawasan ini, susu hasil peternakan rakyat sering tidak tertampung oleh
pabrik. Belakangan ini, susu rakyat tersebut juga tidak mampu bersaing dengan
susu impor. Dalam kondisi seperti ini, agroindustri mentega menjadi salah satu
alternatif.
Prinsip pembuatan mentega adalah mengambil lemak
nabati susu berupa krim. Karena tanpa threatment (pasteurisasi), selama
pengumpulan, krim susu ini akan menjadi masam, akibat gula susu berubah menjadi
lactic acid. Krim masam ini kemudian difermentasi dengan bantuan bekteri
Lactococcus dan Leuconostoc. Proses ini membuat mentega tradisional beraroma
sangat khas. Kadar air mentega tradisional, mencapai 30%. Dalam proses
pembuatan mentega secara modern, krim susu terlebih dahulu dipasteurisasi,
hingga tetap segar dan tidak menjadi masam. Baru kemudian krim ini difermentasi
dengan bantuan bakteri. Proses ini dilakukan secara massal dalam industri
modern.
Karena mentega bisa diproduksi secara modern dan
massal, maupun secara tradisional dalam skala rumah tangga, maka komoditas ini
potensial untuk dikembangkan di sentra-sentra peternakan, yang jauh dari pabrik
susu kemasan. Selama ini yang menjadi kendala utama pengembangan ternak sapi perah
adalah, lokasinya harus berdekatan dengan pabrik susu. Hingga pemilihan lokasi
sentra peternakan sapi perah di Pangalengan, Boyolali, dan Pujon, karena
mempertimbangkan faktor ini. Selain faktor ketinggian tempat yang cocok untuk
sapi perah, yakni di atas 1.000 m. Dpl
Agroindustri mentega juga bisa dikembangkan pada
sentra peternakan kambing, domba, dan kerbau perah. Selama ini domba, misalnya
domba garut, Hampir tidak pernah dimanfaatkan susunya. Yang sudah lazim diperah
barulah kambing, terutama kambing peranakan etawa (PE), dan kerbau, terutama
kerbau murrah. Hasil susu kambing PE ini juga masih dipasarkan dalam bentuk
segar. Padahal susu kambing, domba, dan kerbau, justru lebih berpotensi untuk
diolah menjadi mentega secara tradisional, dalam skala rumah tangga, dibanding
dengan susu sapi.
Kadar air susu sapi mencapai 87,8%, kambing 88,9%,
domba 83%, dan kerbau hanya 81,1%. Protein susu sapi 3,2%, kambing 3,1%, domba
5,4%, dan kerbau 4,5%. Kadar lemak nabati susu sapi 3,9%, kambing 3,5%, domba
6%, dan kerbau 8%. Karbohidrat susu sapi 4,8%, kambing 4,4%, domba 5,1%, dan
kerbau 4,9%. Kandungan kolesterol susu sapi 14%, kambing 10%, domba 11%,
dan kerbau hanya 8%. Kandungan lemak susu kambing, domba dan kerbau, jelas
lebih tinggi dibanding kandungan lemak susu sapi. Hingga hasil mentega susu
kambing, domba dan kerbau, akan lebih baik dibanding susu sapi.
Sebaliknya kandungan kolesterol susu kambing, domba
dan kerbau, justru lebih rendah dibanding kolesterol susu sapi. Hingga kualitas
susu atau mentega kambing, domba, dan kerbau, juga akan lebih baik untuk
kesehatan, dibanding dengan susu, dan mentega sapi. Potensi ini belum diketahui
oleh para peternak, masyarakat, bahkan juga pemerintah. Terutama pemerintah
daerah di sentra peternakan kambing, domba dan kerbau. Program pengembangan
agroindustri mentega, seharusnya segera dimulai, oleh pemerintah daerah, dengan
melibatkan Dinas Peternakan, Perindustrian, dan sekaligus perdagangan.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui peranan
mikroorganisme Streptococcus lactis dalam pembuatan mentega.
2.
Untuk mengetahui proses pembuatan
mentega.
C. Manfaat
1.
Untuk menginformasikan kepada
pembaca kegunaan mikroorganisme Streptococcus lactis pada proses pembuatan
mentega.
2.
Agar pembaca mengetahui bagaimana
proses pembuatan mentega.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Mentega adalah produk makanan
berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya,
dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan lain yang diizinkan, serta
minimal mengandung 80 persen lemak susu. Selain garam dapur, ke dalam mentega
juga ditambahkan vitamin, zat pewarna, dan bahan pengawet (misalnya sodium
benzoat). Emulsi pada mentega merupakan campuran 18 persen air yang terdispersi
pada 80 persen lemak, dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat
pengemulsi.
Mentega mengandung sejumlah asam
butirat, asam laurat, dan asam linoleat. Asam butirat dapat digunakan oleh usus
besar sebagai sumber energi, juga dapat berperan sebagai senyawa
antikarsinogenik (antikanker). Asam laurat merupakan asam lemak berantai sedang
yang memiliki potensi sebagai antimikroba dan antifungi. Asam linoleat pada
mentega dapat memberikan perlindungan terhadap serangan kanker.
Ada 4 macam tipe mentega yang diproduksi antar lain:
1. Sweet cream salted butter
2. Cultured salted butter (Nothern
Europe)
3. Cultured unsalted butter (EEC
Country)
4. Sweet cream unsaltedd butter (Produksi
meningkat dibanding yang lain).
Mikroorganisme
atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme
mikroskopik. Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan
pangan menjadi bentuk lain. Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus
lactis dan Lectonosto ceremoris.Bakteri-bakteri tersebut
membentuk proses pengasaman.Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan
lemak mentega dipisahkan.
Bakteri
streptococcus lactis sangat berperan penting dalam pembuatan mentega. Bakteri
ini memakan laktosa pada susu dan merubahnya menjadi asam laktat. Laktosa
mudah dirubah menjadi asam laktat oleh bakteri pembentuk asam laktat seperti Streptococcus lactis atau lactobacillus. Adanya asam laktat susu
menjadi asam. Tetapi laktosa tidak mudah larut dalam air, dan sebab itu mudah
menjadi kristal. Laktosa terhidrolisis oleh asam dan enzim laktase menghasilkan
glukosa dan galaktosa yang lebih mudah larut dalam air daripada laktosanya
sendiri. Bakteri asam laktat dapat memfermentasi laktosa sehingga menimbulkan
susu menjadi kental dan terjadinya cairan yang terpisahkan dari proteinnya.
Setelah
mentega tersebut berhasil dibuat, kami membuat olahan mentega tersebu menjadi
kue nastar toping keju dan meses. Dan kami memberi nama kue nastar adalah “My
Cake”
BAB
III
METODOLOGI
A.
Pembuatan
Mentega
1.
Alat
dan Bahan
a) Alat-alat
yang digunakan:
-
Mixer
-
Wadah mangkuk
-
Wadah hasil mentega
-
Sendok
-
Penyaring
-
Panci
- Pemanas
- Lemari
pendingin
b) Bahan-bahan
yang digunakan:
-
Susu kambing 200 ml
2.
Prosedur
Pembuatan
|
||||||||||
|
||||||||||
|
||||||||||
|
B.
Pembuatan
Inovasi Mentega Nastar
(Mycake)
1.
Alat
dan Bahan
a) Alat-alat
yang digunakan:
-
Pemanggang
-
Pengocok / mixer
-
Celemek
-
Wadah membuat adonan /
baskom
-
Cetakan kue
-
Wadah penyimpanan kue
b) Bahan-bahan
yang digunakan:
-
Mentega 200 gram
-
Kuning telur 4 biji
-
Gula tepung 250 gram
-
Tepung terigu 500 gram
-
Susu bubuk 50 gram
-
Selai nanas
-
Toping seres dan keju
-
2.
Prosedur
Pembuatan
|
|
|||||||||||
|
|||||||||||
BAB IV
PEMBAHASAN
Bioteknologi merupakan ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup seperti bakteri
maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) untuk
menghasilkan suatu
produk. Dimana dilakukan pembuatan mentega yang berasal dari susu murni dari
sapi Prinsip
dari percobaan ini yaitu berdasarkan perubahan kedudukan globula lemak dalam
air susu menjadi emulsi air dalam lemak sehingga membentuk tekstur yaitu semi
padat.
Berdasarkan
hasil yang telah dibuat pengamatan sifat organoleptiknya diketahui bahwa
mentega memiliki warna putih dengan sedikit kuning, rasa asin, aroma khas
mentega, tekstur lembut. Bahan
utama pembuatan mentega adalah krim susu, dimana krim ini memiliki kandungan lemak yang
tinggi. Krim diperoleh dari
susu sapi dengan metode
pendinginan, dengan cara memasukan susu ke dalam kulkas, dengan itu akan
terjadi pemisahan antara krim dengan skim. Dimana krim susu akan berada di bagian
atas sehingga dapat untuk dipisahkan antara krim dengan skrim.
Lemak susu
atau krim susu yang telah didapat dinetralkan dengan garam, untuk membantu
dalam pembentukan mentega dan memberikan rasa yang asin selain itu berpengaruh
pada tekstur mentega, dimana garam-garam tersebut akan mengikat mantel air dari
lemak susu sehingga tekstur yang dihasilkan akan keras. Mentega biasanya diberi
garam, dan hal ini untuk mengeluarkan air yang tersisa dalam lemak susu. Fungsi
pendinginan dalam pembuatan mentega diantaranya air dingin untuk memperkeras
tekstur dari mentega sehingga pembentukan lemak pada mentega semakin banyak.
Fungsi kedua dari air adalah untuk melarutkan garam sehingga menjadi larutan
garam. Dan dilakukan Pasteurisasi
dilakukan dengan metode yang lambat (suhu 70-75°C selama 30 menit) atau metode
cepat (suhu 80-85°C selam 25 detik) bertujuan untuk membunuh sejumlah
besar bakteri dan enzim-enzim seperti lipase sehingga meningkatkan mutu simpan
produk akhir. Perlakuan selanjutnya adalah penumbukan dilakukan dengan cara
memblender susu selama 30 menit. Proses penumbukan bertujuan memisahkan bahan
mentega dari buttermilk. Selama proses penumbukan, globula lemak bergabung.
Diawali dengan terlihat pembentukan busa dan krim mengental dikarenakan terjadi
pemasukan udara akibat proses penumbukan sehingga viskositas atau kekentalan
krim meningkat dan mulai terlihat butiran-butiran lemak terpisah. Dalam proses
penumbukan, krim mengalami perubahan fisik dari granula yang kecil atau lemak
yang tidak tertumbuk akan larut kedalam butter milk sehingga terjadi kehilangan
lemak. Maka selanjutnya dilakukan penyaringan yang bertujuan untuk memisahkan
buttermilk dengan mentega setengah jadi
atau disebut bakal mentega. Bakal mentega selanjutnya dicuci dengan air dingin.
Perendaman dengan air dingin (suhunya 5- 100 C) tujuannya adalah agar lemak
lebih banyak terbentuk, karena tingkat pengadukan ditentukan juga oleh suhu
adukan. Bahwa lemak akan meleleh atau rusak dalam keadaan suhu yang tinggi.
Proses selanjutnya menghilangkan sisa air, dengan cara mentega dimasukan dalam
saringan lalu dicelupkan dalam air. Mentega disimpan didalam kulkas untuk
memperkuat tekstur dan mencegah terjadinya pelelehan
Perubahan
fisik yang terjadi pada pembuatan mentega adalah perubahan dari bentuk cair
(susu) dimana awalnya emulsi lemak dalam air menjadi bentuk semi padat yang
berupa emulsi air dalam lemak. Selain itu terjadi perubahan warna menjadi
kuning, dari kuning putih sampai kuning tua. Warna kuning pada mentega ini
disebabkan oleh zat warna β karoten dalam krim. Perubahan kimia pada pembuatan
mentega ini yaitu perubahan pH, karena krim dinetralkan sampai pH kira-kira
6,8-7,2. Selain itu terjadi perubahan komposisi. Dimana komposisi mentega
sebagian besar terdiri dari lemak rata-rata 82,5%. Bagian lainnya terdiri dari
air ± 14%, garam 2.5% dan bahan susu lainnya 1% (Anjarsari, 2010). Perubahan
biologi pada pembuatan mentega yaitu karena adanya bakteri dalam mentega yang
dapat mempengaruhi mutu. Krim yang telah mengalami kerusakan oleh ragi atau
oleh bakteri akan mempunyai rasa yang kurang enak yang akan terbawa ke mentega
(Anjarsari, 2010).
Mekanisme
terbentuknya globula lemak pada pembuatan mentega adalah lemak dari susu dapat
dipisahkan dari komponen lain dengan baik melalui proses pengocokan disebut
churning dengan blender. Dengan cara tersebut, secara mekanik film protein
disekeliling globula lemak retak dan pecah, sehingga memungkinkan globula lemak
menggumpal dan menyusup ke permukaan. Cara ini merupakan proses pemecahan
emulsi minyak dalam air dengan pengocokan (Winarno, 1992).
Karena
adanya pemecahan maka akan terjadi perubahan kedudukan globula lemak dalam air
susu menjadi emulsi air dalam lemak sehingga membentuk tekstur semi padat.
Pencucian bakal mentega yang dilakukan dengan air dingin sebanyak tiga kali dan
pencucian terakhir dengan ditambahkan garam sebanyak 3 gram. Pencucian dengan
air dingin bertujuan untuk mencuci atau membersihkan bakal mentega dari
komponen susu lainnya seperti skim dan untuk lebih mendapatkan lemak susu hasil
churning. Pencucian ditambahkan dengan larutan garam, hal ini bertujuan untuk
memberi rasa pada bakal mentega dan untuk menguatkan struktur bakal mentega
karena garam dapat menyerap air dari bakal mentega. Di samping itu, pencucian
dilakukan untuk menghilangkan rasa asam (Anjarsari, 2010).
Perbedaan
mentega yang digarami dengan yang tidak digarami yaitu mentega yang digarami
biasanya memiliki flavor yang lebih tajam daripada yang tidak digarami.
Penambahan garam biasanya sekitar 2,5%. Mentega yang tidak bergaram berasa
manis, karena itu sering disebut sweet butter, sweet butter tidak selalu dibuat
dari sweet cream (Anjarsari, 2010).
Hal yang
perlu diperrhatikan dalam pembuatan mentega diantaranya, Air yang masih bebas
akan mempercepat rusaknya mentega. Warna mentega harus terlihat rata dan
seragam, hal ini menunjukkan keseragaman kandungan air dalam setiap bagian
mentega. Suhu mentega harus selalu dipertahankan rendah sehingga mentega tidak
lembek (meleleh). Selain itu proses pencucian mentega harus idlakukan dengan
benar untuk memastikan bahwa semua susu mentega dibuang keluar dari mentega.
Jika tidak maka mentega akan tengik.
Yang
menyebabkan aroma susu lebih kuat pada mentega karena bahan dasar pembuatan
mentega adalah susu. 80% kandungan susu yang terdapat pada mentega berasal dari
sumber hewani. Maka dari itu mentega memiliki rasa yang gurih dan aroma susu
yang cukup kuat. Hal tersebut juga menyebabkan warna mentega yang lebih pucat
dibandingkan margarin.
Kandungan
lemak yang terdapat pada mentega jauh lebih tinggi dibandingkan margarin.
Mentega juga memiliki kandungan vitamin A,D,E,K yang larut dalam lemak dan
tidak dapat larut dalam air. Mentega juga memiliki kadar kolesterol yang lebih
tinggi. Tingginya jumlah lemak jenuh berhubungan
dengan tingginya kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) . Faktor faktor berhubungan dengan lemak
tersebutlah yang mengakibatkan tekstur licin dan berminyak pada mentega.
Margarin
memiliki warna yang lebih kuning daripada mentega. Hal pertama karena margarin
terbuat dari bahan dasar nabati. Yakni olahan minyak kelapa sawit. Warnanya lebih kuning dr mentega karena adanya
tambahan zat pewarna alami, seperti karotenoid. Teksturnya lebih padat dan
titik lelehnya lebih tinggi dari pada mentega karena ada proses hidrogenasi
(penjenuhan asam lemak).
Makanan produk
mentega dapat dibuat dengan berbagai macam makanan
diantaranya dibuat nastar yang merupakan Nastar merupakan sejenis kue kering
campuran dari adonan tepung terigu, mentega dan telur dengan isian yang umumnya
berupa selai buah nanas. Meskipun sangat familiar di Indonesia, tetapi asal
mula kata Nastar berasal dari Belanda yang berarti Ananas dan Tart yang berarti
Tart Nanas. Khusus bagi masyarakat Indonesia, Nastar sangatlah familiar
terlebih bagi mereka yang setiap tahunnya selalu merayakan Lebaran atau Idul
Fitri. Umumnya bentuk kue Nastar selalu berbentuk bulat-bulat
dengan diameter sekitar 2 cm dengan hiasan atasnya berupa potongan buah ceri ,
kismis atau cengkeh untuk menambah aroma dari Kue itu sendiri. Untuk rasa kue
nastar pertama adalah rasa nanas yang memang merupakan kue asli
yang berasal dari Indonesia ini.
Kue ini
awalnya sendiri tidak berbahan dasar dari nanas tetapi karena buah nanas sangat
mudah ditemukan maka bahan utama kue ini kemudian diganti dengan nanas.
Sehingga buah nanas kini identik dengan bahan dari nastar ini. Untuk nastar yang berasal dari buah nanas ini
mempunyai ciri rasa yang enak, lembut, dan juga dengan isi yang berbeda.
Bahan dari
nastar nanas ini sendiri tentunya nanas, yang dicampurkan dengan bahan air,
gula pasir, butter, margarin, tepung, susu bubuk, dan juga bisa ditambahkan
dengan parutan keju di atasnya apabila sudah jadi. Berdasarkan pengeluaran
keuangan dalam pembutan mentega sampai pembuatan nastar kurang lebih
menghasilkan 80 ribu yang menghasilkan dua wadah, sehingga satuan dari wadah
tersebut dapat dijual sekitar 40-50 ribu.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari bioteknologi
konvensional pembuatan mentega dapat disimpulkan bahwa
1. Kandungan dalam mentega sebagian besar dari
lemak jenuh, karena dalam pembuatan mentega menggunakan krim susu yang memiliki
kandungan lemak tinggi.
2. Pembuatan mentega menggunakan
mikroorganisme Streptococcus lactis
dan Lectonosto ceremoris, yang
akan membantu dalam proses pengasaman, dengan memakan laktosa pada susu dan
berubah menjadi asam laktat. Sehingga penggunaan bakteri dapat pula diganti
dengan lemon untuk membantu pengasaman.
3. Inovasi pembuatan makanan dari mentega dapat
dijadikan berbagai macam makanan seperti membuatan nastar yang mempunyai rasa
manis, gurih, dan lembut.
B.
Saran
Saran dalam
pembuatan mentega harus dapat memisahkan antara krim susu dengan skim dengan
cara pendinginan atau separasi karena jika tidak dipisahkan tidak akan
terbentuk mentega, pada saat diblender.
DAFTAR
PUSTAKA
Achyadi, Nana Sutisna. 2016. Perkuliahan Teknologi Pengolahan Pangan II:
Susu Mentega. Universitas Pasundan: Bandung.
Anjarsari, Bonita. 2010. Pangan Hewani Fisiologi Pasca Mortem dan Teknologi.
Graha Ilmu: Yogyakarta. Buckle, K.A., R. K. Edward, G. H. Fleet, dan M. Wooton.
2009. Ilmu Pangan Penerjemah: H.Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Anonim, (2002), Mengenal Jenis-Jenis Mentega
Ketaren
S, (1986), Minyak dan Lemak Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Standar Nasional
Indonesia, (1995), Syarat Mentega,
BPOM, Bandung.
Wahyuni, dan Made Astawan. 1998. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat
Guna. Akademika Pressindo: Jakarta.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Pernerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
0 Response to "MAKALAH Bioteknologi Konvensional Mentega"
Post a Comment