LAPORAN ISOLASI PIGMEN DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM Lengkap
KEGIATAN
III
ISOLASI
PIGMEN TANAMAN DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM
I.
TUJUAN
1. Mengetahui
pengertian kromatografi kolom
2. Melakukan
isolasi pigemen tanaman dengan kromatografi kolom
3. Mengetahui
kandungan pigmen dalam kangkung
II.
DASAR TEORI
Kromatografi
kolom merupakan suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen-komponennya
dipisahkan dan didistribusikan diantara 2 fase, salah satu fase tersebut adalah
suatu lapisan stationer dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida
yang mengalir lembut disepanjang landasan stationer. Pase stationer bisa berupa
padat maupun cairan, sedangkan fase gerak bisa berupa cairan atau gas (Day dan
Underwood, 1986).
Kromatografi
kolom adsorbsi merupakan salah satu contoh dari kromatografi cair-padat yang
termasuk teknik tertua yang dioperasikan berdasarkan retensi terlarut pada
permukaan adsorben. Pada kromatografi adsorbsi, fase stationernya terdiri atas
zar padat dan fase geraknya terdiri dari zar gas atau cair. Yang temasuk dalam
kromatografi cair-padat adalah kromatografi kolom adsorbsi, kromatografi gas, dan
kromatografi lapis tipis (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada
kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan pada bagian atas
kolom penjerat yang berada dalam tabung kaca, tabung logam, atau tabung
plastik. Kolom kromatografi tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi
(gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca ynag
dilengkapi dengan keran jenis tertentu oada bagian bawahnya untuk mengatur
aliran pelarut (Gritter, 1991).
Klasifikasi
kromatografi kolom berdasarkan interaksi komponen dengan adsorben adalah:
1. Kromatografi
adsorbsia: komponen yang dipisahkan secara selektif teradsorbsi pada permukaan
adsorben yang dipakai untuk isian kolom.
2. Kromatografi
partisi: komponen mengalami partisi antara kapisan cairan tipis ada penyangga
padat dan eluen.
3. Kromatografi
pertukaran ion: komponen yang dipisahkan berbentuk ion.
4. Kromatografi
filtrasi gel: pemisahan berdasarkan ukuran komponen yang dipisahkan.
Pengemasan
kolom dapat dilakukan dengan cara basah atau cara kering. Cara basah lebih
mudah untuk memperoleh packing yng memberikan pemisahan yang baik. Sedangkan
cara kering umumnya dilakukan untuk alumina. Dalam cara basah, fase diam
dicampur terlebih dahulu dengan pelarut sebelum dimasukkan ke tabung kolom.
Sedangkan cara kering fase diam dimasukkan terlebih dahulu kedalam kolom, baru
dialiri fase gerak (Basset, 1994).
Kromatografi
kolom memiliki peranan yang sangat luas dalam berbagai bidang, misalnya dalam
penentuan kualitatif atau kuantitatif suatu senyawa. Metode ini juga diaplikasikan
dalam pemisahan molekul-molekul penting seperti asam nukleat, karbohidrat,
lemak, vitamin, dan molekul penting lainnya. Selain itu juga bisa digunakan
untuk infestigasi suatu senyawa berbahaya dalam pasien atau korban.
Kromatografi
kolom memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah dapat digunakan
untuk analisis dan aplikasi preparatif, menentukan jumlah komponen campuran,
dan untuk memisahkan dan purifikasi. Selain itu metode ini hanya membutuhkan
alat dan bahan yang mudah didapat dan murah,
hanya membutuhkan waktu yang singkat, dan udah pelaksanaannya. Kekurangnnya
adalah membutuhkan kemampuan dalam teknik dan manual untuk menyiapkan kolom
yang sasuai dengan sampel, dan juga kurang akurat dalam penetapan kuantitaitf
komponen dalam senyawa (Gritter, 1991).
Kangkung
(Ipomoea aquatica) merupakan semak
yang kadang-kadang berumur 1 tahun atau menahun. Batangnya menjalar diatas
tanah basah atau terapung. Tangkai daun tebal 3-20 cm, helaian daun sangat
berbeda dalam bentuk dan ukuran, bulat telur, segitiga, memanjang, bentuk
garis/lanset, gundul, rata/bergerigi, hidup ditanam atau liar, tempat lembab,
berawa, genangan, parit, sawah, pinggir jalan (Steenis, 1947).
Tanaman
memiliki pigmen yang digunakan untuk membantu kelangsungan hidupnya, macam-macam
pigemen dalam tanaman adalah:
1. Klorofil:
merupakan pigmen fotosintesis yang terdapat pada sebagian besar tumbuhan.
Dibagi menjadi klorofil a yang mengandung warna hijau, dan klorofil b yang
mengandung warna biru.
2. Karotenoid:
merupakan pigmen penyebab warna merah, orange, dan kuning pada sayuran.
3. Antosianin:
pembei warna merah, merah muda, ungu, dan biru.
4. Xantofil:
pigmen berwarna kuning
III.
ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Gelas
ukur 10 ml : 2 buah
2. Gelas
ukur 20ml : 2 buah
3. Gelas
beaker 120 ml : 1 buah
4. Corong : 1 buah
5. Pipet
tetes plastik : 2 buah
6. Pipet
tetes kapiler : 1 buah
7. Kolom : 1 buah
8. Klem
dan statif : 1 buah
9. Tube : 12 buah
10. Spatula : 2 buah
B. BAHAN
1. Silica
gel : 3 gr
2. Daun
kangkung : 7 lembar
3. Solven
PA (Pro Analysis) : aseton,
n-heksana, metanol
4. Anhidrat : secukupnya
5. Kertas
saring :
secukupnya
6. Alumunium
foil : secukupnya
A. PENYIAPAN
KOLOM DAN FASE DIAM
V.
DATA PENGAMATAN
Fraksi
|
Warna
|
1
|
Bening
|
2
|
Kuning
jernih segar
|
3
|
Kuning
jernih pucat
|
4
|
Jernih
kecoklatan
|
5
|
Coklat
|
6
|
Coklat
muda
|
7
|
Kuning
kehijauan
|
8
|
Hijau
muda
|
9
|
Hijau
bening
|
10
|
Jernih
kehijauan
|
11
|
Bening
|
VI.
PEMBAHASAN
Kromatografi
kolom merupakan metode tertua yang digunakan untuk pemisahan komponen dari
suatu senyawa. Metode ini banyak digunakan dalam berbagai bidang, contohnya
dalam bidang klinis. Metode ini bisa dibunakan untuk menganalisis komponen
suatu senyawa berdasarkan kualitatif ataupun kuantitatif.
Metode
kromatografi kolom banyak menjadi pilihan karena banyak kelebihannya dari pada
metode lain. Kelebihannya adalah dapar digunakan untuk analisis dan aplikasi
preparatif, menentukan jumlah komponen dalam senyawa, dan untuk pemisahan dan
purivikasi. Selain itu pelaksanaannya murah dan mudah didapatkan sedangkan
kekurangannya adalah bentuk kemampuan dan keahlian khusus untuk membuat kolom
yang sesuai dengan sampel, dan juga kurang akurat dalam penetapan kuantitatif
komponen.
Prosedur
awal dari metode ini adalah penyiapann kolom dan fase diam. Fase diam yang
digunakan praktikan dalam praktikum ini adalah silica gel. Alasan pemilihan
silica gel karena memiliki tekstur dan struktur yang lebih kompak dan teratur.
Saat memadat, silica gel akan berbentuk tetrahedral raksasa sehingga ikatannya
kuat dan rapat, sehingga proses pemisahan menjadi optimal.
Silica
gel dapat membentuk ikatan hidrogen dipermukaannya, karena terikat gugus
hidroksil. Oleh karenanya, silica bersifat polar. Jika fase gerak non polar,
komponen-komponen yang bersifat polar akan terikat dan tertahan dalam fase
diam. Komponen yang tidak polar akan keluar bersama fase gerak lebih cepat.
Metode
pembuatan fase diam dalam praktikum ini adalah metode basah. Silica gel
ditimbang gram dan dilarutkan dengan
n-heksana. Setelah itu dimasukkan perlahan ke dalam kolom melewati dinding
kolom, alasan melewati dinding kolom adalah agar gelembung udara tidak terjebak
ditengah-tengah silica, jika ada gelembung udara akan mengurangi kesuksesan
proses pemisahan. Setelah itu dinding kolom disirami n-heksana hingga tidak
tersisa silica di dinding kolom. Jika n-heksana berlebih, keran dibuka dan
n-heksana dialirkan keluar hingga 1 ml diatas permukaan silica. Ini bertujuan
agar fase diam tidak mengaring dan pecah. Untuk meratakan susunan silica, kolom
ditepuk-tepuk perlahan hingga teksturnya menjadi rapat dan padat. Setelah siap,
kolom ditutup dengan alumunium foil untuk mengurangi penguapan dari n-heksana.
Prosedur
selanjutnya adalah ekstraksi daun kangkung.
7 Lembar daun kangkung dihaluskan dengan lumpang alu hingga halus.
Setelah itu ditambahkan kurang lebih 5 ml aseton, ini bertujuan untuk
melarutkan komponen-komponen yang ada dalam kangkung. Dipilih aseton karena
aseto erupakan salah satu pelarut yang bersifat netral, sehingga bisa
melarutkan senyawa polar dan non polar. Setelah tercampur, menyiapkan corong
yang telah dilapisi kertas saring. Kertas saring dibasahi aseton dan dimasukkan
anhidrat di pangkal corong. Anhidrat ini berguna untuk menyerap air, sehingga
ketika residu disaring akan menghasilkan sampel yang pekat dengan kadar air
yang sedikit.
Selanjutnya
adalah persiapan elusi. Sebelum dilakukan elusi, terlebih dahulu disiapkan fase
gerak. Fase gerak yang digunkan ada 5 macam, yaitu:
1. 5
ml n-heksana
2. 5
ml n-heksana : aseton (7:3)
3. 5
ml aseton
4. 5
ml aseton : metanol (8:2)
5. 5
ml etanol
Fase
gerak ini berurutan dari non polar ke polar. Alasan digunakan campuran 2
pelarut karena agar mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat
terjadi secara optimal. Setelah tersedia, eluen ditutup rapat agar tidak
terjadi penguapan.
Tahap
selanjutnya adalah penuangan sampel pada kolom. Penuangan ini harus dilakukan
secara lembut dan perlahan agar tidak merusak susunan silica dalam kolom. Jika
terlalu keras dalam penuangan, silica akan retak dan kolom dikatakan rusak.
Jika terjadi keretekan, bisa ditanggulangi dengan pembalutan kolom dengan
kertas tisu yang telah dibasahi dengan aseton atau alkohol. Sehu rendah dari
alkoholdan aseton akan menyatukan kembali retakan dalam silica, sehingga
menjadi pada dan rapat kembali.
Tahap
terpenting adalah proses elusi. Eluen dimasukkan perlaha dengan pipet tetes
kapiler melalui dinding kolom. Disamping pemasukan eluen, keran kolom dibuka
dan tetesannya diatur sedemikian rupa agar tidak terlau pelan atau cepat. Eluen
yang ada di kolom harus selalu diamati agar tingginya tidak meyerupai permukaan
silica, ini bertujaun agar silica tidak kering dan retak. Eluet yang keluar
dimasukkan dalam botol-botol vial berdasarkan warnya. Jika terbagi berdasarkan
warna, eluet bisa dianalisis atau dimonitoring kembali menggunakan KLT.
Penuangan
eluen dilakukan secara berurutan mulai dari non polar hingga polar. Komponen
yang bersifat polar akan terikat dengan permukaan silica sehingga akan tertahan
sementara. Sedangkan komponen yang bersifat non-polar akan terbawa dengan eluen
non-polar keluar kolom. Saar eluen polar kasuk, komponen polar aan terlepas
dari silica dan ikut keluar bersama eluen. Jika penuangan eluen dilakukan
secara terbalik (polar – non-polar), eluen akan berinteraksi dengan silica,
akhirnya proses pemisahan menjadi tidak optimal. Dan dari jenis fase diam dan
fase gerak tersebut, kromatografi kolom ini dapat digolongkan menjadi
kromatografi fase normal. Ini dikarenakan fase diam yang digunakan bersifat
polar, dan fase geraknya bersifat non-polar ke polar.
Fraksi-fraksi
yang didapatkan dari kromatografi kolom iniada dalam berbagai warna. Warna yang
ada secara berurutan adalah kuning, coklat, kuning kehijauan, dan hijau. Fraksi
awal berwarna kuning mengartikan adanya senyawa karotenoid. Setelah itu warna
coklat yang mengartikan adanya senyawa antosianin. Fraksi selanjutnya berwarna
kuning kehijauan yang mengartikan senyawa xantofil. Praktikan menyipulkan bahwa
fraksi kuning kedua adalah xantofil karena xantofil merupakan senyawa agak
polar yang biasanya muncul bersama klorofil. Fraksi selanjutnya adalah pigmen
hijau yang mengartikan adanya klorofil. Fraksi berwarna hijau hasil pemisahan
ini didapatkan hanya sedikit karena kandungan klorofil dalam kangkung tersebar
pada seluruh badan tanaman, didaun dan dibatang. Berbeda dengan bayam yang
kebanyakan klorofilnya berada di daun, sehingga fraksi yang didapatkan lebih
banyak berwarna hijau. Dan dibanding dengan fraksi kelompok 4, kebanyakan
berwarna hijau. Ini disebabkan karena sampel yanag mereka gunakan adalah daun
kangkung muda, yang disana terdapat banyak sekali kandungan klorofil untuk
berfotosintesis. Sedangkan praktikan menggunakan daun kangkung besar dan tua
yang kandungan klorofilnya mulai berkurang.
Kromatografi
kolom merupakan suatu metode pamisahan fisik dimana komponen-komponennya
dipisahkan dan didistribusikan diantara 2 fase. Fase diamnya berupa zat padat
dan fase geraknya berupa zat cair atau gas.
Cara
mengisolasi pigmen tanaman dengan kromatografi kolom adalah dengan menyiapkan
kolom dan fase diam, mengekstraks sampel, lalu dielusikan dengan kromatografi
kolom.
Kandungan
pigmen dalam kangkung adalah kuning (karotenoid), coklat (antosianin), kuning
kehijauan (xantofil), dan hijau (klorofil).
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Basset,
J, 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Organik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Day,
R.A. Dan Underwood, A.L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Gholib,
Ibnu Gandjar Dan Rohman, Abdul, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Gritter,
R.J., 1991, Pengantar Kromatografi, ITB, Bandung.
Khopkar,
S.M., 2000, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Steenis,
C.G.G.J. Van, 1947, Flora, PT.Balai Pustaka Persero, Jakarta Timur.
0 Response to "LAPORAN ISOLASI PIGMEN DENGAN KROMATOGRAFI KOLOM Lengkap"
Post a Comment