Laporan Antidiare FSO LENGKAP
A.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji
aktivitas pada obat antidiare. Dimana diare merupakan keadaan buang-buang
air besar dengan banyak cairan atau
Diare didefinisikan sebagai suatu kondisi
dimana frekuensi defekasi meningkat abnormal dari keadaan
biasanya dengan feses berupa cairan.. Percobaan diawali
dengan mempersiapkan semua alat untuk percobaan dan bahan yaitu obat yang akan
digunakan pada percobaan obat lorepamid.
Loperamide merupakan
golongan opioid yang bekerja dengan cara memeperlambat motilitas saluran cerna
dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini
berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan
oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering
dijumpai ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi
jarang sekali terjadi. Loperamide ini
bekerja dengan memperlambat gerakan saluran pencernaan, sehingga usus punya
lebih banyak waktu untuk menyerap cairan dan nutrisi dari makanan.
Mencit ditimbang dengan
maksud untuk perhitumgan dosis yang tepat, karena salah satu faktor penting
yang dapat memberikan dosis yang berbeda tiap individu adalah berat badan. Mencit
di bagi menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol negative, kontrol positif
(dosis 4 mg) dan kelompok uji dengan dosis 8 mg, 12mg, dan 24 mg. Kelompok
kontrol diberikan oleum ricini secara peroral dan kelompok uji diberikan
Loperamide HCl secara peroral. Pada pengujian efek antidiare ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare
yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan.
Pemberian oleum ricini
pada mencit dapat menyebabkan diare karena oleum ricini mengandung
kandungan trigliserida asam risinolat yang dihidrolisis didalam usus halus oleh
lioase pankreas menjadi gliserin dan asam risinolat sebagai cairan dan
elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus. Loperamid HCl berkhasiat sebagi
obat antidiare dengan bekerja memperlambat proses peristaltik usus sehingga
mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses.
Berdasarkan hasil
percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil pada control negative lebih
lama dibandingkan control posistif dan pembeian obat lorepamid pada dosis 8mg,
dimana seharusnya pada kelompok control negative lebih cepat mengalami diare
dibandingan control positif dan pemberian obat lorepamid. Pada kelompok control
positif tidak mengalami diare. Pada kelompok dosis 8 mg, mengalami diare dengan
frekuensi defekasi 7 kali dengan kosistensi feses yang lembek. Pada dosis 12 mg
diare lebih membaik dari pada dosis 8 mg dimana waktu munculnya diare lebih
lama dan frekuensi diare lebih sedikit yaitu 1 kali. Pada dosis 24 tidak mengalami
diare hanya mengalami defekasi 1 pada menit 0-30 menit dengan kosistensi feses
normal. Menurut perlakuan uji dan control negatif seharusnya frekuensi diare
mencit control negatif lebih sering daripada mencit uji karena pada uji diberikan oleum ricini dan loperamide
sedangkan kelinci control negatif hanya diberikan oleum ricini saja.
Penyimpangan hasil ini disebabkan karena perlakuan hewan ada kenungkinan tidak
sama seperti pemberian obat yang tidak tertelan semuanya, pemberian induksi
diare yang hanya tertelan sebagian, dan perlakan asupan makan yang tidak sama
yang dimungkinkan ada hewan yang tidak dipuasakan.
0 Response to "Laporan Antidiare FSO LENGKAP"
Post a Comment