Laporan Pewarnaan Gram Pada Mikroba Lengkap Docx
Laporan Pewarnaan Gram Pada Mikroba Lengkap Docx, Berikut penjelasannya :
BAB I
PENDAHULUAN
Mikrobiologi merupakan suatu telaah studi mengenai mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan organisme hidup yang berukuran kecil yang hanya dapat dilihat secara mikroskopis. Mikroorganisme yang ada di alam terdiri dari berbagai macam jenis dan jumlahnya tidak terbatas. Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak dimana saja dengan syarat cukup nutrien dan berkembang pada médium yang tepat. Medium dapat berupa médium cair, médium padat dan médium setengah padat. Mikroorganisme baik yang membentuk koloni atau tidak, saat berkembang pada suatu medium dapat diketahui jumlahnya dengan beberapa metode salah satunya adalah metode hitungan cawan. Mikroorganisme ada yang memiliki sifat menguntungkan dan ada juga yang bersifat merugikan, untuk mengetahuinya dapat dilakukan serangkaian pengujian melalui pewarnaan mikroorganisme.
Tujuan dari praktikum mikrobiologi ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan medium dan larutan pengencer, cara sterilisasi, menghitung jumlah bakteri dengan metode hitungan cawan dan cara pewarnaan gram positif maupun negatif. Manfaat dari praktikum mikrobiologi ini adalah mengetahui cara pembuatan medium dan larutan pengencer, cara sterilisasi, menghitung jumlah bakteri dengan metode hitungan cawan serta mengetahui cara pewarnaan gram positif maupun negatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sterilisasi
Sterilisasi medium memerlukan lebih sedikit waktunya dibandingkan dengan sterilisasi alat-alat, yakni 15 menit, tetapi menggunakan suhu dan tekanan yang sama (Hendaryono dan Ari, 1994). Bahan yang dapat disterilkan dengan autoklaf adalah media biakan, larutan, kapas, dan peralatan laboratorium (Gunawan, 2000). Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan. Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang mematikan semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi (Waluyo, 2007). Suatu benda yang steril dipandang dari sudut mikrobiologi, artinya bebas dari mikroorganisme hidup. Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan uap panas, larutan kimia, pemanasan kering atau metode gas (Adji et al., 2007).
2.1.1 Sterilisasi Kering
Sterilisasi dengan panas kering atau udara panas dianjurkan apabila penggunaan uap bertekanan yang akan disterilkan. Hal ini berlaku bagi peralatan laboratorium seperti cawan petri, pipet hisap, juga peralatan lainnya. Benda-benda ini kemudian disterilkan dalam oven listrik atau gas dengan suhu 1600C selama 2 jam (Pelczar et al., 1988). Sterilisasi alat dan media dilakukan dengan menggunakan oven yang digunakan untuk mensterilkan cawan petri dan pipet volume. Penggunaan alat ini dengan cara memasukkan alat-alat tersebut dalam oven dan dipanaskan dengan suhu 1600-1700C selama 1-2 jam (Kharisma dan Abdul, 2012).
2.1.2 Sterilisasi Basah
Sterilisasi basah biasanya menggunakan alat autoklaf yaitu serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap. Autoklaf biasanya digunakan untuk mensterilkan medium baik yang berasal dari agar maupun dari air susu. Autoklaf adalah alat sterilisasi untuk alat dan medium kultur jaringan. Alat-alat yang berupa glass ware maupun dissecting kitsebelum digunakan harus disterilkan dahulu. Demikian juga medium yang sudah dimasukkan ke dalam botol medium harus disterilkan juga (Hendaryono dan Ari, 1994). Sterilisasi alat dan media yang dilakukan dengan menggunakan autoclaf untuk mensterilkan tabung reaksi bertutup dan erlenmayer. Penggunaan alat ini dengan memasukkan alat-alat tersebut kedalam autoklaf yang ditutup dengan rapat dan menyalakan autoklaf dengan temperatur 1200C dan tekanan antara 15-7,5 psi (pound per squareinci) atau 1 atm selama 1 jam (Kharisma dan Abdul, 2012).
2.2 Pembuatan Medium
Medium yang banyak digunakan dalam pekerjaan rutin laboratorium ialah kaldu cair dan kaldu agar (Dwidjoseputro, 2005). Pembuatan medium dapat dilakukan dengan cara menimbang masing-masing komponen bahan kimia secara teliti, kemudian mencampurkannya, melarutkannya di dalam air, mengatur keasaman, memasukkan ke dalam tabung, dan mensterilkan menggunakan autoklaf pada suhu dan waktu yang telah ditetapkan (Fardiaz, 1989).
2.2.1 Medium Nutrien Agar (NA)
Media padat NA dibuat dengan cara melarutkan NA sebanyak 2 gram dalam 100 mL aquades. Larutan dipanaskan sambil diaduk agar bubuk NA dapat larut sempurna. Setelah larut media ini dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan cawan petri. Untuk tabung reaksi mulut tabung ditutup dengan kapas berlemak yang telah dibungkus dengan kasa steril. Media tersebut kemudian disterilkan dengan autoklaf pada 1210C selama 15 menit. Media padat disimpan dalam inkubator sampai memadat (Buditianingsih et al., 2010). Pembuatan medium Nutrien Agar (NA) sebanyak 200 mL 0,6 g Beef extract + 1 g Pepton + 3 g Agar dimasukkan dalam erlenmayer dan cukupkan volumenya dengan aquades 200 mL, kemudian dimasak dalam air mendidih selama 15 menit, lalu disterilkan dlam autoklaf (Pratiwi, 2005).
2.2.2 Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
Jumlah fungi dalam makanan dapat dihitung dengan metode hitungan cawan menggunakan medium Potato Dextrose Agar (PDA). Biasanya pembuatan biakan murni menggunakan media PDA yang tersusun oleh kentang, gula dalam bentuk dextrose, agar-agar dan aquades (Warisno dan Dahana, 2009). PDA adalah suatu medium yang mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup, yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa, sehingga baik untuk pertumbuhan fungi tetati kurang baik untuk pertumbuhan bakteri, akan tetapi karena beberapa bakteri juga memfermentasi karbohidrat dan menggunakannya sebagai sumber energi, maka beberapa bakteri masih mungkin tumbuh pada Potato Dextrose Agar (PDA) (Aprintasari et al., 2012).
2.2.3 Medium Acidified Potato Dextrose Agar (APDA)
Medium padat atau solid medium adalah medium yang berbentuk padat dan mengandung 1,5 – 1,8% agar misalnya terdapat pada Acidified Potato Dextrose Agar (Fardiaz, 1993). Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme terdapat dalam bentuk padat setengah padat dan cair. Medium padat contoh APDA mengandung karbohidrat kompleks dan agar-agar dari alga merah serta mengandung APDA tersebut mengandung molekul organik kompleks untuk pertumbuhan bakteri (Schlegal, 1994).
2.3 Metode Hitungan Cawan
2.3.1 Pengenceran dan Metode Tuang (Pour Plate)
Pengenceran bertujuan untuk mengurangi konsentrasi atau kekentalan dari suatu bahan agar setelah masa inkubasi koloni mikroba yang tumbuh jumlahnya dapat dihitung dengan mudah. Jumlah koloni yang muncul setelah masa inkubasi paling baik yaitu antara 30-300 koloni. Perbandingan dalam melakukan pengenceran biasanya dalam bentuk desimal, misalnya 1:10 , 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan untuk melakukan pengenceran biasanya buffer fosfat, larutan garam fisiologis 0,85%, larutan ringer juga aquades (Dwidjoseputro, 1993). Pengenceran pada sampel dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan (biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 1 ml suspensi dituang ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (Acidified Potato Dextrose Agar) steril hangat dengan suhu antara 40 – 50°C, kemudian ditutup rapat dan diletakkan dalam inkubator bersuhu 37°C selama 1 – 2 hari dengan posisi dibalik (Megamii, 2009).
Metode penuangan dengan mengambil sedikit sampel campuran bakteri yang sudah diencerkan, dan sampel ini kemudian disebarkan di dalam suatu medium dari kaldu atau gelatin encer. Setelah mengental, maka akan nampak koloni-koloni yang dianggap murni. Metode ini ditemukan Robert Koch. Disamping itu ada seorang lagi yang berjasa yaitu Petri, yang menemukan cawan petri dibantu dengan Hasse yang menemukan agar-agar untuk menggatikan gelatin. Agar lebih baik dari pada gelatin karena agar tidak lekas mencair dan memiliki titik cair 95oC (Dwidjoseputro, 1989). Media yang dituang hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan, media panas juga masih mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga mengganggu proses pengamatan. pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat kemudian diletakkan dalam inkubator selama 48 jam (Megamii, 2009).
2.3.2 Perhitungan Mikroba Berdasarkan Standart Plate Count (SPC)
Salah satu cara penghitungan bakteri adalah dengan menggunakan metode hitung cawan atau Standard Plate Count (SPC). Prinsip kerjanya adalah jumlah masing-masing cawan diamati setelah inkubasi, cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni, karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Penn, 1991).
2.4 Morfologi Bakteri
Bentuk umum bakteri terdiri dari satu sel (uniseluler), bentuk lainnya berupa koloni yaitu gabungan dua sel atau lebih di dalam satu ruang. Variasi bentuk bakteri yaitu bulat (kokus), batang atau bulat memanjang (basil) dan lengkung (Ilyas, 2001 dalam Khairani, 2010). Bakteri dapat hidup dengan memanfaatkan makanan yang ada di lingkungannya. Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, termasuk kelas Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik (Sumarsih, 2003).
2.4.1 Bakteri Gram Positif
Dinding sel bakteri gram positif terdiri atas 40 lapis rangka dasar murein, yang meliputi 30-70 % berat kering dinding sel bakteri. Senyawa lain penyusun dinding sel gram positif adalah polisakarida yang terikat secara kovalen, dan asam teikoat yang sangat spesifik (Sumarsih, 2003). Berdasarkan komposisi dinding sel bakteri, dinding sel bakteri gram positif mengandung 90% peptidoglikan selebihnya adalah asam teikoat. Sel bakteri gram positif terlihat berwarna ungu, disebabkan karena bakteri tersebut dapat membentuk ikatan komplek dengan pewarna gram (Nursanty et al., 2013). Bakteri kelompok gram positif bersifat menguntungkan karena bisa menjadi probiotik bagi ternak ayam (Manin, 2010). Lactobacillus caseii dan Lactobacillus bulgaricus merupakan probiotik yangtergolong kepada bakteri baik (Pangkalan Ide, 2008).
2.4.2 Bakteri Gram Negatif
Dinding sel bakteri gram negatif hanya terdiri atas satu lapis rangka dasar murein, dan hanya meliputi + 10% dari berat kering dinding sel. Murein hanya mengandung diaminopemelat, dan tidak mengandung lisin. Di luar rangka murein tersebut terdapat sejumlah besar lipoprotein, lipopolisakarida, dan lipida jenis lain. Senyawa-senyawa ini merupakan 80 % penyusun dinding sel. Asam teikoat tidak terdapat dalam dinding sel ini (Sumarsih, 2003). Dinding sel bakteri gram negatif terdiri dari 5- 20% peptidoglikan, selebihnya adalah polisakarida. Pada sel bakteri gram negatif pemberian larutan alkohol 95% dapat meningkatkan porositas dinding sel dengan melarutkan lipid pada membran luar sehingga komplek ungu kristal-iodium akan terlepas dan sel menjadi tidak berwarna. Selanjutnya sel akan berwarna merah disebabkan karena terwarnai oleh warna safranin (Nursanty et al., 2013). Salah satu contoh bakteri gram negatif yaitu Escherichia coli(Ferdiaz,1989).
2.5 Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram berguna untuk membedakan gram positif dan gram negatif. Pembeda hasil pewarnaan disebabkan oleh adanya perbedaan struktur kedua kelompok bakteri tersebut sehingga menyebakan perbedaan reaksi dalam permeabilitas zat warna (Lay dalam Chaerani, 2010). Karakterisasi bakteri dapat dilakukan menggunakan zat warna kristal violet dan safranin (Khairani, 2010). Bahan untuk uji pewarnaan Gram (crystal violet, lugol iodine, safranin, etil alkohol 95%, dan aquades) (Campbell et al.,2004).
BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Mikrobiologi yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Mei 2014pukul 11.00-14.00 WIB dengan materi Sterilisasi, Medium dan Larutan Pengenceran serta pada hari Jum’at tanggal 23 Mei 2014 pukul 09.00-11.00 WIB dengan materi Metode Penghitungan Cawan dan Pewarnaan Gram yang di laksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1 Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi ini adalah timbangan yang berfungsi untuk menimbang sampel, erlenmayer yang berfungsi sebagai tempat menyimpan larutan, kain saring yang berfungsi untuk menyaring kentang untuk diambil filtratnya, kompor listrik yang berfungsi untuk mendidihkan air, oven dan autoklaf yang berfungsi untuk memanaskan alat-alat praktikum, pengaduk magnetik yang berfungsi untuk mengaduk medium, cawan petri yang berfungsi sebagai tempat mikroba ditumbuhkan, pipet hisap yang berfungsi untuk memindahkan larutan dalam ukuran kecil, erlenmayer yang berfungsi sebagai tempat larutan, kaca objek sebagai tempat sampel yang akan diamati, bunsen untuk memanaskan objek, mikroskop yang berfungsi untuk mengamati bakteri dengan perbesaran tertentu, alat tulis dan buku panduan praaktikum yang berfungsi untuk mencatat hasil pengamatan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kentang yang telah dipotong berbentuk dadu, dextrose, agar, aquades, alkohol, susu UHT, medium, larutan gram A (ungu kristal 90%, etanol 95%, amonium oksalat dan aquades). Larutan gram B (kristal iodium, kalium iodida dan aquadest), larutan gram C (etanol 95 %), dan larutan gram D (larutan safranin dan aquadest ), dan biakan bakteri,Escherichia coli dan Lactobacillus acidophilus.
3.2 Metode
3.2.1 Sterilisasi
3.2.1.1 Sterilisasi Kering
Metode yang dilakukan pada praktikum ini pertama-tama menyiapkan pipet, cawan petri serta alat gelas lainnya sesuai dengan kebutuhan. Kemudian membersihkan cawan petri menggunakan kapas dengan membasahi menggunakan alkohol untuk menghilangkan lemak dan kotoran yang menempel pada cawan petri, kemudian membungkusnya dengan kertas pembungkus. Membersihkan pipet volum serta menyumbat bagian pangkal pipet menggunakan kapas, kemudian membungkusnya menggunakan kertas pembungkus. Memasukan cawan petri, pipe dan erlenmeyer pada oven selama 1 jam dengan suhu 170oC. Setelah selesai, mengeluarkan cawan petri dan pipet dari oven, tunggu hingga suhu turun sebelum menggunakannya.
3.2.1.2 Sterilisasi Basah
Metode yang dilakukan pada praktikum ini pertama-tama memasukkan medium sebelum mensrterilkannya kedalam erlenmeyer serta larutan pengencer kemudian tutup rapat menggunakan kapas. Memasukan erlenmeyer dan tabung reaksi ke dalam autoclave, kemudian menutup autoclave hingga rapat, menyalakan autoclave, menunggu hinga manometer dan termometer menunjukan tanda sterilisasi atau pada suhu 1210C dengan tekanan 2 atm, mendiamkannya selama 15 menit. Setelah 15 menit menunggu hingga tekanan autoclave berkisar 0,5 atm, membuka katup pengaman dan membiarkan hingga autoclave tidak bertekanan, setelah itu membuka autoclave dan medium. Untuk medium berupa agar, untuk menurunkan suhunya dan menjaga agar tidak membeku maka memasukannya kedalam inkubator bersuhu 550C, sebelum digunakan.
3.2.2 Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA)
Menimbang kentang sebanyak 250 g. Memasukan kentang kedalam beker glass, kemudian menambahkan 500 ml aquades, lalu menutupnya menggunakan aluminium foil serapat mungkin. Memanaskannya diatas pemanas hingga mendidih. Mengambil filtrat kentang dengan cara menyaringnya menggunakan kain saring. Setelah filtrat terkumpul, mengukur volumenya untuk membuat PDA dengan komposisi 100 ml filtrat kentang, 2 gdextrose, 2 g agar serta pH 6,8 – 7,2.
3.2.3 Penghitungan Jumlah Mikroba
Metode yang dilakukan pada praktikum ini pertama-tama menyiapkan serta memberi label larutan pengencer dan cawan petri steril sesuai dengan pengenceran dan pemupukan. Melakukan pengenceran hingga tingkat pengenceran yang ditentukan.Kemudian melakukan pencawanan pada tiga tingkat pengenceran terakhir. Selanjutnya menuangkan 10 ml medium agar kedalam cawan petri kemudian menggoyangkannya membentuk angka delapan hingga sampel merata. Setelah medium membeku, melakukan inkubasi dengan posisi terbalik pada suhu ruangan selama 24 – 48 jam. Menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada cawan dan melaporkan jumlah koloni per ml menurut standar yang ditetapkan.
3.2.4 Pewarnaan Gram
Mengambil kaca objek atau preparat lalu memberikan setetes aquades pada kaca. Mengambil sejumlah mikroba pada ujung loop fiksasi dengan nyala api kecil pada bunse. Meneteskan violet kristal (gram A) di atas preparat diamkan selama 1 menit. Membilas dengan aquades lalu membuang sisa air yang tertinggal dan menetesi dengan larutan lugol (gram B) kemudian didiamkan selama 2 menit. Membilas dengan aquades kemudian menghilangkan warna dengan gram C sampai warna biru tidak luntur lagi. Membilas kembali dengan aquades kemudian menetesi dengan safranin (gram D) diamkan selama 30 detik lalu membilas dengan air dan mengeringkan dengan menggunakan tisu. Mengamati kaca objek pada mikroskop dengan perbesaran 100x.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sterilisasi
4.1.1 Sterilisasi Kering
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan sterilisasi alat berupa pipet hisap dan cawan petri menggunakan oven memiliki tujuan untuk menghilangkan bakteri yang menempel pada alat. Sterilisasi menggunakan oven merupakan sterilisasi kering berupa panas kering. Hal ini sesuai pendapat Antonius (2006) bahwa sterilisasi ada berbagai macam salah satunya secara fisika yaitu dengan panas kering (Hot Air Oven).Mencuci pipet hisap dan cawan petri menggunakan alkohol dan membasuh dengan kapas sebelum memasukkan ke dalam oven. Menyumbat alat pipet pada salah satu ujungnya, supaya tidak terjadi perpindahan udara dan bakteri melalui rongga pipet. Membungkus alat menggunakan kertas supaya tidak ada kontaminasi bakteri luar dan kemudian memasukkan ke dalam oven. Sterilisasi menggunakan oven ini, menerapkan suhu 1600C selama 2 jam. Tujuannya, untuk mematikan bakteri karena rata-rata bakteri mati pada suhu 100 oC, maka bakteri di dalam bungkus kertas dapat mati dan alat-alat menjadi steril. Hal ini diperkuat dengan pendapat Darwis (2006) bahwa sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau menginaktivasi mikroorganisme hidup.
4.1.2 Sterilisasi Basah
Sterilisasi panas basah (autoklaf), yaitu dengan menggunakan medium basah dan dipanaskan dengan suhu 1210C. Sterilisasi ini cukup singkat waktunya, jika membandingkan dengan sterilisasi kering. Hal ini sesuaidengan pendapat Antonius (2006) bahwa secara teori prosedur sterilisasi memakai autoklaf dikatakan lebih efektif karena suhunya lebih rendah, dan waktu yang diperlukan lebih singkat selain itu daya bunuh pada mikroorganisme juga lebih tinggi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Hadioetomo (2003) bahwa sterilisasi menggunakan autoklaf dilaksanakan dengan suhu 1210C selama 15 menit. Cara kerja autoklaf, yaitu menggunakan tekanan tinggi, sehingga bakteri mati dan alat-alat menjadi steril.
4.2 Pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA)
Pada pembuatan Medium PDA, menggunakan ekstrak kentang 100 ml dan menambahkan 6 gram agar dan 2 gram dextrose. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuliar (2008), yang menyatakan bahwa pembuatan media PDA dibuat dengan melarutkan agar ke dalam akuades (9 x filtrat) dan disterilisasi menggunakan auotoklaf kemudian dituang ke dalam cawan petri. Langkah selajutnya menginkubasi selama satu hari, untuk membiakkan bakteri. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, praktikum pembuatan medium untuk menumbuhkan mikroba telah berhasil menumbuhkan bakteri, hal ini ditandai dengan timbulnya beberapa koloni pada cawan petri. Tumbuhnya mikroba dalam medium menandakan bahwa medium PDA yang dibuat sesuai dengan prosedur dan memiliki kandungan nutrien yang cukup untuk tumbuhnya mikroba. Namun, koloni belum terbentuk secara sempurna. Hal ini disebabkan waktu inkubasi kurang lama atau suhu yang dibutuhkan mikroba untuk membentuk koloni kurag optimum atau dapat dikatakan suhu berpengaruh pada pembentukan koloni. Hal ini sesuai pendapat llyas dalam Khairani (2010) bahwa bentuk dan jumlah pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh lingkungan yang tidak mengutungkan, faktor makanan dan suhu.
4.3 Penghitungan Jumlah Mikroba
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebgai berikut :
Tabel 1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri
Medium
|
Pengenceran
|
SPC
| ||
10-3
|
10-4
|
10-5
| ||
PDA
|
130
|
50
|
37
|
1,3 x 10-4
|
Sumber : Data Primer Praktikum Mikrobiologi, 2014
Pada hasil percobaan yang dilakukan pengenceran sebanyak 3 kali, terlihat pada cawan pertumbuhan dari koloni tidak terlalu rapat. Sebanyak 130 koloni bakteri terlihat pada pengenceran 10-3 , sedangkan pada pengenceran 10-4 terlihat 50 koloni bakteri, dan sebanyak 37 koloni bakteri terlihat pada pengenceran 10-5. Hal ini kemudian diperkuatdengan pendapat Harmita dan Maksum (2008) yang menyatakan bahwa pertumbuhanbakteri yang terlalu rapat, hasilnya akan sulit dipertanggungjawabkan. Demikian juga untuk pertumbuhan yang terlalu jarang sehingga diperlukan pemilihan cawan petri yang pertumbuhan koloni bakterinya paling layak untuk dihitung, yang biasanya diambil dari cawan petri yang pertumbuhan koloninya berkisar 30-300 koloni per cawan petri. Dalam hal ini Chang (2003) menambahkan bahwa dalam melakukan proses pengenceran, penambahan lebih banyak pelarut ke dalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi) konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat pelarut yang terdapat dalam larutan, dengan kata lain mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan mol zat terlarut setelah pengenceran.
4.4. Pewarnaan Gram
4.4.1 Lactobacillus acidophilus
Berdasarkan hasil pengamatan pewarnaan Gram yang dilakukan terhadapLactobacillus acidophilus diperoleh hasil sebagai berikut :
Ilustrasi 1. Penampang bakteri Lactobacillus acidophilus
Lactobacillus acidophilus
|
Lactobacillus acidophilus
|
Bentuk : Bacil
Warna : Biru keunguan
Gram : B (Positif)
|
Bentuk : Bacil
Warna : ungu
Gram : B (Positif)
|
Sumber : Data Primer Praktikum Sumber : www.biologicons.com
Mikrobiologi, 2014
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan pewarnaan gram terhadap bakteri Lactobacillus didapatkan warna ungu dan berbentuk bacillus. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwijoseputro (2004), yang menyatakan bahwa bakteri berdasarkan morfoginya bentuk bakteri dapat dibagi atas tiga golongan yaitu basil, kokus dan spiril. Basil(bacillus) dan bakteri lactobacillus ini berbentuk batang, bervariasi panjang dan ramping. Pewarnaan gram memilahkan bakteri menjadi gram positif dan negatif, hal sesuai dengan pendapat Agustina et al., (2013) yang menyatakan bahwa pewarnaan grampositif adalah yang mempunyai zat warna asli yaitu ungu jika di tetesi, dan gram positif lebih peka terhadap fenol, penisilin, dan resisten terhadap streptomisinin. Dan gram negatif berwarna merah karena yang demikian ini dinamai gram variabel.
4.4.2 Escherichia coli
Berdasarkan hasil pengamatan pewarnaan Gram yang dilakukan terhadapEscherichia coli diperoleh hasil sebagai berikut :
Ilustrasi 1. Penampang bakteri Escherichia coli
Escherichia coli
|
Escherichia coli
|
Bentuk : Coccus
Warna : Merah
Gram : A (negatif)
|
Bentuk : Coccus
Warna : Merah
Gram : A (negatif)
|
Sumber : Data Primer Praktikum Sumber : www.biologicons.com
Mikrobiologi, 2014
Pada percobaan pewarnaan gram pada bakteri Escherichia coli denganmenggunakan pewarna gram berupa violet krista, lugol, etanol serta safranin, didapatkanhasilnya adalah warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa sifat dari bakteri ini adalah gram negatif. Pada saat mengamati menggunakan mikroskop, menunjukkan adanya sifat dari bakteri Esterechia coli yang menyendiri dan sebagian berkelompok membentuk koloni. Bentuk yang nampak yaitu bulat-bulat kecil dan merata. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sousa (2006) yang menyatakan bahwa Escherichia coli merupakan bakteri non-spora berbentuk bulat. Hal yang sama dijelaskan oleh Melliawati (2009) bahwa secara umum E. coli bentuk bulat cenderung ke batang panjang. Pada bentuk batang, biasanya berukuran 0,5 x 1 - 3 µ. terdapat yang sendiri-sendiri, berpasang-pasangan dan rangkaian pendek, biasanya tidak membentuk spora, merupakan bakteri gram negatif, merupakan parasit dalam saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas, serta koloninya ditemukan dalam feses.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil praktikum mikrobiologi dapat disimpulkan, bahwa metode sterilisasi terdiri dari dua jenis, dapat dilakukan dengan sterilisasi basah dan sterilisasi kering. Bakteri dapat dikembangbiakkan melalui medium agar, PDA serta dapat diketahui ciri-cirinya melalui pewarnaan gram dan melihat melalui mikroskop. Bakteri dapat dihitung jumlah koloninya, dengan bantuan loop dan counter. Jenis bakteri, dapat diidentifikasi menggunakan pewarna gram, sehingga diperoleh hasil gram positif dan gram negatif.Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri gram positif, sedangkan Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif.
0 Response to "Laporan Pewarnaan Gram Pada Mikroba Lengkap Docx"
Post a Comment