Laporan Stabilitas Farmasi Fisika Lengkap Docx
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
STABILITAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk suatu sediaan obat yang dibuat utamanya dalam skala
besar, yang melalui waktu penyimpanan yang panjang, diharapkan suatu ruang waktu
daya tahan selama kurang lebih 5tahun. Sedian obat sebaiknya berjumlah 3 tahun
dalam kasus yang kurang baik. Obat yang dibuat secara reseptur, sebaiknya
menunjukkan suatu stabilitas untuk sekurang-kurangnya beberapa bulan. Akan
tetapi untuk preparat yang terakhir disusun dengan suatu pembatasan dari
waktu penyimpanan.
Sifat khas kualitas yang penting adalah kandungan bahan aktif,
keadaan galeniknya, termasuk sifat yang dapat terlihat secara sensorik, sifat
mikrobiologis dan toksikologisnya dan aktivitasnya secara terapeutik. Skala
perubahan yang diizinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope.
Untuk barang jadi obat dan obat yang tidak terdaftar berlaku keteranganyang
telah dibuat dalam peraturan yang baik. Kestabilan suatu zat merupakan faktor
yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini
penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam
jumlah yang besar dan memerlukan waktu yanglama untuk sampai ke tangan
pasien yang membutuhkan.
Penyebab ketidakstabilan sediaan obat ada dua watak, pertama
kali adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu sendiri. Yang terakhir
dihasilkan dari bahan kimia dan kimia fisika, untuk lainnya adalah faktor luar
seperti suhu, kelembapan, udara, dan cahaya, menginduksi atau mempercepat reaksi
yang berkurang nilainya.
Faktor-faktor yang telah disebutkan menjadi efektif dalam skala
tinggi adalah bergantung dari jenis galenik dari sediaandalam obat padat,
seperti serbuk, bubuk, dan tablet. Penjelasan di atas menjelaskan kepada kita
bahwa betapa pentingnya kita mengetahui pada keadaan yang bagaimana suatu obat
tersebut aman dan dapat bertahan lama, sehingga obat tersebut dapat disimpan
dalam jangka waktu yang lama tanpa menurunkan khasiat obat tersebut.
B. Tujuan Percobaan
1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu
zat.
2. Menentukan energi aktivitas dari reaksi penguraian suatu
zat.
3. Menentukan usia simpan suatu zat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang
dari segi kimia. Stabilitas obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan
kadar selama penyimpanan ( Connors,et al.,1986).
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat.
Waktu paro suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran
kecepatan terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya. Panas, asam-asam,
alkali-alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-faktor lain dapat
menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya
suatu ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika
dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar, 1989).
Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama
adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia
masing-masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan. Yang kedua
adalah faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang
mampu menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan. Skala kualitas yang
penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan bahan aktif,
keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara sensorik, secara
miktobiologis, toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri. Skala
perubahan yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope.
Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional ditolerir suatu
penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya (Voight, R., 1994).
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga oleh pH, dimana
reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+)
atau basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat mempercepat reaksi
tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi. (Ansel, 1989).
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus
diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting
mengingat sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga
memrlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Obat
yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan
mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat
membahaykan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana
kestabilan obat tersebut optimum. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2004).
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan tersendiri
dengan bahan – bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling penting untuk
menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta mempersatukannya sebelum
memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan. (Ansel, 1989)
Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwapasien
menerima dosis obat yang diresepkan dan bukan hasilditemukan degradasi efek
terapi aktif. farmasi diproduksibertanggung jawab untuk memastikan ia merupakan
produk yangstabil yang dipasarkan dalam batas-batas tanggal kedaluwarsa.apoteker
komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
stabilitas bahwa ia benar dapat menyimpan obat-obatan, pemilihan wadah yang
tepat untukmengeluarkan obat tersebut, mengantisipasi interaksi
ketikapencampuran beberapa bahan obat, persiapan, dan menginformasikan kepada
pasien setiap perubahan yang mungkinterjadi setelah obat telah diberikan
(Parrot, 1978).
Dalam mempertimbangkan stabilitas kimia farmasi yaitu
untukmengetahui urutan reaksi, yang diperoleh secara eksperimentaldengan
mengukur laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi obatmerendahkan. Urutan
keseluruhan reaksi adalah jumlah darieksponen istilah konsentrasi tingkat
ekspresi. Urutan sehubungandengan tiap reaktan itu eksponen dari istilah
konsentrasi individu dalam tingkat ekspresi (Parrot,1978).
Solusi tingkat reaksi biasanya dinyatakan dalam satuanperubahan
konsentrasi per periode waktu. Misalnya, mol per literper jam, dan laju reaksi
kimia yang terjadi dalam larutan biasanyasebanding dengan konsentrasi spesies
reaksi (Martin, 1971).
Reaksi orde nol di mana tingkat adalah independen
darikonsentrasi reaktan. Laju reaksi ditentukan oleh faktor lain,
sepertipenyerapan cahaya dalam reaksi fotokimia atau tingkat difusidalam reaksi
permukaan tertentu (Parrot, 1978).
Dimana K adalah konstanta laju orde nol, yang memilikidimensi
konsentrasi dibagi oleh misalnya waktu mol per liter per jam.Persamaan
diferensial di atas pada hasil integrasiC = -Kot + Co
Dimana C adalah konsentrasi awal Orde Reaksi satu.
Reaksi orde pertama adalah satu di mana laju reaksi berbanding
lurus dengan konsentrasi zat bereaksi. matematis, halini dapat dinyatakan
sebagai (Parrot, 1978)
Log C = Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat
dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama
sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting
diperhatikan dalampenentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia
adalah(Anonim, 2010) :
a. Kecepatan reaksi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
c. Tingkat reaksi dan cara penentuannya
Konstanta K yang ada dalam hukum laju yang digabung dengan
reaksi elementer, disebut konstanta laju spesifik untukreaksi itu. Setiap
perubahan dalam kondisi reaksi sepertitemperatur, pelarut atau sedikit perubahan
dari suatu komponenyang terlibat dalam reaksi akan menyebabkan hukum laju
reaksimempunyai harga yang berbeda untuk konstanta laju spesifik. Secara
eksperimen, suatu perubahan konstanta laju spesifik berhubungan terhadap
perubahan dalam kemiringan garis yangdiberikan oleh persamaan laju. Variasi
dalam konstanta spesifik merupakan kebermaknaan yang fisik yang penting, karena
perubahan dalam konstanta ini menggambarkan suatu perubahanpada tingkat molekul
sebagai akibat variasi dalam kondisi reaksi (Martin,1983) .
B. URAIAN BAHAN
1. Parasetamol
Nama resmi : Acetaminophen
Sinonim : Paracetamol
Rumus molekul :
C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa pahit,
berbau, serbuk kristal dengan sedikit rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95 %)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkalihidroksida.
Inkompatibilitas : Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah
dilaporkan oleh karena itu parasetamol dihubungkan dengan permukaan dari nilon
dan rayon.
Farmakodinamik : Efek analgesik parasetamol yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan
suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek anti
inflamasinya sangat lemah.
Farmakokinetik : Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½
jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam.
2. Natrium Hidroksida ( FI ed.III,412 )-
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM-
Sinonim : Natrium hidroksida-
RM/BM : NaOH / 40-
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur / keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur : putih, mudah meleleh
basah.Sangat alkalis dankorosif. Segera menyerap karbondioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol(95%)
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik-
Kegunaan : Larutan Standar Sekunder
3. Air suling (FI III : 96)
Nama resmi : Aqua Destilatta
Nama lain : Air suling / aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Carian jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai pelarut.
4. Sirup parasetamol (Panadol anak)
Mengandung paracetamol 120 mg/5 ml
C. Prinsip Percobaan
Penentuan stabilitas obat Paracetamol menggunakan metode kurva
kalibrasi untuk penentuan umur simpan larutan Paracetamol dan menggunakan
instrumen spektrofotometer pada berbagai suhu yaitu 40O Cdan
75OC
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum kelarutan ini berlangsung pada hari Senin-Jumat
tanggal 9-13 Maret 2015 di Laboratorium Farmakologi Farmasi STIKes BTH
Tasikmlaya.
B. ALAT DAN BAHAN
a. Alat : Labu takar 100 ml batang pengaduk
Labu takar 50 ml Sendok Tanduk
Labu takar 10 ml Vial
Spektrofotometer Oven
Kuvet Mikropipet
Gelas kimia 100 ml Botol Semprot
Timbangan
b. Bahan : Parasetamol
Sirup Parasetamol
Aquadest
Larutan NaOH 0,1 N
Kertas Timbang
C. PROSEDUR KERJA
a. penyiapan larutan uji
1. 100 mg paracetamol larutkan dalam 50 ml NaOH tambah air
hingga 100 ml
Dari larutan 1000 ppm di pipet
1,2,3,4, dan 5 ml masukan ke
Labu ukur, sampai membentuk
10-50 Ppm
b. penentuan panjang gelombang maksimal
Tentukan panjang gelombang max paracetamol dengan menggunakan
larutan paracetamol40 ppm pada panjang gelombang 200-300 nm
c. Pembuatan kurva kalibrasi
Konsentras (ppm) (x) | Absorban (y) |
10 | |
20 | |
30 | |
40 | |
50 |
d. Penetapan kadar sirup paracetamol
e.Parasetamol 1 mol larutan NaOH sampai 10 ml ambil 1 ml tambah
air hingga 50 ml
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengamatan
a. Hasil Pengamatan
· Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Penetuan panjang gelombang maksimal menggunakan larutan standar
30 ppm. Dan didapatkan λ max = 251.0 nm.
· Pembuatan kurva kalibrasi dihasilkan data sebagi berikut
:
Sampel
No. |
Konsentrasi (ppm) (x) | Absorban (y) |
1 | 10 ppm | 0,558 |
2 | 20 ppm | 1,157 |
3 | 30 ppm | 1,798 |
4 | 40 ppm | 2,270 |
5 | 50 ppm | 2,552 |
Dibuat persamaan regresi linier :
Didapat persamaan : y = 0.05101x +
0.1367
R² = 0.9804
· Pengukuran Umur Simpan Sirup Paracetamol (dilakukan duplo)
Hari Ke | Absorban (y) | |
Suhu 40oC | Suhu 75oC | |
0 | 1,888 | 1,888 |
2,027 | 2,027 | |
1 | 1,834 | 1,922 |
1,799 | 1,856 | |
2 | 1,755 | 1,723 |
1,635 | ||
3 | 0,562 | 0,557 |
0,638 | 0,587 | |
4 | 0,906 | 0,962 |
1,066 | 1,016 |
·
Penentuan Kadar Sirup Paracetamol
y = 0.05101x + 0.1367
R² = 0.9804 |
Konsentrasi (x) dari hari ke 0-4
- Hari ke - 0
Kelompok 1 dan kelompok 6
Suhu 40oC dan Suhu 75oC
Y = bx + a Y = bx + a
1,888 = 0,05101x + 0,1367 2,027 = 0,05101x + 0,1367
1,888 – 0,1367 = 0,05101 x 2,027 – 0,1367= 0,05101x1,7513
1,7513 = 0,05101 x 1,8903 = 0,05101x
= 34,3324 ppm 37,0574 ppm
= 34332,4 mg/1000ml = 37057,4 mg/1000ml
= 34,3324 mg/ml = 37,0574 mg/ml
- Hari ke -1
Kelompok 2
Suhu 40o C Suhu 75o C
Y = bx + a Y = bx + a
1,834 = 0,05101x + 0,1367 1,922 = 0,05101x + 0,1367
1,834 – 0,1367 = 0,05101 x 1,922 – 0,1367= 0,05101x1,7513
1,6973 = 0,05101 x 1,7853 = 0,05101x
= 33,2803 ppm 35,0058ppm
= 33280,3 mg/1000ml = 35005,8 mg/1000ml
= 33,2803 mg/ml = 35,0058 mg/ml
Kelompok 7
Suhu 40o C Suhu 75o C
Y = bx + a Y = bx + a
1,799 = 0,05101x + 0,1367 1,856 = 0,05101x + 0,1367
1,799 – 0,1367 = 0,05101 x 1,856 – 0,1367= 0,05101x1,7513
1,6623 = 0,05101 x 1,7193 = 0,05101x
= 32,5877279 ppm 33,70515585 ppm
= 32587,7279 mg/1000ml = 33705,15585 mg/1000ml
= 32,5877279 mg/ml = 33,70515585 mg/ml
- Hari ke -2
Kelompok 3
Suhu 40o C Suhu 75o C
Y = bx + a Y = bx + a
1,755 = 0,05101x + 0,1367 1,723 = 0,05101x + 0,1367
1,755 – 0,1367 = 0,05101 x 1,723 – 0,1367= 0,05101x1,7513
1,6183 = 0,05101 x 1,5863 = 0,05101x
= 31,7313 ppm 31,1039 ppm
= 31731,3 mg/1000ml = 31103,9mg/1000ml
= 31,7313 mg/ml = 31,1039mg/ml
Kelompok 8
Suhu 40o C Suhu 75o C
Y = bx + a Y = bx + a
= 0,05101x + 0,1367 1,635 = 0,05101x + 0,1367
1,666 – 0,1367 = 0,05101 x 1,635 – 0,1367= 0,05101x
1,6623 = 0,05101 x 1,4983 = 0,05101x
= 29,96079 ppm 29,37267 ppm
= 29960,79 mg/1000ml = 29372,67 mg/1000ml
= 29,96079 mg/ml = 29,37267 mg/ml
- Hari ke -3
Kelompok 4
Suhu 40o C Suhu 75o C
Y = bx + a Y = bx + a
0,562 = 0,05101x + 0,1367 0,557 = 0,05101x + 0,1367
0,562 – 0,1367 = 0,05101 x 0,557 – 0,1367= 0,05101x1,7513
0,4253 = 0,05101 x 0,4203 = 0,05101x
= 8,33758 ppm 8,23956 ppm
= 8337,58 mg/1000ml = 8239,56 mg/1000ml
= 8,33758 mg/ml = 8,23956 mg/ml
Kelompok 9
Suhu 40o C Suhu 75o C
Y = bx + a Y = bx + a
0,638 = 0,05101x + 0,1367 0,587 = 0,05101x + 0,1367
0,638 – 0,1367 = 0,05101 x 0,587 – 0,1367= 0,05101x1,7513
0,5013 = 0,05101 x 0,4503 = 0,05101x
= 9,819784 ppm = 8,82768 ppm
= 9819,784 mg/1000ml = 8827,68 mg/1000ml
= 9,819784 mg/ml = 8,82768 mg/ml
- Hari ke -4
Kelompok 5
Suhu 40o C Suhu 75o C
Y = bx + a Y = bx + a
0,906 = 0,05101x + 0,1367 0,962 = 0,05101x + 0,1367
0,906 – 0,1367 = 0,05101 x 0,962 – 0,1367= 0,05101x1,7513
0,7693 = 0,05101 x 0,8253 = 0,05101x
= 15,08135 ppm 16,6496 ppm
= 15081,35 mg/1000ml = 16649,6 mg/1000ml
= 15,08135 mg/ml = 16,6496 mg/ml
Kelompok 10
Suhu 40o C Suhu 75o C
Y = bx + a Y = bx + a
1,066 = 0,05101x + 0,1367 1,016 = 0,05101x + 0,1367
1,066 – 0,1367 = 0,05101 x 1,016 – 0,1367= 0,05101x1,7513
0,9293 = 0,05101 x 0,8793 = 0,05101x
= 18,21799 ppm 17,2377 ppm
= 18217,99 mg/1000ml = 17237,7 mg/1000ml
= 18,21799 mg/ml = 17,2377 mg/ml
Data hasil rata rata kadar paracetamol dari hari ke 0-4
Hari ke- | Suhu 40°C | Suhu 75°C | |||
C | C | C | C | ||
0 | 34,3324 | 35,6949 | 34,3324 | 35,6949 | |
37,0574 | 37,0574 | ||||
1 | 33,2803 | 32,934 | 35,0058 | 34,353 | |
32,5877279 | 33,70515585 | ||||
|
31,7313 | 30,846045 | 31,1039 | 30,238285 | |
29,96079 | 29,37267 | ||||
3 | 8,33758 | 9,078682 | 8,23956 | 8,53362 | |
9,819784 | 8,82768 | ||||
4 | 15,081356 | 16,6496 | 16,17918 | 16,70844 | |
18,21799 | 17,2377 |
·
Penentuan Shelf Life Obat Paracetamol
1. Penentuan orde reaksi penguraian obat tersebut
§ Suhu 40°C
t | C | Log C | 1/C |
0 | 35,6949 | 1,55260617 | 0,028015206 |
1 | 32,934 | 1,517644481 | 0,030363757 |
2 | 30,846045 | 1,489199488 | 0,032419067 |
§ Suhu 75°C
t | C | Log C | 1/C |
0 | 35,6949 | 1,55260617 | 0,028015206 |
1 | 34,353 | 1,535964669 | 0,029109539 |
2 | 30,238285 | 1,480557156 | 0,033070658 |
Dicari lineraritas masing masing orde, kemudian dipilih nilai R
yang mendekati 1
Jadi, orde reaksi untuk syrup paracetamol berada pada orde
nol
2. Penentuan harga K pada suhu 40°C dan 75°C
Orde nol : Ct = Co – Kt
Ct = – Kt + Co « y = - bx +a
Suhu 40°C : y = -2,4244x + 35,583
Suhu 75°C : y = -2,7283x + 36,157
Berarti nilai:
K ( 40°C ) = 2,4244
K ( 75°C ) = 2,7283
3. Grafik antara log K terhadap 1/T
T | 1/T (x) | Log K (y) |
40°C | 0,003194888 | 0,384604275 |
75°C | 0,002873563 | 0,435892123 |
4. Penentuan harga K pada suhu kamar (25°C)
y = -159.61x + 0.8946
y = -159,61 + 0,8946
y = -159,61 (0,003355704698) + 0,8946
y = -0,535604026 + 0,8946
y = 0,358995973
log K (25°C) = 0,358995973
K (25°C) = 2,28557761
5. Penentuan waktu kadaluarsa (sesuai orde yang telah
ditentukan) dengan Co=100% dan Ct = 90 %.
Karena berada pada Orde nol ,
Ct = Co – Kt
0,9 Co = Co – Kt
t =
t =
t =
t = 1,561745261 hari
Jadi waktu kadaluarsa obat tersebut adalah 1,561745261 hari
B. Pembahasan
Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk
mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada
saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu
memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek toksik. Salah satu
aktivitas yang paling penting dalam kerja preformulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dan kimia dari zat obat murni. Adalah perlu bahwa pengkajian
awal ini dihubungkan dengan menggunakan sampel obat dengan kemurnian yang
diketahui
Kestabilan suatu zat merupakan factor yang harus diperhatikan
yaitu pembuatan sediaan farmasi. Oleh karena itu hasil dari pembuatan sediaan
farmasi itu khususnya obat dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil
uaraian itu bersifat toksik sehingga sangat atau dapat membahayakan pada
konsumen. Energi aktivasi (Ea) yaitu kemampuan suatu sediaan untuk dapat
mengalami penguraian zat. Energi aktivasi (Ea) harus ditentukan dengan cara
mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua harga
konstanta penguraian zat pada temperatur atau suhu yang berbeda sehingga dapat
ditentukkan energi aktivasinya t1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan
yaitu waktu dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan
dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk
hilangnya konsentrasi setengahnya. t 90 adalah waktu yang tertera yang
menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena
diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung
pada profil sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan
stabilitas diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen
dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu
obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.
Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan
suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu
sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi
dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami
penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya
hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh
karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat
sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan
obat terjaga.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu Syrup
Parasetamol. Variasi suhu yang digunakan dalam percobaan yaitu 40oC,
75oC, dimana maksud dari dilakukannya variasi suhu tersebut yaitu
agar diketahui pada suhu berapa suatu sediaan secara optimum dapat stabil dan
untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap kecepatan reaksi suatu obat.
Variasi waktu yang digunakan dalam percobaan yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4 hari dimana
maksud dilakukannya variasi waktu tersebut yaitu untuk mengetahui dimana pada
setiap waktu, kestabilan suatu atau obat makin berkurang atau batas kadaluarsa
obat semakin cepat.
Sebelum menentukan kadar dari sirup parasetamol, terlebih
dahulu dilakukan pembuatan kurva kalibrasi untuk memperoleh persamaan regresi
linier yang nantinya digunakan untuk perhitungan kadar paracetamol. Adapun
persamaan yang didapat adalah y = 0.05101x + 0.1367
dengan R² = 0.9804, pembuatan kurva kalibrasi tersebut
sudah mendekati benar karena nilai linearitasnya hampir mendekati satu.
Kemudiaan dilakukan pengukuran panjang gelombang maksimum, digunakan larutan
paracetamol 30 ppm dan didapat nilai λ max sebesar 251 nm.
Setelah didapat data tersebut, kemudian dilakukan penentuan
kadar dari sirup Paracetamol. Percobaan ini dilakukan duplo. Pada percobaan ini
sirup parasetamol di masukkan hasil saringan sirup ke dalam vial sebanyak 5 ml.
Kemudian vial-vial tersebut masukkan ke dalam oven pada suhu 40oC dan
75oC. Pada hari ke 1, 2, 3 dan 4 diambil 1 vial dan di ukur
absorbannya pada spektrofotometer. Mekanisme kerja spektrofotometer yaitu sinar
dari sumber sinar adalah sinar polikromatis maka dilewatkan terlebih dahulu
melalui monokromator, kemudian sinar monokromatis dilewatkan melalui kuvet yang
berisi contoh maka akan menghasilkan sinar yang ditransmisikan dan diterima oleh
detektor untuk diubah menjadi energi listrik yang kekuatannya dapat diamati oleh
alat pembaca (satuan yang dihasilkan adalah absorban atau transmitan). Data atau
hasil absorban tersebut dimasukkan kedalam persamaan nilai linearitas yang
didapat dari hasil kurva kalibrasi, sehingga didapatkan kadar dari sirup
paracetamol dari hari ke-0 sampai hari ke-4.
Setelah didapat data menegenai kadar paracetamol dari hari ke-0
sampai hari ke-4, kemudian menentukan shelf life obat atau waktu kadaluarsa
obat. Adapun langkah langkahnya yaitu :
- Menentukan orde reaksi. Orde reaksi yang dihasilkan adalah
Orde nol, karena nilai linieratas yang mendekati satu berada pada orde nol
- Menentukan harga K pada suhu 40oC dan suhu
75oC. Harga K(40oC) = 2,4244 dan K (75oC) =
2,7283
- Menentukan grafik hubungan antara 1/T dengan Log K. Adapun
persamaan yang diperoleh adalah y = -159.61x + 0.8946
- Menentukan harga K pada suhu kamar (25oC) . Harga
K (25oC) = 2,28557761
- Menentukan waktu kadaluarsa obat. Setelah dihitung dengan
menggunakan rumus orde nol, didapat hasil yaitu 1,561745261 hari
Dari hasil data tersebut dapa dilihat bahwa data tersebut jauh
sekali dari etiket pada sirup paracetamol yang digunakan. Di etiket, kandungan
paracetamol pada sirup adalah 120 mg/ 5ml atau 24 mg/ml. sedangkan hasil yang
didapat adalah jauh sekali, sehingga waktu kadaluarsa obat yang dihasilkan
sangat tidak sesuai. Hal tersebut disebabkan karena data yang diambil hanya
sampai dua hari, dan juga disebabkan karena beberapa faktor. Adapun faktor yang
mempengaruhi kesalahan dalam percobaan ini yaitu :
a. Kesalahan dalam membuat larutan uji
b. Kekurangtelitian praktikan pada saat mengamati lamanya
penyimpanan
c. Kesalahan pada saat pengukuran dengan alat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa :
1. Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi
tergantung pada profil sifat fisika dan kimia.
2. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas
diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban,oksigen dan
mikroorganisme.
3. Nilai λ max yang diperoleh adalah 251 nm
4. Waktu kadaluarsa obat sirup Paracetamol adalah 1,56 hari
5. Hasil percobaan dengan data yang tertera pada etiket obat
tidak sesuai. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor.
B. Saran
Sebaiknya selama praktikum, praktikan harus menjaga kebersihan
laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howart C . 1989 . Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi . Jakarta : Universitas Indonesia.
Lachman, Leon. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jilid
III.Edisi III. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Ditjen POM . 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI,.
Anief, M . 2003 . Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik .
Yogyakarta : UGM-Press.
R. Voight . 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi
Kelima . Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Roth, Hermann, J . 1988 . Analisis Farmasi . Yogyakarta
: UGM-Press
Parrot, Eugene L. 1968. Pharmaceutical Technology . Penerbit
Burgess Publishing Company Iowa.
Ansel C. Howard.1989 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Martin, Alfred . 1990 . Farmasi Fisika Edisi I . Jakarta
: Universitas Indonesia Press.
Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit
ITB
Jones, D. 2008. FASTtrack: Pharmaceutics – Dosage Form and
Design. London: Pharmaceutical Press.
Kurniawan, D. W. 2009. Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Langley, C. 2008. FASTtrack: Pharmaceutical Compounding and
Dispensing. London: Pharmaceutical Press.
Perrie, Y. 2010. FASTtrack: Pharmaceutics - Drug Delivery and
Targeting. London: Pharmaceutical Press.
Genaro, R.A., 1990. Rhemingtons Pharmaceutical Science.
18th ed. USA : Mack Printing Company, Easton, Pennsylvania , 267.
Baca Juga :
- Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap)
- Laporan Pengukuran Tegangan Permukaan Farfis Lengkap Docx - New !!
- Laporan Salep Tetrasiklin Lengkap Docx
- Laporan Sediaan Suspensi Ibu Propen Lengkap Docx
- Laporan Sirup dan Drop Paracetamol Lengkap Docx
By : Dede Taufiq
0 Response to "Laporan Stabilitas Farmasi Fisika Lengkap Docx"
Post a Comment