Laporan Farmakognosi Fitokimia Lengkap Docx
Laporan Farmakognosi Fitokimia Lengkap Docx - Salam farmasi indonesia, kali ini saya akan membagikan sebuah laporan praktikum dari mata kuliah farmakognosi dimana mempelajari tentang bahan alam sebagai obat, berikut penjelasannya :
Laporan Farmakognosi Fitokimia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional dikalangan masyarakat semakin
meningkat, seiring dengan berkembangnya bahan-bahan alam yang berkhasiat sebagai
obat. Tercatat dengan data yang dikemukakan oleh WHO, sekitar 80 % penduduk yang
ada didunia menggunakan obat tradisional yang berasal dari bahan alam atau
tanaman sebagai bahan pengobatan.
Adapun mengenai pemanfaatan bahan alam atau tanaman obat
tersebut meliputi pengobatan maupun pencegahan dari suatu penyakit serta
perlindungan kualitas kesehatan. Dengan salah satu contoh bahan alam atau
tanaman obat yang berkhasiat sebagai alat pengobatan yaitu daun tanaman pulai
atau Alstonia scholaris L.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan
senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining
fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan
suatu pereaksi warna.
Pada praktikum ini dilakukan skrining fitokimia dengan sampel
bahan alam yaitu daun tanaman pulai atau Alstonia scholaris L.
B. Maksud Dan Tujuan
1. Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk melakukan uji
skrining fitokimia terhadap tanaman pulai atau Alstonia scholaris
L.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari pecobaan ini adalah untuk mengetahui
kandungan kimia tanaman pulai atau Alstonia scholaris L dengan pendekatan
skrining fitokimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. URAIAN TANAMAN
1. Taksonomi / Klasifikasi
- Klasifikasi Tanaman (Badan POM, 2008)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatopyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Gentianales
Suku : Apocynaceae
Marga : Alstonia
Jenis : Alstonia scholaris (L.) R.Br.
- Deskripsi Tanaman (Badan POM, 2008)
Alstonia scolaris R.Br. adalah salah satu jenis dari marga
Alstonia, suku Apocynaceae yang paling tersebar luas, dapat ditemukan mulai dari
Sri Lanka dan India samapai daratan Asia Tenggara dan Cina Selatan, melalui
Malesia sampai ke Australia bagian utara, Kepulauan Bismarck dan Solomon.
(Soerianegra dan Leemens, 1994)
Habitus berupa pohon dengan tinggi 10-50 m. Batang tegak,
berkayu, percabangan menggarpu dan berwarna hijau gelap. Daun tunggal, bentuknya
lanset, ujungnya membulat dan pangkalnya meruncing, tepinya rata, panjang daun
10-20 cm dan lebar 3-6 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, panjang
tangkai ±1 cm dan warnanya hijau. Bunga majemuk, bentuknya malai, terdapat
diujung batang, bentuk kelopak bunga bulat telur, panjang tangkainya 2,5-5 cm,
berambut dan warnanya hijau. Benang sari melekat pada tabung mahkota dengan
panjang tangkai putik 3-5 mm, kepala putik meruncing, bakal buah berbulu dan
berwarna putih. Bentuk tabung mahkota bunga bulat telur dengan panjang 7-9 mm
dan berwarna putih kekuningan. Buah bumbung dengan bentuk pita dan panjangnya
20-50 mm, warnanya putih. Biji kecil dengan panjang 1,5-2 cm dan berwarna putih.
Akar tunggang dan berwarna coklat
2. Nama Daerah (Dalimartha, 1999)
Jawa : Lame (Sunda), pule (Jawa), polay (Madura)
Kalimantan : hanjalutung (Kalimantan)
Sumatera : kayu gabus,; pulai ; tewer(Banda)
Sulawesi : kaliti, reareangou ; bariangow, rariangow,
wariangow, marianga deadeangow, kita (Minahasa),
Ambon : rite
Ternate : hange
3. Kunci Determinasi ( Steenis,1987)
1b…2b…3b…4b…6b…7b…9b…11b…12b…13b.14a…15a…119b…120b…128b…129b….135b….136b…139b…140b….142b…143b…146a…147a…151a.
4. Kandungan Kimia ( Ismawan, 2012)
Kulit kayu mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin),
ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan
triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga
pulai mengandung asam ursolat dan lupenol.
5. Manfaat ( Ismawan, 2012 )
Pulai dimanfaatkan untuk menurunkan kadar gula darah /
diabetes, menurunkan tekanan darah, mengobati rematik, beri-beri, malaria, demam
tinggi, diare, disentri, kolik, kurang darah, gangguan pencernaan seperti perut
kembung dan sakit perut, batuk berdahak dan wasir.
B. SKRINING FITOKIMIA
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan
senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining
fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan
suatu pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia
adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristianti dkk., 2008).
Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap
senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas
berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya.
Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasikan dengan pereaksi-pereaksi yang
mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder
(Harbone, 1987).
Penapisan kimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara
kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu
tumbuhan. Pemeriksaan dilakukan pada senyawa metabolit sekunde yang memiliki
khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, tannin, dan
saponin (Harborne, 1987).
Pendekatan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan
kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan
biji), terutama kandungan metabolit sekunder yang bioaktif yaitu alkaloida,
antrakuinon, flavonoida, glikosida jantung, saponin (steroid dan hiterpenoid),
tannin (polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), iridoid, dan sebagainya. Dengan
tujuan pendekatan skrining fitokimia adalah untuk mensurvei tumbuhan untuk
mendaoatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna untuk pengobatan
(Robinson, 1995).
Adapun metode yang digunakan atau dipilih untuk melakukan
skrining fitikimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain (Robinson,
1995):
a. Sederhana
b. Cepat
c. Dapat dilakukan dengan peralatan minimal
d. Selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari
e. Bersifat semikuantitatif yaitu memiliki batas kepekaan untuk
senyawa yang dipelajari
f. Dapat memberikan keterangan tambahan ada/tidaknya senyawa
dari golongan senyawa yang dipelajari
Untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat pada suatu
ekstrak digunakan berbagai metode berikut (Harbone, 1987) :
- Identifikasi senyawa fenolik (Harbone, 1987)
Identifikasi adanya senyawa fenolik dalam suatu cuplikan dapat
dilakukan dengan pereaksi besi (III) klorida 1% dalam etanol. Adanya senyawa
fenolik ditunukan dengan timbulnya warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam
yang kuat.
- Identifikasi senyawa golongan saponin (steroid dan terpenoid)
(Harbone, 1987)
Saponin adalah suatu glukosida yang larut dalam air dan
mempunyai karakteristik dapat membentuk busa apabila dikocok, serta mempunyai
kemampuan menghemolisis sel darah merah. Saponin mempunyai toksisitas yang
tinggi. Verdasarkan strukturnya saponin dapat dibedakan atas dua macam yaitu
saponin yang mempunya rangka steroid dan saponin yang mempunyai rangka
triterpenoid. Berdasarkan pada strukturnya saponin memberikan reaksi warna yang
karakteristik dengan pereaksi Libermann-Buchard (LB).
- Identifikasi senyawa golongan alkaloid (Harbone, 1987)
Alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam
tumbuhan. Atom nitrogen yang terdapat pada molekul alakaloid pada umumnya
merupakan atomnitrogen sekunder ataupun tersier dan kadang-kadang terdapat
sebagai atomnitrogen kuartener. Salah satu pereaksi untuk mengidentifikasi
adanya alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer.
- Identifikasi golongan antraquinon (Harbone, 1987)
Antraquinon merupakan suatu glikosida yang didalam tumbuhan
biasanya terdapat sebagai turunan antraquinon terhidrolisis ternitilasi, atau
terkarboksilasi. Antraquinon berikatan dengan gula sebagai o-glikosida atau
c-glikosida. Turunan antraquinon dapat bereaksi dengan basa memberikan warna
ungu atau hijau.
- Identifikasi golongan flavonoid (Harbone, 1987)
Flavonoid merupakan senyawa yang umumnya terdapat pada tumbuhan
berpembuluh, terikat pada glukosida dan aglikon flavonoid. Dalam menganalisis
flavonoid, yang diperiksa adalah aglikon dalam ekstrak tumbuhan yang sudah
dihidrolisis. Proses ekstraksi senyawa ini dilakukan dengan etanol mendidig
untuk menghindari oksida enzim.
BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan adalah alat pemanas, batang
pengaduk, cawan poselin, pipet tetes, pipet volume, sendok tanduk, tabung reaksi
dan vial.
2. Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan adalah etanol 95%, HCl 2N, HCl P,
kertas saring, larutan pereaksi FeCl3, pereaksi KOH 10%, pereaksi baucardat,
pereaksi dragendrof, pereaksi mayer, serbuk daun pulai dan tissu.
B. Cara Kerja
1. Reaksi Identifikasi Golongan Tanin
o Identifikasi Terhadap Katekol
Serbuk pulai dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika
mengandung katekol akan menghasilkan warna hijau.
o Identifikasi Terhadap Pirogalotanin
Serbuk pulai dibasahi dengan larutan FeCl3 1 N, jika
mengandung pirogalotanin akan menghasilkan warna biru.
2. Reaksi Identifikasi Golongan Dioksiantrakinon
Sedikit serbuk pulai dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditetesi dengan KOH 10% p b/v dalam etanol 95% P, jika mengandung
dioksiantrakinon akan menghasilkan warna merah.
3. Reaksi Identifikasi Golongan Alkaloid
Ekstrak metanol dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
kemudian ditetesi :
- HCl 0,5 N dan pereaksi Mayer, jika mengandung alkaloid maka
akan menghasilkan endapan kuning.
- HCl 0,5 N dan pereaksi Bauchardat, jika mengandung alkaloid
akan menghasilkan endapan cokelat.
- HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendrof, jika mengandung alkaloid
akan menghasilkan endapan warna jingga.
4. Reaksi Identifikasi Golongan Steroid
Serbuk pulai dihaluskan dengan etanol kemudian didihkan selama
15 menit lalu disaring, filtrat uap sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan
eter setelah terlebih dahulu disuspensikan dengan sedikit air, bagian yang larut
dalam eter dipisahkan. lapisan eter kemudian ditetesi dengan pereaksi
Lieberman-Bauchard jika mengandung steroid akan menghasilkan warna merah jambu.
5. Reaksi Identifikasi Golongan Saponin
Serbuk pulai dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10
ml air panas, didinginkan kemudian di kocok kuat-kuat selama 10 detik, terbentuk
buih, lalu tambahkan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang.
6. Reaksi Identifikasi Golongan Flavanoid
- Serbuk pulai ditambahkan dengan FeCl3 dan HCl P,
jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
- Serbuk pulai ditambahkan dengan AlCl3 dan HCl P,
jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
- Serbuk pulai ditambahkan dengan MgCl3 dan HCl P,
jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
No | Golongan komponen kimia | Pereaksi/ perlakuan | Pengamatan sampel | ||||
Daun Pulai | Daun Dewa | Daun Raja | Daun jamblang | Daun Kolasa | |||
1. | Tannin katekol | Sampel + FeCl3 | - | - | + | - | + |
Tannin pirogalotanin | Sampel + FeCl3 | - | - | - | - | - | |
2. | Dioksinantrakinon | Sampel + KOH 10% | - | - | - | + | - |
3. | Alkaloid | Sampel+HCl 0,5N+Mayer | - | + | - | - | - |
Sampel+HCl 0,5N+Boouchardat | - | - | - | + | - | ||
Sampel+HCl 0,5N+Dragendroff | - | - | + | + | - | ||
4. | Steroid | Sampel + P.Lieberman-Buchard | - | - | - | + | - |
5. | Flavonoid | Sampel + FeCl3 + HCl P | - | - | - | - | - |
6. | Saponin | Sampel + air panas + HCl 2N | + | + | + | + | + |
|
|
|
|
|
|
BAB V
PEMBAHASAN
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu
penelitian fitokimia yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan
senyawa yang terkandung dalam tanaman yang sedang diteliti. Metode skrining
fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan
suatu pereaksi warna.
Pada percobaan skrining ini menggunakan sampel bahan alam
Alstonia scholaris atau dikenal dengan pulai. Adapun bagian tumbuhan yang
digunakan adalah bagian daun pulai. Alstonia scolaris R.Br. adalah salah satu
jenis dari marga Alstonia, suku Apocynaceae yang paling tersebar luas, dapat
ditemukan mulai dari Sri Lanka dan India samapai daratanAsia Tenggara dan Cina
Selatan, melalui Malesia sampai ke Australia bagian utara, Kepulauan Bismarck
dan Solomon.
Dengan maksud dan tujuan dari percobaan skrining ini adalah
untuk memberikan gambaran dan mengetahui mengenai golongan senyawa apa saja yang
terkandung dalam tanaman pulai atau Alstonia scholaris.
Pada percobaan skrining ini menggunakan beberapa perlakuan
identifikasi golongan senyawa-senyawa yakni identifikasi senyawa golongan tannin
yang meliputi katekol dan pirogalotanin, identifikasi senyawa golongan
dioksiantrakinon, identifikasi senyawa golongan alkaloid, identifikasi senyawa
golongan steroid, identifikasi senyawa golongan saponin, dan identifikasi
senyawa golongan flavonoid, Dari hasil pengamatan diperoleh negative (-) untuk
identifikasi golongan senyawa kimia tannin, dioksiantrakinon, alkaloid, steroid,
dan flavonoid. Dengan demikian untuk daun pulai atau Alstonia scholaris
tidak mengandung senyawa kimia tannin, dioksiantrakinon, alkaloid, steroid,
dan flavonoid.
Sementara untuk hasil pengamatan identifikasi golongan senyawa
saponin diperoleh hasil positif (+). Sebab pada percobaan identifikasi golongan
tannin, ketika tahap akhir yaitu ditambahkan 1 tetets Asam Klorida 2 N buih
tidak hilang. Dengan demikian untuk daun pulai atau Alstonia scholaris
mengandung senyawa kimia saponin.
Berdasarkan literartur bahwa bahan-bahan yang mengandung
saponin akan menimbulkan hemolisis sel darah merah dengan meningkatkan
permeabilitas membran plasma, dan dengan demikian saponin sangat beracun bila
disuntikkan ke dalam aliran darah.
BAB VI
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan terhadap identifikasi golongan
senyawa kimia dari tumbuhan pulai atau Alstonia scholaris L diperoleh
senyawa golongan saponin yang terkandung didalamnya.
B. SARAN
Sebaiknya ketelitian dan kecermatan mengenai praktikum dan
pengamatan lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. “Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I “.
Fakultas
Farmasi Uniersitas Muslim Indonesia : Makassar
Badan POM, 2008. “Direktorat Obat Asli Indonesia “. Depkes RI :
Jakarta
Dalimartha, Setiawan. 1999. “ Atlas tumbuhan obat indoneia
jilid 1 “. Puspa swara :
Depok, Jawa Barat.
Harborne, J.B., 1987. “Phitochemical Method Metode fitokimia
terjemahan oleh Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro”. ITB Press : Bandung.
Ismawan, Bambang. 2012. Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti
Ilmiah &Cara Racik.
Volume 10. PT Trubus Swadaya : Depok
Kristianti, A. N, N. S. dkk. 2008. “Buku Ajar Fitokimia”.
Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA Universitas Airlangga.: Surabaya.
Robinson. 1995. “Kandungan Organic Tumbuhan Tinggi “. ITB Press
: Bandung.
Steenis Van, C.G.G.J. 1978. “ Flora ” . P.T. Pradnya
Paramita : Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar pengamatan
SKEMA KERJA
1. Reaksi identifikasi golongan tanin
Ø Identifikasi terhadap katekol
Menghasilkan warna hijau
Ø Identifikasi terhadap pirogalotanin
Menghasilkan warna biru
2. Reaksi identifikasi golongan dioksiantrakuinon
Menghasilkan warna merah
3. Reaksi identifikasi golongan alkaloid
Ekstrak metanol dimasukan dalam masing-masing tabung reaksi
Endapan kuning endapan coklat endapan jingga
4. Reaksi identifikasi golongan steroid
menghasilkan warna merah jambu
5. Reaksi identifikasi golongan saponin
Buih tidak hilang
6. Reaksi identifikasi golongan flavonoid
Mengahasilkan warna merah
Sekian laporan yang telah kami buat mohon maaf bila ada kesalahan, terimakasih telah berkunjung, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kalian. Salam Farmasi Indonesia.
Baca Juga :
- Laporan Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap)
- Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Disolusi
- Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap)
- Laporan Uji Stabilitas Lengkap Farmasi
By : Dede Taufiq
0 Response to "Laporan Farmakognosi Fitokimia Lengkap Docx"
Post a Comment