Laporan Mikromeritik Lengkap
Assalamualaikum,,,
Sekian lama saya tidak update lagi karena kesibukan saya kuliah dan karena fasilitas yang kurang memadai koneksi internet hehehe,,,,,, kali ini saya akan membagikan sebuah laporan dari mata kuliah farmasi fisika. yang berjudul sebagai berikut.
Laporan Mikromeritik Lengkap
I. TUJUAN
Setelah mengikuti
percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menentukan ukuran partikel secara mikroskopis.
2. Menentukan kerapatan partikel dengan piknometer.
3. Menetukan kerapatan alir serbuk dan sudut.
4. Menentukan kerapatan curah (ruah,longgar,bulk) dan kerapatan mampat
II. PRINSIP
Pengukuran partikel dari serbuk berdasarkan atas
penimbangan residu yang tertinggal pada tiap ayakan yaitu dengan melewatkan
serbuk dari nomor mesh rendah ke nomor mesh tinggi yang digerakan oleh mesin
penggerak dengan waktu dan kecepatan tertentu.
III. DASAR TEORI
biasanya diartikan sebagai ilmu dan teknologi tentang
partikel yang kecil. Ukuran partikel dapat dinyatakan dengan berbagai cara.
Ukuran diameter rata-rata, ukuran luas permukaan rata-rata, volume rata-rata dan
sebagainya. Pengertian ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata. Untuk
memulai setiap analisis ukuran partikel harus diambil dari umunya jumlah bahan
besar (ditandai dengan junlah dasar) suatu contoh yang representatif. Karenanya
suatu pemisahan bahan awal dihindari oleh karena dari suatu pemisahan, contoh
yang diambil berupa bahan halus atau bahan kasar. Untuk pembagian contoh pada
jumlah awal dari 10-1000 g digunakan apa yang disebut Pembagi Contoh piring
berputar. Pada jumlah dasar yang amat besar harus ditarik beberapa contoh dimana
tempat pengambilan contoh sebaiknya dipilih menurut program acak (Voigh,
1994).
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama
mikromiretik oleh Dalla Valle. Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang
terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa, sedang partikel emulsi dan
suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam jangkauan mikroskop optik.
Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul tablet, dan garam
granular berada dalam kisaran ayakan. Setiap kumpulan partikel biasanya disebut
polidispersi. Karenanya perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu
partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang
sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu
yang ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari
sini kita bisa menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut
(Martin, 1990).
Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan
penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel mempunyai peranan besar dalam
pembuatan sediaan obat dan juga terhadap efek fisiologisnya (Moehtar,
1990).
Pentingnya mempelajari mikromiretik, yaitu:
1. Menghitung luas
permukaan
2. Sifat kimia dan fisika dalam
formulasi obat
3. Secara teknis mempelajari
pelepasan obat yang diberikan secara per
oral, suntikan dan topikal
4. Pembuatan obat bentuk emulsi,
suspensi dan duspensi
5. Stabilitas obat (tergantung
dari ukuran partikel).
Metode paling sederhana dalam penentuan nilai ukuran
partikel adalah menggunakan pengayak standar. Pengayak terbuta dari kawat dengan
ukuran lubang tertentu. Istilah ini (mesh) digunakan untuk menyatakan jumlah
lubang tiap inchi linear (Parrot, 1970).
Ukuran dari suatu bulatan dengan segera dinyatakan dengan
garis tengahnya. Tetapi, begitu derajat ketidaksimestrisan dari partikel naik,
bertambah sulit pula menyatakan ukuran dalam garis tengah yang berarti. Dalam
keadaan seperti ini, tidak ada garis tengah yang unik.. Makanya harus dicari
jalan untuk menggunakan suatu garis tengah bulatan yang ekuivalen, yang
menghubungkan ukuran partikel dan garis tengah bulatan yang mempunyai luas
permukaan, volume, dan garis tengah yang sama. Jadi, garis tengah permukaan
ds, adalah garis tengah suatu bulatan yang mempunyai luas permukaan
yang sama seperti partikel yang diperiksa.
Metode-metode yang digunakan untuk menentukan ukuran
partikel:
1. Mikroskopi Optik
Menurut metode mikroskopis, suatu emulsi atau suspensi,
diencerkan atau tidak diencerkan, dinaikkan pada suatu slide dan ditempatkan
pada pentas mekanik. Di bawah mikroskop tersebut, pada tempat di mana partikel
terlihat, diletakkan mikrometer untuk memperlihatkan ukuran partikel tersebut.
Pemandangan dalam mikroskop dapat diproyeksikan ke sebuah layar di mana
partikel-partikel tersebut lebih mudah diukur, atau pemotretan bisa dilakukan
dari slide yang sudah disiapkan dan diproyeksikan ke layar untuk diukur.
Kerugian dari metode ini adalah bahwa garis tengah yang diperoleh hanya dari dua
dimensi dari partikel tersebut, yaitu dimensi panjang dan lebar. Tidak ada
perkiraan yang bisa diperoleh untuk mengetahui ketebalan dari partikel dengan
memakai metode ini. Tambahan lagi, jumlah partikel yang harus dihitung (sekitar
300-500) agar mendapatkan suatu perkiraan yang baik dari distribusi , menjadikan
metode tersebut memakan waktu dan jelimet. Namun demikian pengujian mikroskopis
dari suatu sampel harus selalu dilaksanakan, bahkan jika digunakan metode
analisis ukuran partikel lainnya, karena adanya gumpalan dan partikel-partikel
lebih dari satu komponen seringkali bisa dideteksi dengan metode ini.
2. Pengayakan
Suatu metode yang paling sederhana, tetapi relatif lama
dari penentuan ukuran partikel adalah metode analisis ayakan. Di sini penentunya
adalah pengukuran geometrik partikel. Sampel diayak melalui sebuah susunan
menurut meningginya lebarnya jala ayakan penguji yang disusun ke atas. Bahan
yang akan diayak dibawa pada ayakan teratas dengan lebar jala paling besar.
Partikel, yang ukurannya lebih kecil daripada lebar jala yang dijumpai,
berjatuhan melewatinya. Mereka membentuk bahan halus (lolos). Partikel yang
tinggal kembali pada ayakan, membentuk bahan kasar. Setelah suatu waktu ayakan
tertentu (pada penimbangan 40-150 g setelah kira-kira 9 menit) ditentukan
melalui penimbangan, persentase mana dari jumlah yang telah ditimbang ditahan
kembali pada setiap ayakan (Martin, 1990)
IV. ALAT DAN
BAHAN
V. PROSEDUR
1. Menentukan Kerapatan Partikel dengan
Piknometer
2. Menentukan Kecepatan Alir Serbuk dan Sudut Istirahat
(Diam)
3. Menentukan Kerapatan
Curah (ruah , longgar, bulk) dan kerapatan mampat
VI. DATA HASIL PENGAMATAN
Penentuan kerapatan partikel
Bobot piknometer kosong :10,3128
g
- Sample starch dengan pelarut
parafin
Bobot piknometer dengan pelarut
:19,234 g
Bobot sampel :1,00 g
Bobot piknometer dengan pelarut
dan sampel :18,80 g
- Sample asetosal dengan pelarut
parafin
Bobot piknometer dengan pelarut
:19,23 g
Bobot sampel :1,00 g
Bobot piknometer dengan pelarut
dan sampel :19,62 g
Kecepatan aliran dan sudut
istirahat
sampel | Bobot | waktu | diameter | tinggi | tan |
Starch | 30 g | 38,45 detik |
D1 : 13 cm
D2 : 23 cm D3 : 12 cm D4 : 12,5 cm Rata-rata : 15,125 cm |
2 cm | 0,264 |
asetosal | 30 g | 1 detik |
D1 : 12 cm
D2 : 13 cm D3 : 13 cm D4 : 16 cm Rata-rata : 13,5 cm |
0,5 cm | 0,074 |
Sudut istirahat ( Ɵ ) :
Starch : 14,78
Asetosal : 4,23
Kerapatan curah dan mampat
sampel | Bobot | Jumlah ketukan | volume | Kerapatan( g/ml ) |
Starch | 30 g |
0
50 100 125 |
39 ml
36 ml 36 ml 35 ml |
0,47
0.63 0,67 0,857 |
asetosal | 30 g |
0
50 100 125 |
64 ml
48 ml 45 ml 43 ml |
0,77
0,83 0,83 0,697 |
VII. PERHITUNGAN
Percobaan I ( menentukan kerapatan partikel dengan
piknometer)
ü Penentuan Kerapatan Partikel
:
STARCH 1500 :
Bobot Piknometer Kosong (W) :
10,3128 gram
Bobot Piknometer dengan Pelarut
(W1) : 19,234 gram
Bobot Sampel (W3) : 1 gram
Bobot Piknometer dengan Pelarut
dan Sampel (W4):
Ø Perhitungan
Dikertahui :
W = 10,3128 gram
W1 = 19, 234 gram
W2 = W1-W
= 19,234 gram – 10,3128
gram
= 8,9212 gram
W3 = 1 gram
W4 = 30,5468 gram
10(W4-W2+W3)
10(30,5468-8,9212+1)
226,256
= 0,0438 gram
ASETOSAL :
Bobot Piknometer Kosong (W) :
10,3128 gram
Bobot Piknometer dengan Pelarut
(W1) : 19,23 gram
Bobot Sampel (W3) : 1 gram
Bobot Piknometer dengan Pelarut
dan Sampel (W4):
Ø Perhitungan
Dikertahui :
W = 10,3128gram
W1 = 19,230 gram
W2 = W1-W
= 19,230 gram – 10,3128
gram
=8,9172 gram
W3 = 1 gram
W4 = 30,542 gram
10(W4-W2+W3)
10(30,542-8,9172+1)
226,248
= 0,0392 gram
Percobaan II ( menentukan
kecepatan alir serbuk & sudut istirahat )
ASETOSAL
Diketahui : waktu: 1 detik
Penyelesaian:
4
= 13,5
= 0,074
STARCH
Diketahui : waktu: 38,45
detik
Penyelesaian:
4
= 15,125
= 0,264
Percobaan III (menentukan
kerapatan curah dan kerapatan mampat)
ASETOSAL
STARCH
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang terakhir ini adalah tentang
mikromeritika. Mikromertika adalah ilmu dan teknologi untuk mengenal partikel.
Di bidang farmasi hampir semua sediaan farmasi dibuat dari bahan bahan curah
(bulk) baik zat aktif maupun pembantu. Kami melakukan tiga percobaan yaitu yang
pertama tentang menentukan kerapatan alir serbuk dan sudut dengan cara mengukur
waktu jatuh yang diperlukan oleh sejumlah serbuk yang ditaruh di dalam suatu
corong sampai seluruh serbuk tersebut turun.cara pengukuran tersebut disamping
menetukan kecepatan alir serbuk sekaligus pula dapat menetapkan sudut istirahat
yaitu sudut yang dibentuk antara ;ereng timbunan serbuk dengan bidang datar. Dan
hasil yang di dapatkan yaitu : sampel yang digunakan STARCH dengan bobot 30g,
waktu 38,45 detik, diameter ke-1 : 13 cm, ke-2 : 23 ke-3 : 12 cm, ke-4 :12,5 cm
dengan rata rata 15,125 cm. Sampel ke 2 yang digunakan ASETOSAL dengan bobot 30
g, waktu 1 detik, diameter ke-1 : 12 cm, ke-2 : 13 cm, ke-3 : 13 cm, ke-4 :16 cm
dengan rata rata 13,5 cm. Sudut istirahatnya yaitu : Starch :14,78 dan Asetosal
: 4,23. Percobaan yang kedua yaitu menentukan kerapatan curah da kerapatan
mampat dengan cara menimbang sampel yang pertama Starch sebanyak 30 g masukan
dengan hati hati ke dalam gelas ukur 100 ml. Lakukan pengetukan dengan cara
ketukan gelas ukur dengan hati hati jumlah pengetukan pertama 0, volume 39 ml,
kerapatannya 0,47 g/ml, jumlah pengetukan kedua 50, volume 36 ml, kerapatannya
0,63 g/ml, jumlah pengetukan ketiga 100, volume 36 ml kerapatannya 0,67 g/ml,
jumlah pengetukan keempat 125, volume 35 ml, kerapatannya 0,857 g/ml. Timbang
sampel yang kedua Asetosal sebanyak 30 g masukan dengan hati hati ke dalam gelas
ukur 100 ml. Lakukan pengetukan dengan cara ketukan gelas ukur dengan hati hati
jumlah pengetukan pertama 0, volume 64 ml, kerapatannya 0,77g/ml, jumlah
pengetukan kedua 50, volume 48 ml, kerapatannya 0,83 g/ml, jumlah pengetukan
ketiga 100, volume 45 ml kerapatannya 0,83 g/ml, jumlah pengetukan keempat 125,
volume 43 ml, kerapatannya 0,697 g/ml. Dan yang terakhir percobaan ke tiga yaitu
menentukan kerapatan partikel dengan piknometer. Pertama timbang piknometer
kosong dengan bobot 10,3128 g kemudian masukan sampel starch dengan pelarut
parafin lalu timbang bobot piknometer dengan pelarut yaitu 19,234 g, bobot
sampelnya 1,00 g , bobot piknometer dengan pelarut sampel 18,80 g. Sampel ke dua
masukan Asetosal dengan pelarut parafin lalu timbang bobot piknometer dengan
pelarut yaitu 19,23 g, bobot sampelnya 1,00 g , bobot piknometer dengan pelarut
sampel 19,62 g.
IX. KESIMPULAN
Tiap cairan memiliki kecepatan yang berbeda untuk
mengalir. Cairan yang pling lambat untul mengalir adalah Alkohol sedangkan
aseton memiliki waktu yg lebih singkat untuk mengalir. Viskositas cairan
tersebut dihitung dengan membandingkannya dengan viskositas aquadest.
X. DAFTAR PUSTAKA
Martin, Alfred, (1994),”Farmasi
Fisik”, UI Press, Jakarta
Voight, R., (1994),”Buku Pelajaran
Farmasi”, Edisi V, Gadjah Mada Press, Yogyakarta
Parrot, (1971),”Pharmaceutical
Technology”, Burgess Publishing Company, University of lowa
Sekian Laporan mikromeritik yang saya buat bersama kelompok saya semoga dapat bermanfaat dan menjadi inpirasi buat kalian yang membacanya.
Baca :
- Laporan Uji Stabilitas Lengkap Farmasi - New !!
- Laporan Viskositas Dan Reologi (Viskometer Brookfield) Lengkap - New !!
- 9 Stars Of Pharmacist (9 Bintang Farmasi)
- Bentuk Sediaan Obat Lengkap
- Cabang Ilmu Farmasi Lengkap
- Cangkang Kapsul Dari Babi
- Download Undang Undang Mengenai Kefarmasian - New !!
By : Dede Taufiq
0 Response to "Laporan Mikromeritik Lengkap"
Post a Comment