Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Disolusi
Kali ini saya akan membagikan hasil dari praktikum saya dalam mata kuliah farmafisika tentang pengaruh temperatur terhadap kecepatan disolusi berikut penjelasannya.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FARMASI FISIKA
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KECEPATAN DISOLUSI
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KECEPATAN DISOLUSI
Oleh : Dede Taufiq
LABOLATORIUM FARMASI FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2017
PERCOBAAN IV
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP
KECEPATAN DISOLUSI
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu :
1. Menentukan kecepatan disolusi suatu zat dari pengaruh
temperature dan waktu.
2. Membuktikan faktor temperature terhadap kecepatan disolusi.
II. Prinsip Percobaan
Suatu zat padat yang terlarut dalam media pelarut
akan membutuhkan waktu yang berbeda-beda untuk melepaskan atau melarutkan suatu
molekul zat aktif dalam pelarut hingga menjadi suatu larutan yang homogen,
perbedaan waktu larut ini dipengaruhi oleh disolusi (kecepatan zat melarut) yang
dimana memiliki faktor yang dapat mempengaruhinya salah satunya dari temperatur.
III. Dasar Teori
Disolusi obat adalah suatu
proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut.
Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat
sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut
sebelum diserap ke dalam tubuh.
Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat sangat
dipengaruhi oleh sifat fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan. Ketersediaan
zat aktif biasanaya ditetapkan oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari bentuk
sediaannya. Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan biasanya ditenmtukan oleh
kecepatan melarutnya dalam media sekelilingnya (Martin., 2007).
Disolusi adalah suatu
jenis khusus dari suatu reaksi heterogen yang menghasilkan transfer massa karena
adanya pelepasan dan pemindahan menyeluruh ke pelarut dari permukaan padat.
Teori disolusi yang umum adalah:
1. Teori film (model difusi lapisan)
2. Teori pembaharuan-permukaan dari Danckwerts (teori
penetrasi)
3. Teori Solvasi terbatas/Inerfisial (Martin., 2007).
Kecepatan disolusi merupakan kecepatan zat aktif
larut dari suatu bentuk sediaan utuh/ pecahan/ partikel yang berasal dari bentuk
sediaan itu sendiri. Kecepatan disolusi zat aktif dari keadaan polar atau dari
sediaannya didefinisikan sebagai jumlah zat aktif yang terdisolusi per unit
waktu di bawah kondisi antar permukaan padat-cair, suhu dan kompisisi media yang
dibakukan. Kecepatan pelarutan memberikan informasi tentang profil proses
pelarutan persatuan waktu. Hukum yang mendasarinya telah ditemukan oleh Noyes
dan Whitney sejak tahun 1897 dan diformulasikan secara matematik sebagai berikut
:
dM / dt = kecepatan pelarutan ( perubahan konsentrasi per
satuan waktu )
Cs = kelarutan (konsentrasi jenuh bahan dalam
bahan pelarut )
Ct = konsentrasi bahan dalam larutan untuk waktu t
K = konstanta yang membandingkan koefisien difusi, voume
larutan jenuh dan tebal lapisan difusi
S = Luas Permukaan cm2
Dari persamaan di atas dinyatakan bahwa tetapnya
luas permukaan dan konstannya suhu, menyebabkan kecepatan pelarutan tergantung
dari gradien konsentasi antara konsentrasi jenuh dengan konsentrasi pada waktu
(Amir., 2007).
Pada peristiwa melarut sebuah zat padat disekelilingnya
terbentuk lapisan tipis larutan jenuhnya, darinya berlangsung suatu difusi suatu
ke dalam bagian sisa dari larutan di sekelilingnya.. Dengan mensubtitusikan
hukum difusi pertama Ficks ke dalam persamaan Hernsi Brunner dan Bogoski, dapat
memberikan kemungkinan perbaikan kecepatan pelarutan secara konkret.
Kecepatan pelarutan berbanding lurus dengan luas
permukaan bahan padat, koefisien difusi, serta berbanding lurus dengan turunnya
konsentrasi pada waktu t. Kecepatan pelarutan ini juga berbanding terbalik
dengan tebal lapisan difusi. Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat sangat
dipengaruhi oleh sifat fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan. Ketersediaan
zat aktif ditetapkan oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan,
dimana pelepasan zat aktif ditentukan oleh kecepatan melarutnya dalam media
sekelilingnya (Amir., 2007).
Lapisan difusi adalah lapisan
molekul-molekul air yang tidak bergerak oleh adanya kekuatan adhesi dengan
lapisan padatan. Lapisan ini juga dikenal sebagai lapisan yang tidak teraduk
atau lapisan stagnasi. Tebal lapisan ini bervariasi dan sulit untuk ditentukan,
namun umumnya 0,005 cm (50 mikron) atau kurang
Hal-hal dalam persamaan Noyes Whitney yang
mempengaruhi kecepatan melarut:
1. Kenaikan dalam harga A menyebabkan naiknya kecepatan melarut
2. Kenaikan dalam harga D menyebabkan naiknya kecepatan melarut
3. Kenaikan dalam harga Cs menyebabkan naiknya kecepatan
melarut
4. Kenaikan dalam harga Ct menyebabkan naiknya kecepatan
melarut
5. Kenaikan dalam harga d menyebabkan naiknya kecepatan melarut
Hal-hal lainnya yang juga dapat mempengaruhi
kecepatan melarut adalah :
1. Naiknya temperatur menyebabkan naiknya Cs dan D
2. Ionisasi obat (menjadi spesies yang lebih polar) karena
perubahan pH akan menaikkan nilai Cs (Ansel, 1989)
IV. Alat dan Bahan
1. Bejana/Chamber
2. Gelas ukur
3. Termostat
4. Spiktrometri
5. Pipet tetes
6. Gelas Beker
7. Parasetamol
8. Aquadest
NO | Nama Alat | Fungsi |
1 | Bejana/Chamber | Sebagai tempat untuk mengaduk |
2 | Gelas ukur | Sebagai mengatur volume larutan |
3 | Termostat | Untuk mengukur suhu |
4 | Spiktometri |
Sebagai mengukur absorbansi
|
V. Prosedur Kerja
Langkah kerja dalam Percobaan :
1. Isi bejana atau chamber dengan 900ml air suling
2. pasang thermostat pada suhu 30°C. Ambil sampel pada parasetamol serbuk dan parasetamol tablet dan air suling |
3. Ambil sebayak 20ml larutan dalam bejana setiap bejana waktu 1, 5, 10, 15, 20, 25, 30 menit setelah pegocokan setiap pegambilan sampel sebayak 20ml, maka segera diganti degan 20ml air suling |
4. Percobaan yang sama untuk suhu 40°C dan 50°C |
5. Tentukan kadar pada parasetamol yang larut dari masing-masing sampel degan cara spetofotometri ultra violet |
VI. Hasil Pengamatan
1. Data Kalibrasi Parasetamol Standar
C (ppm) | Absorban |
2 | 0,243 |
4 | 0,315 |
6 | 0,403 |
8 | 0,584 |
10 | 0,737 |
12 |
0,789 |
y = bx +a |
Dimana : b = 0,059
a = 0,094
y = 0,059x +0.094 |
Jadi :
2. Tabel Serbuk Paracetamol 500 mg
Waktu | Absorban | Faktor Pengenceran | Paracetamol terlarut (mg) | Faktor Koreksi (mg) | Kumulatif | % Terdisolusi |
5 | 0,417 | 200 | 985,5 | 0 | 985,500 | 197,100% |
10 | 0,491 | 200 | 1211,22 | 10,95 | 1222,169 | 244,434% |
15 | 0,521 | 200 | 1302,66 | 24,408 | 1327,068 | 265,414% |
20 | 0,568 | 200 | 1446,12 | 38,882 | 1485,002 | 297,004% |
30 | 0,589 | 200 | 1510,02 | 54,949 | 1564,969 | 312,994% |
Ø Analisis Data :
a) Selang Waktu 5 menit
Y= bx+a 0,417 = 0,059x + 0,094 x = x = = 5,475 ppm x = 5,475 x 200 (Fp) = 1095 ppm = = 10,95 mg/10 mL = 10,95 x = 985,5 mg |
b) Selang Waktu 10 menit
Y= bx + a 0,491 = 0,059x + 0,094 x = = = 6,729 ppm x = 6,729 x 200 (Fp) = 1345,8 ppm = =13,458 mg/10 mL =13,458 x =1211,22 mg |
c) Selang Waktu 15 menit
Y= bx + a 0,521 = 0,059x + 0,094 x = x = = 7,237 ppm x = 7,237 x 200 (Fp) = 1447,4 ppm = = 14,474 mg/10 mL = 14,474 x = 1302,66 mg |
d) Selang Waktu 20 menit
Y= bx + a = 0,059 x + 0,094 x = = = 8,034 ppm x = 8,034 x 200 (Fp) = 1606,8 ppm = = 16,068 mg/10 mL = 16,068 x = 1446,12 mg |
e) Selang waktu 30 menit
Y= bx + a 0,589 = 0,059x + 0,094 x = x = =8,389 ppm x = 8,389 x 200 (Fp) = 1677,8 ppm = = 16,778 mg/10 mL = 16,778 x = 1510,02 mg |
Ø Faktor Koreksi dan Kumulatif
a) Selang Waktu 5 menit
= 0
b) Selang waktu 10 menit
= x 985,5
= 10,95 mg
Kumulatif = 1211,22 + 10,95
= 1222,17 mg
c) Selang waktu 15 menit
= x (1211,22 + 985,5)
= 24,408 mg
Kumulatif = 1302,66 + 24,408
= 1327,068 mg
d) Selang waktu 20 menit
= x (1302,66 + 1211,22 + 985,5)
= 38,882 mg
Kumulatif = 1446,12 + 38,882
= 1485,002 mg
e) Selang waktu 30 menit
= x (1445,94 + 1302,66 + 1211,22 +985,5)
= 54,949 mg
Kumulatif = 1510,02 + 54,949
= 1564,964
Ø % Terdisolusi
x 100%
a) Selang Waktu 5 menit
x 100 % = 197,1 %
b) Selang Waktu 10 menit
x 100 % = 244,434 %
c) Selang Waktu 15 menit
x 100 % = 265,414 %
d) Selang Waktu 20 menit
x 100 % = 297,0004 %
e) Selang Waktu 30 menit
x 100 % = 312,994 %
3. Tabel Tablet Paracetamol 500 mg
Waktu | Absorban | Faktor Pengenceran | Paracetamol Terlarut (mg) | Faktor Kureksi (mg) | Kumulatif |
%
Terdisolusi |
5 | 0,461 | 200 | 1119,6 | 0 | 1119,6 | 223,920 % |
10 | 0,252 | 200 | 482,04 | 12,44 | 494,48 | 98,900% |
15 | 0,511 | 200 | 1272,24 | 17,796 | 1290,04 | 258,010% |
20 | 0,541 | 200 | 1363,68 | 31,932 | 1395,61 | 279,120% |
30 | 0,510 | 200 | 1269 | 47,048 | 1316,264 | 263,250% |
Ø Analisis Data :
a) Selang Waktu 5 menit
Y = bx + a 0,461 = 0,059x + 0,094 x = = = 6,220 ppm x = 6,220 x 200 (Fp) = 1244 ppm = = 12,44 mg/10mL = 12,44 x = 1119,6 mg |
b) Selang Waktu 10 menit
Y = bx + a 0,252 = 0,059 x + 0,094 x = = = 2,678 ppm x = 2,678 x 200 (Fp) = 535,6 ppm = = 5,356 mg/ 10 mL =5,356 x = 482,04 mg |
c) Selang waktu 15 menit
Y = bx + a 0,511 = 0,059x + 0,094 x = = = 7,068 ppm x = 7,068 x 200 (Fp) = 1413,6 ppm = = 14,13 mg/10mL = 14,136 x = 1272,24 mg |
d) Selang Waktu 20 menit
Y = bx + a 0,541 = 0,059x + 0,094 x = = = 7,576 ppm x = 7,576 x 200 (Fp) = 1515,2 ppm = = 15,152 mg/10 mL = 15,152 x = 1363,68 mg |
e) Selang Waktu 30 menit
Y = bx + a 0,510 = 0,059x + 0,094 x = = = 7,051 ppm x = 7,051 x 200 (Fp) = 1410,2 ppm = = 14,10 mg/10 mL = 14,102 x = 1269,18 mg |
Ø Faktor Kureksi dan Kumulatif
a) Selang Waktu 5 menit
= 0
b) Selang Waktu 10 menit
= x (1119,6)
Kumulatif = 482,04 + 12,44
= 494,48 mg
c) Selang Waktu 15 menit
= x (482,04 + 1119,6)
=796
Kumulatif = 1272,24 + 17,796
= 1290,04 mg
d) Selang Waktu 20 menit
= x (1272,24 + 482,04+ 1119,6)
=31,932
Kumulatif = 1363,68 + 31,932
= 1395,612 mg
e) Selang waktu 30 menit
= x (1363,68 + 1272,24 + 482,04 + 1119,6)
=47,084
Kumulatif = 1269,18 + 47,084
= 1316,264 mg
Ø % Terdisolusi
x 100 %
a) Selang Waktu 5 menit
x 100 % = 223,92 %
b) Selang Waktu 10 menit
x 100 % = 98,90 %
c) Selang Waktu 15 menit
x 100 % = 258,01 %
d) Selang Waktu 20 menit
x 100 % = 279,12 %
e) Selang Waktu 30 menit
x 100 % = 263,25 %
VII. Pembahasan
Disolusi obat adalah suatu proses hancurnya obat
(tablet) dan terlepasnya zat-zat aktif dari tablet ketika dimasukkan ke dalam
saluran pencernaan dan terjadi kontak dengan cairan tubuh.
Pada percobaan kali ini dilakukan uji laju disolusi
terhadap tablet paracetamol dan serbuk paracetamol . Tujuan dilakukannya uji
laju disolusi yaitu untuk mengetahui seberapa cepat kelarutan suatu tablet
ketika kontak dengan cairan tubuh, sehingga dapat diketahui seberapa cepat
keefektifan obat yang diberikan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pelarutan
suatu zat yaitu temperatur, viskositas, pH pelarut, pengadukan, ukuran partikel,
polimorfisa, dan sifat permukaan zat.
Secara umum mekanisme disolusi suatu sediaan dalam
bentuk tablet yaitu tablet yang ditelan akan masuk ke dalam lambung dan di dalam
lambung akan dipecah, mengalami disintegrasi menjadi granul-granul yang kecil
yang terdiri dari zat-zat aktif dan zat-zat tambahan yang lain. Granul
selanjutnya dipecah menjadi serbuk dan zat-zat aktifnya akan larut dalam cairan
lambung atau usus, tergantung di mana tablet tersebut harus bekerja.
Selanjutnya dilakukan uji disolusi. Mula-mula 900
ml aquadest dipanaskan hingga mencapai suhu 30oC dan sebelum digunakan suhu air
harus dipertahankan pada suhu ± 37oC sesuai suhu tubuh. Selanjutnya 900 ml dari
air tersebut dimasukkan ke dalam wadah gelas yang terdapat di dalam alat
disolusi. Alat disolusi yang digunakan diisi dengan aquadest sebanyak ¾ bagian
saja. Hal ini dilakukan untuk menganalogkannya dengan jumlah cairan tubuh.
Selanjutnya sampel tablet dimasukkan ke dalam keranjang saringan yang kecil yang
ada di dalam alat disolusi. Sampel tablet yang diuji adalah sebanyak 3 tablet.
Sampel yang digunakan di sini yaitu tablet paracetamol. Setelah itu, keranjang
dicelupkan ke dalam pelarut. Alat disolusi lalu dinyalakan dan kecepatan diatur
pada 100 rpm dan suhu 37oC. Suhu 37oC digunakan agar sama dengan suhu tubuh
manusia.
Pada saat tablet dimasukkan ke dalam alat disolusi,
stopwatch mulai dijalankan. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu
pada menit ke-5, 10,15, 20 dan 30. Setelah 5 menit sampel diambil sebanyak 20 ml
menggunakan syringe yang berselang, dan dimasukkan kedalam botol vial, kemudian
kedalam alat disolusi yang berisi tablet paracetamol dan serbuk paracetamol yang
telah diambil sampel larutannya sebanyak 20 ml. Setelah dilakukan pengambilan
sampel, dilakukan analisis dengan menggunakan instrument. Instrument yang
digunakan dalam analisis tersebut adalah spektrofotometer UV-Vis. Analisis
dilakukan secara bertahap dimulai dari tablet dan serbuk. Sehingga total sampel
yang dianalisis adalah sebanyak 10 sampel yang berada pada 10 botol vial yang
berbeda. Pertama, dilakukan analisis terhadap blanko sampel (aquadest).
Selanjutnya diikuti analisis 10 sampel tersebut. Kemudian dibuat rata-rata
berdasarkan nilai absorbansi yang terbaca pada alat. Hal yang perlu diperhatikan
dalam analisis dengan menggunakan instrument spektrofotometer UV-Vis adalah saat
pengisian sampel kedalam kuvet, jari tangan jangan sampai menyentuh bagian licin
dari kuvet, karena jika jari tangan menyentuh bagian tersebut, maka protein akan
menempel pada bagian licin daripada kuvet, yang mengakibatkan hasil analisis
menjadi tidak akurat lagi. Selain itu, alat juga perlu disetting pada panjang
gelombang tertentu sesuai dengan sampel yang akan dianalisis.
Suatu bahan obat yang diberikan dengan cara apapun
dia harus memiliki daya larut dalam air untuk kemanjuran terapeutiknya.
Senyawa-senyawa yang relatif tidak dapat dilarutkan mungkin memperlihatkan
absorpsi yang tidak sempurna.
Ada tiga kegunaan uji disolusi yaitu menjamin
keseragaman satu batch, menjamin bahwa obat akan memberikan efek terapi yang
diinginkan, dan Uji disolusi diperlukan dalam rangka pengembangan suatu obat
baru. Obat yang telah memenuhi persyaratan keseragaman bobot, kekerasan,
kerenyahan, waktu hancur dan penetapan kadar zat berkhasiat belum dapat menjamin
bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus dilakukan
pada setiap produksi tablet.
Tahapan yang dilakukan setelah pengujian disolusi
adalah pengukuran absorbansi melalui alat spektrofotometer uv-vis di panjang
gelombang maksimumnya yaitu 274 nm. Hasil yang didapatkan adalah :
1. Tablet
Ø Menit ke 5 = 0,461
Ø Menit ke 10 = 0,525
Ø Menit ke 15 = 0,511
Ø Menit ke 20 = 0,541
Ø Menit ke 30 = 0,510
2. Serbuk
Ø Menit ke 5 = 0,417
Ø Menit ke 10 =0,491
Ø Menit ke 15 = 0,521
Ø Menit ke 20 = 0,568
Ø Menit ke 30 = 0,589
Dari hasil percobaan tersebut terlihat bahwa
absorbansi yang dihasilkan kurang tepat karena seiring peningkatan waktu
seharusnya absorbansinya meningkat tetapi dari data terlihat bahwa absorbansinya
naik dan kemudian di menit selanjutnya turun kembali. Hal ini dapat disebabkan
karena pada saat uji disolusi dilakukan terdapat pengotor atau kontaminan pada
aquadest yang digunakan sebagai medium disolusi dan saat pemasukkan aquadest
setiap 10 menit sekali sebagai pengganti larutan yang diambil. Hal ini
menyebabkan kontaminan tersebut terserap juga absorbansinya pada alat sehingga
hasil absorbansi menjadi kurang akurat. Tetapi hasil absorbansi yang dihasilkan
pada uji ini baik karena memenuhi hukum lambert-beer yaitu 0,2-0,8.
Setelah di hitung ternyata memiliki hasil %
terdisolusi antaran lain :
1. Serbuk paracetamol
Ø Menit ke 5 = 197,1%
Ø Menit ke 10 = 244, 434 %
Ø Menit ke 15 = 265,414%
Ø Menit ke 20 = 297,0004%
Ø Menit ke 30 = 312,994%
2. Tablet Paracetamol
Ø Menit ke 5 = 223,92%
Ø Menit ke 10 = 98,90%
Ø Menit ke 15= 258,01%
Ø Menit ke 20= 279,12%
Ø Menit ke 30= 263,25%
Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa
nilai % disolusi melebihi dari 100% dan ada yang naik kemudian turun kembali di
selang 10 menit setelahnya, dengan itu sudah dipastikan percobaan mengalami
kesalahan. Seharusnya % disolusi meningkat seiring bertambahnya waktu dan
mencapai 75% di menit 30 sesuai persyaratan uji disolusi. Hal ini dapat terjadi
disebabkan karena faktor pengikat dan disintegran. Dimana bahan pengikat dan
disintegran mempengaruhi kuat tidaknya ikatan partikel-partikel dalam tablet
tersebut sehingga mempengaruhi pula kemudahan cairan untuk masuk berpenetrasi ke
dalam lapisan difusi tablet menembus ikatan-ikatan dalam tablet tersebut. Dalam
hal ini pemilihan bahan pengikat dan disintegran dan bobot dari penggunaan bahan
pengikat dan disintegran sangat berpengaruh terhadap laju disolusi. Selain itu
penyebab lain yang mungkin adalah formulasi dari sediaan tablet yang kurang
baik. Faktor formulasi yang mempengaruhi laju disolusi diantaranya kecepatan
disintegrasi, interaksi obat dengan eksipien (bahan tambahan) dan kekerasan.
Faktor lain yang menyebabkan hasil percobaan tidak akurat adalah kecepatan
pengadukan saat uji. Pengadukan mempengaruhi penyebaran partikel-partikel dan
tebal lapisan difusi sehingga memperluas permukaan partikel yang kontak dengan
pelarut. Semakin lama kecepatan pengadukan maka laju disolusi akan semakin
tinggi. Pada percobaan ini kecepatan pengadukannya rendah sehingga % disolusi
yang dihasilkan pun rendah.
Selain itu Faktor-faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi
hasil yang diperoleh antara lain :
1. Suhu larutan disolusi yang tidak konstan.
2. Ketidaktepatan jumlah dari medium disolusi, setelah dipipet
beberapa ml.
3. Terjadi kesalahan pengukuran pada waktu pengambilan sampel
menggunakan pipet volume.
4. Terdapat kontaminasi pada larutan sampel.
5. Suhu yang dipakai tidak tepat.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa. Pada praktikum mengalami kesalahan karena persen (%)
zat yang terlarut melebihi dari 100% dari jumlah parasetamol dengan berat 500
mg, dengan itu kita kembali pada referensi bahwa semakin tinggi suhu/temperature
maka kecepatan disolusi akan semakin cepat, dan semakin lama waktu yang
digunakan maka zat yang terlarut akan semakin banyak.
Kesalahan terjadi bisa akibat sampel telah
terkontaminasi oleh zat lain, terjadi kesalahan pengukuran pada waktu
pengambilan sampel menggunakan pipet volume, ketidaktepatan jumlah dari medium
disolusi, setelah dipipet beberapa ml, kesalahan dalam pengenceran.
Daftar Pustaka
Amir, Syarif.dr, dkk. (2007). Farmakologi dan Terapi. Edisi
kelima. Gaya Baru. Jakarta.
Ansel, C Howard. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi.
Edisi keempat. Penerjemah Farida Ibrahim. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Martin, A., dkk., (1990), Farmasi Fisika Buku I, Jakarta
: Universitas Indonesia Press.
Sekian Hasil dari laporan saya semoga dapat bermanfaat dan mohon maaf bila ada kesalahan bisa ditulis dikolom komen di bawah.
Baca Juga :
- Berhubungan Intim Saat Hamil
- Hormon Tiroid Lengkap
- Kandungan Asap Rokok Dan Bahayanya
- Laporan Botani Tanaman Obat Di Manoko dengan Gambar Docx
- Laporan Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap) - New !!
- Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap) - New !!
By : Dede Taufiq
0 Response to "Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Disolusi "
Post a Comment