Sediaan Umum Farmakope Indonesia V (FI V) Lengkap
Farmasi, kali ini saya akan membagikan artikel tentang sediaan umum pada farmakope indonesia v, yang di tulis langsung dari bukunnya, dengan itu saya beri judul Sediaan Umum Farmakope Indonesia V (FI V) Lengkap berikut penjelasannya.
Dimana farmakope indonesia merupakan buku pedoman bagi seorang farmasi, yang berisi pengertian bahan-bahan mineral dari pengertian, pemerian, kelarutan, ph, jenis wadah, sifat, serta dosis semuannya di jelaskan satu persatu di dalam farmakope indonesia.
AER
O
SOL Aerosols
Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan,
mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang
sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topikal pada
kulit dan juga pemakaian lokal pada hidung (aerosol nasal), mulut
(aerosol lingual) atau paru-paru (aerosol inhalasi).
Istilah “aerosol” digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari
suatu sistem bertekanan tinggi. Tetapi istilah aerosol telah
disalah-artikan pada semua jenis sediaan bertekanan, sebagian
diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah padat. Dalam hal Aerosol inhalasi, ukuran partikel obat harus dikontrol dan
ukuran rata-rata partikel harus lebih kecil dari 5 μm. Sediaan ini juga
dikenal sebagai inhaler dosis terukur (lihat Inhalasi). Jenis
aerosol lain dapat mengandung partikel- partikel berdiameter beberapa
ratus mikrometer.
Komponen-komponen dasar sistem aerosol adalah wadah, propelan,
konsentrat mengandung zat aktif, katup dan penyemprot. Sifat
komponen-komponen ini menentukan karakteristik distribusi ukuran
partikel, keseragaman pelepasan dari katup untuk katup terukur,
kecepatan pelepasan, kebasahan dan suhu semprotan, bobot jenis busa
atau kekentalan cairan.
J
enis aerosol
Aerosol terdiri dari sistem dua fase (gas dan cair) atau sistem tiga
fase (gas, cair dan padat atau cair). Sistem dua fase terdiri dari
larutan zat aktif dalam propelan cair dan propelan bentuk uap. Pelarut
yang digunakan terdiri dari propelan atau campuran propelan dan
kosolven seperti etanol, propilenglikol dan polietilen glikol yang
sering digunakan untuk menambah kelarutan zat aktif.
Sistem tiga fase terdiri terdiri dari suspensi atau emulsi zat aktif
dan propelan bentuk uap. Suspensi terdiri dari zat aktif yang dapat
didispersikan dalam sistem propelan dengan zat tambahan yang sesuai
seperti zat pembasah dan atau bahan pembawa padat seperti talk
dan silika koloidal.
Aerosol busa adalah emulsi yang mengandung satu atau lebih zat aktif,
surfaktan, cairan mengandung air atau tidak mengandung air dan
propelan. Jika propelan berada dalam fase internal (misalnya tipe
minyak dalam air), akan menghasilkan busa stabil, dan jika propelan
berada dalam fase eksternal (misalnya air dalam minyak), akan
menghasilkan semprotan atau busa yang kurang stabil.
P
ropelan
Dalam sistem aeraosol propelan memberi tekanan yang dibutuhkan untuk
mengeluarkan bahan dari wadah, dan dalam kombinasi dengan komponen
lain, mengubah bahan ke bentuk fisik yang diinginkan. Secara umum
propelan diklasifikasikan sebagai gas yang dicairkan atau gas
dimampatkan; umumnya mempunyai tekanan atau gas dimampatkan; umumnya
mempunyai
tekanan uap lebih besar dari tekanan atmosfer. Menurut definisi ini
propelan meliputi berbagai hidrokarbon, khususnya turunan
fluoroklorometana dan etana, hidrokarbon dengan bobot molekut rendah
seperti butana dan pertana dan gas mampat seperti karbon dioksida,
nitrogen dan nitrosa. Campuran propelan sering digunakan untuk
memperoleh karakteristik tekanan, pelepasan dan semprotan yang
diinginkan. Sistem propelan yang baik harus mempunyai tekanan uap yang
tepat sesuai dengan komponen aerosol lainnya.
Kat
up
Fungsi utama katup adalah mengatur aliran zat terapetik dan propelan
dari wadah. Karakteristik semprotan aerosol dipengaruhi oleh ukuran,
jumlah dan lokasi lubang. Sebagian besar katup aerosol dirancang untuk
penyemprotan yang terus menerus dan digunakan pada sediaan topikal.
Namun, sediaan farmasi untuk inhalasi oral atau inhalasi nasal kering
menggunakan katup dosis terukur yang harus memberikan jumlah semprotan
seragam jika katup ditekan. Ketepatan dan keterulangan dosis yang
dilepaskan dari katup terukur umumnya baik, sebanding dengan
keseragaman bentuk sediaan padat seperti tablet dan kapsul. Tetapi jika
kemasan aerosol tidak disimpan secara baik, atau bila sediaan sudah
lama tidak digunakan, fungsi katup harus dipastikan sebelum digunakan.
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan katup harus inert terhadap
formula yang digunakan. Komponen katup umumnya plastik, karet,
aluminium dan baja tahan karat. Katup dosis terukur harus melepaskan
dosis yang tepat dalam batas tertentu.
P
enyemprot
Penyemprot adalah alat yang dilekatkan pada batang katup aerosol yang
jika ditekan atau digerakkan, membuka katup dan mengatur semprotan yang
mengandung obat ke daerah yang diinginkan. Penyemprot umumnya
menunjukkan arah penyemprotan dan melindungi tangan atau jari dari efek
beku propelan. Penyemprot menyatu dengan lubang penyemprotan yang
ukuran dan bentuknya dapat sangat beragam. Ukuran lubang penyemprotan,
desain wadah, sifat propelan dan formulasi mempengaruhi karakteristik
fisik semprotan, busa atau aliran partikel padat yang dikeluarkan.
Untuk aerosol inhalasi atau aerosol oral, digunakan penyemprotan yang
mampu mengeluarkan obat dalam rentang ukuran partikel yang tepat.
Wadah
Wadah aerosol biasanya dibuat dari kaca, plastik atau logam, atau
kombinasi bahan-bahan ini. Wadah kaca harus dirancang teliti untuk
memberikan keamanan tekanan maksimum dan tahan tekanan. Plastik dapat
digunakan untuk melapisi wadah kaca guna meningkatkan karakteristik
keamanan atau untuk melapisi wadah logam guna memperbaiki daya tahan
terhadap korosi dan memperbesar stabilitas formula. Logam yang sesuai
meliputi baja tahan karat, aluminium dan baja yang dilapis timah .
P
embuatan
Aerosol biasanya dibuat dengan salah satu dari dua proses berikut ini.
Pada proses pengisian dengan pendinginan, konsentrat (umumnya
didinginkan sampai suhu
dibawah 0) dan propelan dingin diukur dengan wadah terbuka (biasanya
didinginkan). Katup penyemprot kemudian dipasang pada wadah hingga
membentuk tutup kedap tekanan. Selama interval antara penambahan
propelan dan pemasangan katup terjadi penguapan propelan yang cukup
untuk mengeluarkan udara dari wadah.
Pada metode pengisian dengan tekanan, konsentrat
ditempatkan dalam wadah, dan propelan ditekan melalui lubang katup
sesudah katup ditutup; atau propelan dibiarkan mengalir di bawah tutup
katup, kemudian katup ditutup (pengisian di bawah tutup), Pada kedua
metode pengisian dengan tekanan, harus diusahakan
agar terjadi pengosongan udara dengan alat hampa udara atau dengan
pemindahan menggunakan sejumlah kecil propelan.
Pengendalian proses pembuatan biasanya meliputi pemantauan formulasi
yang sesuai dan bobot pengisian propelan serta uji tekanan dan uji
kebocoran pada produk akhir aerosol.
P
enandaan
Pada penandaan sediaan aerosol obat dicantumkan sekurang-kurangnya
peringatan- peringatan berikut sesuai peraturan yang berlaku.
P
eringatan
Hindari penghirupan. Jauhkan dari mata atau selaput lendir lain.
Pernyataan ”Hindari penghirupan” tidak diperlukan pada sediaan yang
digunakan untuk inhalasi.
Pernyataan “atau selaput lendir lain” tidak diperlukan untuk sediaan
yang digunakan untuk selaput lendir.
P
eringatan
Isi bertekanan. Wadah jangan ditusuk atau dibakar. Hindari dari panas
atau simpan pada suhu
di bawah 49. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Selain peringatan tersebut di atas, penandaan obat
yang dikemas dalam wadah aerosol yang mengandung propelan, yang
seluruhnya atau sebagian terdiri dari halokarbon atau hidrokarbon,
dicantumkan peringatan berikut sesuai peraturan yang berlaku.
P
eringatan
Tidak boleh langsung dihirup, penghirupan secara sengaja dapat
menyebabkan kematian.
P
eringatan
Gunakan hanya sesuai petunjuk; penggunaan salah dengan sengaja
menghirup isi dapat berbahaya atau berakibat fatal.
E
MULSI Emulsions
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang
merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase
pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika
air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau
bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi
air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan
pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetes kecil
menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang
memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara
menempati antar permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan
membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi.
Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antara fase,
sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat digunakan
bersama surfaktan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi
pada antar permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air,
sehingga mengurangi kecepatan pembentukan agregat tetesan. Agregasi
biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi
fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara normal
kerapatan minyak lebih rendah dari pada kerapatan air, sehingga jika
tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin
besar kecepatan agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar
pula kecepatan pembentukan krim. Tetesan air dalam emulsi air dalam
minyak biasanya membentuk sedimen disebabkan oleh kerapatan yang lebih
besar.
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang
hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada
suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada
suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase
internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume fase
internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan
sifat setengah padat, misalnya krim asam stearat atau krim pembersih
adalah setengah padat dengan fase internal hanya 15%. Sifat setengah
padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal
setengah padat.
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah
pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting dalam emulsi
minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi.
Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih
diperlukan yang bersifat fungistatik dan bakteriostatik. Bakteri
ternyata dapat menguraikan bahan pengemulsi nonionik dan anionik,
gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan dan gom
guar.
Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi, sebagai akibat
memisahnya bahan antimikroba dari fase air yang sangat memerlukannya,
atau terjadinya
kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan mengurangi efektivitas.
Karena itu, efektivitas sistem pengawetan harus selalu diuji pada
sediaan akhir. Pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi adalah
metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben, asam benzoat, dan senyawa
amonium kuaterner.
E
K
STRAK DAN EKSTRAK CAIR Extracts and Fluidextracts
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan.
Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara
destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit
mungkin terkena panas.
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan
pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap
ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi
syarat.
Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan
disaring atau bagian yang bening dienaptuangkan. Beningan yang
diperoleh memenuhi persyaratan Farmakope.
Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai.
G
E
L Gels
Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri
dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa
gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan
sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida).
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi
relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma
(misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa
tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada
pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk
menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket (lihat Suspensi).
Gel fase tungal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal
dapat dibuat dari makromolekul sintetik
(misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya Tragakan). Sediaan tragakan disebut juga musilago. Walaupun
gel-gel ini umumnya mengandung air, etanol dan minyak dapat digunakan
sebagai fase pembawa. Sebagai contoh, minyak mineral dapat dikombinasi
dengan resin polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak.
Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau
dimasukkan ke dalam lubang tubuh.
IMUNOSERUM Immunosera
Imunoserum adalah sediaan mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh
dari serum hewan dengan pemurnian. Imunoserum mempunyai kekuatan khas
mengikat venin atau toksin yang dibentuk oleh bakteri, atau mengikat
antigen bakteri, antigen virus atau antigen lain yang digunakan untuk
pembuatan sediaan.
Imunoserum diperoleh dari hewan sehat yang diimunisasi dengan
penyuntikan toksin atau toksoid, venin, suspensi mikroorganisme atau
antigen lain yang sesuai. Selama imunisasi hewan tidak boleh diberi
penisilin. Imunoglobulin khas diperoleh dari serum yang mengandung
kekebalan dengan pengendapan fraksi dan perlakuan dengan enzim atau
dengan cara kimia atau fisika lain.
Dapat ditambahkan pengawet antimikroba yang sesuai dan ditambahkan
serba sama bila sediaan dikemas dalam dosis ganda. Sediaan akhir steril
dibagi secara aseptik dalam wadah steril dan ditutup kedap untuk
menghindari kontaminasi. Alternatif lain, setelah sediaan dibagikan
dalam wadah steril dapat dibekukeringkan untuk mengurangi kadar air
hingga tidak lebih dari 1,0% b/b. Kemudian wadah ditutup kedap dalam
hampa udara atau diisi gas nitrogen bebas oksigen atau gas inert lain
yang sesuai sebelum ditutup kedap; pada setiap kasus wadah ditutup
kedap sedemikian rupa untuk meniadakan kontaminasi. Imunoserum
direkonstitusi segera sebelum digunakan.
Imunoserum yang diperoleh dengan perlakuan enzim dan pengendapan fraksi
paling stabil pada pH
6. Metode pembuatan imunoserum sedemikian rupa sehingga kehilangan
aktivitas tidak lebih dari 5% per
tahun bila disimpan pada pH 6 pada suhu 20 dan tidak lebih dari 20%
per tahun bila disimpan pada suhu 37.
Imunoserum berupa cairan hampir tidak berwarna
atau berwarna kuning pucat, tidak keruh, dan hampir tidak berbau
kecuali bau pengawet antimikroba yang ditambahkan. Sediaan kering
berupa padatan atau serbuk warna putih atau kuning pucat, mudah larut
dalam air membentuk larutan tidak berwarna atau warna kuning pucat, dan
mempunyai sifat sesuai dengan sediaan cair.
Imunoserum, bila perlu direkonstitusi seperti tertera pada label harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
pH
<1071> Antara 6,0 sampai 7,0.
P
rotein total
Tidak lebih dari 17%; lakukan penetapan seperti yang tertera padaPenetapan Kadar Nitrogen dalam Produk Darah <591> Metode I. Hasil yang diperoleh kalikan 6,25.
Albumin
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi, jika ditetapkan secara
elektroforesis, imunoserum menunjukkan tidak lebih dari sesepora
protein yang mempunyai mobilitas albumin.
P
rotein asing
Jika ditetapkan dengan uji pengendapan menggunakan imunoserum khas,
hanya mengandung protein galur hewan yang digunakan.
F
enol
imunoserum yang mengandung fenol sebagai pengawet tidak lebih dari
0,25%, lakukan penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan Imunoserum <731>.
T
o
k
s
i
s
itas abnormal
Memenuhi syarat. Lakukan uji seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologi invovo <251>.
Sterilitas
Memenuhi syarat seperti yang tertera pada Uji Sterilitas
<71>.
Po
t
ensi
Lakukan penetapan potensi dengan membandingkan terhadap baku
menggunakan metode seperti yang tertera pada masing-masing monografi.
Hasil dinyatakan dalam unit per ml.
Wadah dan penyimpanan
Dalam wadah terhitung dari cahaya. Kecuali dinyatakan lain, sediaan
cair harus disimpan pada suhu 2 sampai 8, hindari pembekuan.
P
enandaan
Pada penandaan tertera: 1) Jumlah minimum unit per ml. 2) Dosis. 3)
Tanggal kadaluarsa.
4) Kondisi penyimpanan. 5) Volume rekonstitusi untuk serbuk kering. 6)
Bahan tambahan. 7) Nama spesies sumber imunoserum.
IMPLAN Implants
Implan atau pelet adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran
kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa
eksipien), dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan. Implan atau
pelet dimasuksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (biasanya secara
subkutan) dengan tujuan untuk
memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu
lama. Implan ditambahkan dengan bantuan injektor khusus yang sesuai
atau dengan sayatan bedah. Bentuk sediaan ini digunakan untuk pemberian
hormon seperti testosteron atau estradiol. Sediaan ini dikemas
masing-masing dalam vial atau lembaran kertas timah steril.
INHALASI Inhalations
Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas
satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung
atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
Larutan bahan obat dalam air steril atau dalam larutan natrium klorida
untuk inhalasi dapat disemprotkan menggunakan gas inert. Penyemprot
hanya sesuai untuk pemberian larutan inhalasi jika memberikan tetesan
dengan ukuran cukup halus dan seragam sehingga kabut dapat mencapai
bronkioli. Semprotan larutan dapat diisap langsung dari alat penyemprot
dapat disambungkan pada masker plastik, selubung atau alat pernapasan
dengan tekanan positif yang terputus-putus.
Kelompok sediaan lain yang dikenal sebagai inhaler dosis terukur adalah
suspensi atau larutan obat dalam gas propelan cair dengan atau tanpa
kosolven dan dimaksudkan untuk memberikan dosis obat terukur ke dalam
saluran pernapasan. Inhaler dosis terukur mengandung dosis ganda,
biasanya lebih dari beberapa ratus. Volume dosis tunggal yang umum
diberikan mengandung 25 l hingga 100 l (dapat juga dinyatakan dalam
mg) tiap kali semprot.
Serbuk dapat juga diberikan secara inhalasi, menggunakan alat mekanik
secara manual untuk menghasilkan tekanan atau inhalasi yang dalam bagi
penderita yang bersangkutan.
Jenis inhalasi khusus yang disebut inhalan terdiri dari satu atau
kombinasi beberapa obat, yang karena bertekanan uap tinggi, dapat
terbawa oleh aliran udara ke dalam saluran hidung dan memberikan efek.
Wadah obat yang diberikan secara inhalasi disebut inhaler.
IRIGASI Irrigations
Irigasi adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau
membersihkan luka terbuka atau rongga-rongga tubuh. Pemakaiannya secara
topikal, tidak boleh digunakan secara parenteral. Pada etiket diberi
tanda bahwa sediaan ini tidak dapat digunakan untuk injeksi.
K
A
PSUL Capsules
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin;
tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran
cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai
nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya
ukuran nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada
pasien. Ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang
(dikenal sebagai ukuran OE), yang memberikan kapasitas isi lebih besar
tanpa peningkatan diameter. Kapsul gelatin keras terdiri atas dua
bagian, bagian tutup dan induk. Umumnya, ada lekuk khas pada bagian
tutup dan induk, untuk memberikan penutupan yang baik bila bagian induk
dan tutup cangkangnya diletakkan sepenuhnya, yang mencegah terbukanya
cangkang kapsul yang telah diisi, selama transportasi dan penanganan.
Penutupan sempurna juga dapat dicapai dengan penggabungan bagian tutup
dan induk dengan cara pemanasan langsung atau penggunaan energi
ultrasonik. Kapsul gelatin keras yang diisi dipabrik dapat ditutup
secara sempurna dengan cara dilekatkan, suatu proses dimana lapisan
gelatin dioleskan satu kali atau lebih di seluruh bagian pelekatan
bagian tutup dan induk; atau dengan proses pelekatan menggunakan
cairan, yaitu kapsul yang telah diisi dibasahi dengan air-alkohol yang
akan merembes ke dalam rongga bagian kapsul tutup dan induk yang saling
tumpang tindih, kemudian dikeringkan. Kapsul cangkang keras terbuat
dari pati terdiri atas bagian tutup dan induk. Karena kedua bagian
tersebut tidak melekat dengan dengan baik, maka bagian-bagian tersebut
dilekatkan menjadi satu pada saat pengisian, untuk menghindari
pemisahan. Kapsul pati dilekatkan dengan mengoleskan campuran
air-alkohol pada rongga cangkang tutup, segera sebelum dilekatkan ke
cangkang induk.
Pelekatan kapsul gelatin cangkang keras atau pelekatan dengan cairan
pada kapsul pati cangkang keras meningkatkan keamanan karena kapsul
sukar dibuka tanpa kerusakan nyata dan meningkatkan stabilitas isi
kapsul dengan membatasi masuknya oksigen. Kapsul bercangkang keras yang
diisi di pabrik sering mempunyai warna dan bentuk berbeda atau diberi
tanda untuk mengetahui identitas pabrik. Pada kapsul seperti ini dapat
dicantumkan jumlah zat aktif, kode produk dan lain-lain yang dicetak
secara aksial atau radial. Tinta cetak kualitas farmasi memenuhi
ketentuan yang berlaku mengenai pigmen dan zat warna yang diizinkan.
Dalam praktek pelayanan resep di apotik, kapsul cangkang keras dapat
diisi dengan tangan; cara ini memilih obat tunggal atau campuran dengan
dosis tepat yang paling baik bagi setiap pasien. Fleksibilitas ini
merupakan kelebihan kapsul cangkang keras
dibandingkan bentuk sediaan tablet dan kapsul cangkang lunak. Kapsul
cangkang keras biasanya terbuat dari gelatin berkekuatan gel relatif
tinggi. Berbagai jenis gelatin dapat digunakan, tetapi gelatin dari
campuran kulit atau tulang sering digunakan untuk mengoptimalkan
kejernihan dan kekerasan cangkang. Kapsul cangkan keras dapat juga
dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Kapsul cangkang keras
dapat juga mengandung zat warna yang diizinkan atau zat warna dari
berbagai oksida besi, bahan opak seperti titanium dioksida, bahan
pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan pengawet. Biasanya
bahan bahan ini mengandung air antara 10% dan 15%.
Kapsul gelatin keras dibuat melalui suatu proses dengan cara mencelup
pin ke dalam larutan gelatin, kemudian lapisan gelatin dikeringkan,
dirapikan dan dilepaskan dari pin tersebut, kemudian bagian induk dan
tutup dilekatkan. Kapsul pati dibuat dengan mencetak campuran pati dan
air, kemudian kapsul dikeringkan. Gunakan cetakan terpisah untuk bagian tutup dan induk kapsul dan kedua bagian ini dibuat secara terpisah.
Kapsul kosong disimpan dalam wadah tertutup rapat sampai kapsul diisi.
Karena gelatin berasal dari hewan dan pati berasal dari tanaman, maka
kapsul ini sebaiknya terlindung dari sumber pencemaran yang potensial
atau kontaminasi mikroba.
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran atau
granul. Butiran gula inert dapat dilapisi dengan komposisi bahan aktif
dan penyalut yang memberikan profil lepas lambat atau bersifat enterik.
Sebagai alternatif, bahan aktif bentuk pelet dan kemudian disalut.
Bahan semipadat atau cairan dapat juga cairan dimasukkan dalam kapsul,
salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah terjadinya
kebocoran.
Dalam pengisian kapsul gelatin keras, bagian tutup dan induk cangkang
dipisahkan dahulu sebelum diisi. Dalam pengisian kapsul pati cangkang
keras, bagian tutup dan induk cangkang ditempatkan secara terpisah dan
dipasang pada tempat yang berbeda dari suatu mesin pengisi. Mesin yang
menggunakan berbagai prinsip dosis dapat digunakan untuk mengisikan serbuk ke dalam kapsul cangkang keras, tetapi kebanyakan mesin
otomatis, membentuk sumbat serbuk dengan cara pengempaan yang kemudian
dilepaskan ke dalam bagian induk kapsul kosong. Umumnya bagian
pelengkap mesin ini tersedia untuk berbagai jenis pengisian lain.
Formulasi serbuk sering membutuhkan penambahan zat pengisi, lubrikan
dan glidan pada bahan aktif untuk mempermudah proses pengisian kapsul.
Formulasi dan metode pengisian, terutama derajat kepadatan, dapat
mempengaruhi laju pelepasan obat. Penambahan bahan pembasah pada massa
serbuk, biasa dilakukan jika bahan aktif bersifat hidrofobik.
Disintegran dapat ditambahkan ke dalam formulasi serbuk untuk
memudahkan deagregasi dan dispersi gumpalan kapsul dalam saluran cerna.
Formulasi serbuk sering dapat dibuatmelalui pencampuran kering, sedangkan formulasi ruah membutuhkan
densifikasi dengan teknik rol atau teknik granulasi lain yang sesuai.
Campuran serbuk yang cenderung meleleh dapat dimasukkan ke dalam kapsul
cangkang keras, jika digunakan absorben, seperti magnesium karbonat,
silikon dioksida koloidal, atau zat lain yang sesuai. Obat-obat yang
berkhasiat keras sering dicampur dengan zat pengencer inert sebelum
diisikan ke dalam kapsul. Jika dua macam obat yang tak tercampurkan
diresepkan bersama, kadang-kadang dimungkinkan untuk menempatkan salah
satunya di dalam kapsul kecil dan menggabungnya dengan kapsul lebih
besar yang berisi obat kedua. Obat-obat yang tak tercampurkan dapat
juga dipisahkan dengan menempatkan pelet atau tablet bersalut, atau
kapsul cangkang lunak yang berisi obat pertama ke dalam cangkang kapsul
sebelum penambahan obat kedua.
Bahan semipadat tiksotropik dapat dibentuk dengan cara mengubah obat
cair atau zat pembawa menjadi bentuk gel dengan menggunakan silika
koloidal atau serbuk polietilen glikol berbobot molekul tinggi.
Berbagai senyawa malam atau lemak dapat digunakan untuk menyiapkan
matriks semipadat dengan peleburan.
Kapsul cangkung lunak yang dibuat dari gelatin (kadang-kadang disebut
gel lunak) atau bahan lain yang sesuai membutuhkan metode produksi
skala besar. Cangkang gelatin lunak sedikit lebih tebal dibanding
kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan senyawa
poliol, seperti sorbitol atau gliserin. Perbandingan bahan plastisasi
kering terhadap gelatin kering menetukan kekerasan cangkang dan dapat
diubah untuk penyesuaian dengan kondisi lingkungan dan juga sifat isi
kapsul. Seperti cangkang keras, komposisi cangkang dapat mengandung
pigmen atau pewarna yang diizinkan, bahan opak seperti titanium
dioksida, dan pengawet. Bahan pengharum dapat ditambahkan, selain itu
sukrosa hingga 5% dapat dimasukkan sebagai pemanis dan untuk
menghasilkan cangkang yang dapat dikunyah. Cangkang gelatin lunak
umumnya mengandung 6% hingga 13% air. Kapsul cangkang lunak juga dapat
diberi kode produk, jumlah zat aktif dan lain-lain dengan cara dicetak.
Umumnya kapsul cangkang lunak diisi dengan cairan. Khususnya bahan
aktif dilarutkan atau disuspensikan dalam bahan pembawa cair. Dahulu
digunakan bahan pembawa minyak seperti minyak nabati; sekarang ini
lebih umum digunakan bahan pembawa cair bukan air yang dapat bercampur
dengan air, seperti polietilen glikol berbobot molekul lebih rendah,
karena mempunyai lebih sedikit masalah ketersediaan hayati.
Kapsul cangkang lunak tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, dan
dibentuk, diisi serta dilekatkan dengan menggunakan mesin yang sama;
khususnya dengan proses berputar, mekipun dapat juga digunakan suatu
proses lempeng atau proses turun naik. Kapsul cangkang lunak dapat juga
diproduksi melalui proses
gelembung yang membentuk kapsul sferik tanpa lekukan. Dengan peralatan
yang sesuai, serbuk dan zat padat kering lain dapat diisikan ke dalam
kapsul cangkang lunak.
Kapsul berisi cairan dari setiap jenis kapsul, melibatkan teknologi
formulasi yang sama dan memberikan keuntungan serta keterbatasan yang
sama. Sebagai contoh, kedua jenis kapsul dapat memberikan keuntungan
dibandingkan kapsul berisi zat kering dan tablet dalam hal keseragaman
kandungan dan disolusi obat. Homogenitas yang lebih besar mungkin
terjadi dalam sistem cair, dan cairan dapat diukur labih tepat.
Disolusi obat mungkin lebih baik karena obat sudah dalam larutan atau
paling tidak tersuspensi dalam bahan pembawa hidrofilik. Namun, kontak
antara cangkang lunak atau keras dengan isi zat cair lebih besar
dibandingkan dengan kapsul berisi serbuk kering, dan dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya interaksi yang tidak diinginkan. Sifat cairan
isi kapsul menyebabkan masalah teknologi yang berbeda dibandingkan
kapsul isi zat kering dalam hal uji waktu hancur dan disolusi. Ditinjau
dari segi formulasi, teknologi dan biofarmasi, kapsul berisi cairan
dari jenis kapsul apa saja lebih seragam dibanding kapsul berisi serbuk
kering dari jenis cangkang yang sama. Oleh karena itu untuk penetapan
standar resmi dan metode lebih itu didasarkan pada pertimbangan sifat
isi kapsul dibanding jenis cangkangnya.
Ka
psul lepas tunda
Kapsul dapat disalut atau pada umumnya
enkapsulasi granul disalut untuk menghambat pelepasan obat dalam cairan
lambung dimana penundaan menjadi penting untuk mengurangi masalah yang
potensial yang menyebabkan obat diinaktivasi atau iritasi mukosa
lambung. Istilah ”lepas tunda” digunakan pada masing-masing monografi
kapsul salut enterik yang ditujukan untuk menunda pelepasan obat,
temasuk uji dan spesifikasi untuk Pelepasan Obat <961>
seperti yang tertera pada masing-masing monografi.
Ka
psul lepas lambat
Kapsul lepas lambat diformulasi dengan cara
tersebut untuk membuat obat tersedia selama periode waktu perpanjangan
setelah dikonsumsi. Istilah seperti
”prolonged-action,” ”repeat-action,” dan ” sustained- release” juga digunakan untuk menggambarkan sediaan
tersebut. Namun, istilah ”lepas tunda” digunakan dalam persyaratan
Farmakope untuk Pelepasan Obat <961> seperti yang
tertera pada
masing-masing monografi.
K
R
IM Creams
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah
padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai
emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batas
tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak
dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol
berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan
untuk pemberian obat melalui vaginal.
LARUTA
N Solutions
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena
molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka
penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan
keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan
diencerkan atau dicampur.
Sediaan padat secara kimia umumnya lebih stabil dibanding senyawa dalam
larutan, dan dapat dikemas lebih ringkas dan ringan. Untuk semua
larutan, terutama yang mengandung pelarut mudah menguap, harus
digunakan wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas berlebih. Jika
senyawa tidak stabil dan mudah mengalami degradasi secara fotokimia,
penggunaan wadah tahan cahaya perlu dipertimbangkan. Bentuk sediaan
larutan digolongkan menurut cara pemberiannya, misalnya Larutan oral, Larutan topikal, atau penggolongan
didasarkan pada sistem pelarut dan zat terlarut seperti Spirit, Tingtur dan Larutan air. Larutan yang
diberikan secara parenteral disebut Injeksi.
L
a
rutan oral
larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air.
Larutan oral dapat diformulasikan untuk diberikan langsung secara oral
kepada pasien atau dalam bentuk lebih pekat yang harus diencerkan lebih
dulu sebelum diberikan. Penting untuk diketahui bahwa pengenceran
larutan oral dengan air yang mengandung kosolven seperti etanol, dapat
menyebabkan pengendapan bahan terlarut. Jika terdapat kosolven,
pengenceran larutan pekat perlu berhati-hati. Sediaan zat padat atau
campuran zat padat yang harus dilarutkan dalam pelarut sebelum
diberikan
secara oral disebut “... untuk Larutan Oral”, misalnya
: Kalium Klorida untuk Larutan Oral.
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi,
dinyatakan sebagai Sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam
air dikenal sebagai Sirup atau Sirup Simpleks.
Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair lain
yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral.
Disamping sukrosa dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti
sorbitol atau gliserin dapat digunakan dalam Larutan oral
untuk menghambat penghabluran dan untuk mengubah kelarutan, rasa, dan
sifat lain zat pembawa. Umumnya juga ditambahkan antimikroba untuk
mencegah pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi. Beberapa Larutan oral tidak mengandung gula, melainkan bahan pemanis
buatan, seperti sorbitol atau aspartam, dan bahan pengental seperti gom
selulosa. Larutan kental dengan pemanis buatan seperti ini, tidak
mengandung gula; dibuat sebagai zat pembawa untuk pemberian obat kepada
pasien diabetes.
Banyak larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven dinyatakan
sebagai Eliksir. Banyak lainnya dinyatakan sebagai larutan
oral, juga mengandung etanol dalam jumlah yang berarti. Karena kadar
etanol tinggi dapat menimbulkan efek farmakologi jika diberikan secara
oral, dapat digunakan kosolven lain seperti gliserin dan propilen glikol, untuk mengurangi jumlah etanol yang diperlukan. Untuk dapat
menyatakan sebagai Eliksir, larutan harus mengandung etanol.
L
a
rutan Topikal
Larutan Topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi
seringkali mengandung pelarut lain, seperti etanol dan poliol, untuk
penggunaan topikal pada kulit, atau dalam hal Larutan Lidokain Oral
Topikal, untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut. Istilah Lotio
digunakan untuk larutan atau suspensi yang digunakan secara topikal.
L
a
rutan Otik
Larutan Otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau
pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan dalam telinga luar
misalnya Larutan Otik Benzokain dan Antipirin, Larutan Otik Neomisin
dan Polimiksin B Sulfat dan Larutan Otik Hidrokortison.
L
a
rutan Optalmik
Seperti tertera pada
Ophthalmicae Praeparationes.
Spirit
Spirit adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat
mudah menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran bahan.
Beberapa spirit digunakan sebagai bahan pengaroma, yang lain memiliki
makna pengobatan. Penurunan kadar etanol dalam spirit dengan
mencampurkan sediaan yang mengandung air sering menyebabkan kekeruhan.
Spirit harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
untuk mencegah penguapan dan memperkecil perubahan akibat oksidasi.
T
ingtur
Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari
bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak selalu seragam tetapi
bervariasi, sesuai dengan masing- masing standar yang telah ditetapkan.
Secara tradisional tingtur tumbuhan berkhasiat obat menunjukkan
aktivitas dari 10 g obat dalam tiap 100 ml tingtur, potensi ditetapkan setelah dilakukan penetapam kadar. Sebagian besar tingtur tumbuhan lain mengandung 20 g
bahan tumbuhan dalam 100 ml tingtur.
C
a
r
a perkolasi
Campur dengan hati-hati serbuk bahan obat atau campuran bahan obat
dengan pelarut atau campuan pelarut tertentu secukupnya, hingga rata
dan cukup basah, biarkan selama 15 menit, pindahkan ke dalam perkolator
yang sesuai, dan mampatkan. Tuangkan secukupnya pelarut atau campuran
pelarut tertentu sampai terendam seluruhnya, tutup bagian atas
perkolator dan jika cairan sudah hampir menetes dari perkolator, tutup
lubang bawah. Perkolasi selama 24 jam atau sesuai dengan waktu yang
tertera pada monografi. Jika penetapan kadar tidak dinyatakan lain,
lakukan perkolasi secara perlahan, atau pada kecepatan yang telah
ditentukan dan secara bertahap tambahkan pelarut atau campurkan pelarut
secukupnya hingga diperoleh 1000 ml tingtur, (untuk menetapkan
kecepatan aliran, lakukan seperti yang tertera pada Ekstrak
dan Ekstrak cair). Jika penetapan kadarnya dinyatakan,
kumpulkan 950 ml perkolat, dan campur, tetapkan kadar terhadap sebagian
perkolat seperti yang dinyatakan. Untuk memperoleh tingtur yang
memenuhi syarat baku, perlu pengenceran sisa tingtur dengan sejumlah
pelarut atau campuran pelarut tertentu yang telah dihitung dari
penetapan kadar.
C
a
r
a maserasi
Maserasi bahan obat dengan 750 ml pelarut atau campuran pelarut
tertentu dalam wadah yang dapat ditutup, dan letakkan ditempat hangat.
Diamkan selama 3 hari, sambil sering dikocok atau hingga terlarut.
Pindahkan campuran ke dalam penyaring, dan jika sebagian besar dari
cairan telah mengalir keluar, cuci residu pada penyaringan dengan
sejumlah pelarut atau campuran pelarut tertentu secukupnya, kumpulkan
filtrat, hingga diperoleh 1000 ml tingtur.
Tingtur harus disimpan dalam wadah tertututp rapat, tidak tembus
cahaya, jauhkan dari cahaya matahari langsung dan panas yang
berlebihan.
Air aromatik
Kecuali dinyatakan lain Air aromatik adalah larutan jernih dan
jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatik atau
bahan mudah menguap lain. Bau dan rasanya mirip dengan obat atau
senyawa mudah menguap yang ditambahkan, dan bebas dari bau empirematik
dan bau asing lain. Air
aromatik dapat dibuat secara destilasi atau dari larutan senyawa
aromatik, dengan atau tanpa menggunakan bahan pendispersi.
Air aromatik perlu disimpan terlindung cahaya dan panas berlebih.
PASTA Pastes
Pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Kelompok pertama dibuat
dari gel fase tunggal mengandung air, misalnya Pasta Natrium
Karboksimetilselulose, kelompok lain adalah pasta berlemak misalnya
Pasta Zink Oksida, merupakan salep yang padat, kaku, yang tidak meleleh
pada suhu tubuh dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian
yang diolesi.
Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih menyerap
dibandingkan dengan salep karena tingginya kadar obat yang mempunyai
afinitas terhadap air. Pasta ini cenderung untuk menyerap sekresi
seperti serum; dan mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi lebih
rendah dari salep. Oleh
karena itu pasta digunakan untuk lesi akut yang cenderung membentuk kerak, menggelembung atau mengeluarkan cairan.
Pasta gigi digunakan untuk pelekatan pada selaput lendir untuk
memperoleh efek lokal (misal pasta gigi Triamsinolon Asetonida).
PLESTER Plester
Plester adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari
bahan yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut. Plester
dimaksudkan untuk melindungi dan menyangga, dan atau untuk memberikan
daya perekat dan daya maserasi, dan memberikan pengobatan jika melekat
pada kulit. Plester yang mengandung obat, telah lama digunakan untuk
pemberian obat secara lokal atau regional sebagai bentuk dasar
pemberian obat transdermal.
Plester biasanya menempel pada kulit dengan bantuan bahan perekat.
Massa perekat harus melekat pada bahan plastik penyangga dan pada kulit
(atau pembalut) dengan keseimbangan daya lekat yang tepat. Keseimbangan
daya lekat seperti ini dimaksudkan untuk melepaskan kembali plester,
sehingga bila plester diangkat, permukaan kulit tempat plester menempel
tetap bersih.
SEDIAAN OBAT MATA Ophthalmic Preparations
Obat mata tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, beberapa diantaranya
memerlukan perhatian khusus.
Salep
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep
mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang
sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi
syarat Uji Sterilitas <71>. Bila bahan tertentu yang
digunakan dalam formulasi tidak dapat disterilkan dengan cara biasa,
maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat Uji Sterilitas <71> dengan pembuatan secara aseptik.
Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk
mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara
tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali
dinyatakan lain dalam monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat
bakteriostatik (lihat Bahan Tambahan seperti yang tertera pada Uji Salep Mata
<1241>. Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep
berbentuk larutan atau serbuk halus. Salep mata harus bebas dari
partikel kasar dan harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam
pada Uji Salep Mata <1241>. Wadah untuk salep mata harus
dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan. Wadah salep
mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama.
Dasar salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan
difusi obat dalam cairan mata dan tetatp mempertahankan aktivitas obat
dalam jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat.
Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa
bahan dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci
dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat
yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan
dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan
iritasi pada mata.
L
a
rutan
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian
khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan
akan dasar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet)
sterilisasi dan kemasan yang tepat. Perhatian yang sama juga dilakukan
untuk sediaan hidung dan telinga.
N
ilai isotonisitas
Cairan mata isotonik dengan darah dan mempunyai nilai isotonisitas
sesuai dengan larutan natrium klorida P 0,9%. Secara ideal
larutan obat mata harus mempunyai nilai isotonis tersebut, tetapi mata
tahap terhadap nilai isotonis rendah yang setara dengan larutan natrium klorida P 0,6% dan tertinggi setara
dengan larutan natrium klorida P 2,0% tanpa gangguan nyata.
Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya
serap dan menyediakan kadar bahan aktif yang cukup tinggi untuk
menghasilan efek obat yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat
seperti ini digunakan dalam jumlah kecil, pengenceran dengan air mata
cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisitas hanya
sementara. Tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran dengan air
mata tidak berarti, jika digunakan larutan hipertonik dalam jumlah
besar sebagai koliria untuk membasahi mata. Jadi yang penting adalah
larutan obat mata untuk keperluan ini harus mendekati isotonik.
P
endaparan
Banyak Obat, khususnya garam alkaloid, paling efektif pada pH optimal
bagi pembentkan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat
mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan
dipertahankan dengan penambahan dapar. Salah satu maksud pendaparan
larutan obat
mata adalah untuk mencegah kenaikan pH yang
disebabkan pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH
dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Penambahan dapar dalam
pembuatan obat mata harus didasarkan pada beberapa pertimbangan
tertentu. Air mata normal memiliki pH lebih kurang 7,4 dan mempunyai
kapasitas dapar tertentu. Penggunaan obat mata merangsang pengeluaran
air mata dan penetralan cepat setiap kelebihan ion hidrogen atau ion
hidroksil dalam kapasitas pendaparan air mata. Berbagai obat mata
seperti garam alkaloid bersifat asam lemah dan hanya mempunyai
kapasitas dapar yang lemah. Jika hanya satu atau dua tetes larutan yang
mengandung obat tersebut diteteskan pada mata, pendaparan oleh air mata
biasanya cukup untuk menaikan pH sehingga tidak terlalu merangsang
mata. Dalam beberapa hal, pH dapat berkisar antara 3,5 dan 8,5.
Beberapa obat, seperti pilokarpin hidroklorida dan epinefrin bitartrat,
lebih asam sehingga melebihi kapasitas dapar air mata. Secara ideal
larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama dengan air
mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak
obat yang tidak cukup larut dalam air. Sebagian besar garam alkaloid
mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak obat
tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4. Ketidakstabilan ini
lebih nyata pada suhu tinggi yang digunakan pada sterilitasi dengan
pemanasan. Oleh karena itu sistem dapar harus dipilih sedekat mungkin
dengan pH fisiologis yaitu 7,4 dan tidak menyebabkan pengendapan obat
atau mempercepat kerusakan obat.
Pembuatan obat mata dengan sistem dapar mendekati pH fisiologis dapat
dilakukan dengan mencampurkan secara aseptik larutan obat steril dengan
larutan dapar steril. Walaupun demikian, perlu diperhatikan mengenai
kemungkinan berkurangnya kestabilan obat pada pH yang lebih tinggi,
pencapaian dan pemeliharaan sterilitas selama proses pembuatan.
Berbagai obat, bila didapar pada pH yang dapat digunakan secara
terapetik, tidak akan stabil dalam larutan untuk jangka waktu yang
lama. Sediaan ini dibeku-keringkan dan direkonstitusikan segera sebelum
digunakan (misalnya Asetikolin Klorida untuk Larutan Obat Mata
).
S
terilisasi
Pada larutan yang digunakan untuk mata yang luka, sterilitas adalah
yang paling penting. Sediaan steril dalam wadah khusus untuk penggunaan
perorangan pada pasien harus tersedia pada setiap rumah sakit atau
instalasi lain yang melakukan perawatan mata karena kecelakaan atau
pembedahan mata. Metode untuk mencapai sterilitas terutama ditentukan
oleh sifat sediaan tersebut (seperti yang tertera pada Sterilisasi dan Jaminan Sterilitas Bahan Kompendia
<1371>).
Jika memungkinkan, penyaringan dengan penyaring membran steril secara
aseptik merupakan metode yang lebih baik. Jika dapat ditunjukkan bahwa
pemanasan tidak mempengaruhi stabilitas sediaan, sterilisasi obat dalam
wadah akhir dengan otoklaf juga merupakan metode yang baik.
Pendaparan obat tertentu disekitar pH fisiologis, dapat menyebabkan
obat tidak stabil pada suhu tinggi.
Penyaringan menggunakan penyaringan bakteri adalah suatu cara yang baik
untuk menghindari pemanasan, namun perlu perhatian khusus dalam
pemilihan, perakitan dan penggunaan alat-alat. Sedapat mungkin gunakan
penyaring steril sekali pakai.
Pengawet Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah takaran ganda bila
digunakan secara perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada permukaan mata.
Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin
sterilitas pada pemakaian pertama. Larutan harus mengandung zat atau campuan zat sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan bakteri yang mungkin masuk pada waktu
wadah dibuka saat digunakan.
Sedangkan untuk penggunaan pada pembedahan, disamping steril, larutan
obat mata tidak boleh mengandung bahan antibakteri karena dapat
menimbulkan iritasi pada jaringan mata.
B
a
ha
n pengental
Metilselulosa khusus untuk sediaan farmasi (misal 1% bila kekentalan 25
sentipois atau 0,25% bila kekentalan 4000 sentipois) atau bahan
pengental lain yang sesuai seperti hidroksipropil metilselulose atau
kadang-kadang polivinil alkohol dapat ditambahkan untuk meningkatkan
kekentalan sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan. Larutan
obat mata yang dikentalkan harus bebas dari partikel yang dapat
terlihat.
Suspensi
Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian
pada mata seperti yang tertera pada Suspensi. Obat dalam
suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan
iritasi dan atau goresan pada
kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa
yang mengeras atau penggumpalan.
Strip
Larutan natrium fluoresin harus diracik dalam wadah dosis tunggal
steril atau strip kertas steril yang diimpregnasi dengan natrium
fluoresin. Kertas akan melepaskan obat dalam jumlah yang cukup untuk
keperluan diagnostik bila disentuhkan pada mata yang
diperiksa terhadap benda asing atau abrasi kornea.
Kontak antara kertas dengan mata dapat dihindarkan dengan membilas obat
dari kertas ke mata menggunakan air steril atau larutan natrium klorida
steril.
SERBUK Powders
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Karena mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah
terdispersi dan lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan.
Anak-anak atau orang dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk. Obat yang terlalu besar
volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dalam ukuran yang lazim,
dapat dibuat dalam bentuk serbuk. Sebelum digunakan, biasanya serbuk
oral dapat dicampur dengan air minum.
Masalah stabilitas yang seringkali dihadapi dalam sediaan bentuk cair,
tidak ditemukan dalam sediaan bentuk serbuk. Obat yang tidak stabil
dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk atau
granul. Konstitusi sediaan dapat dilakukan oleh apoteker dengan cara
menambahkan sejumlah air sebelum diserahkan. Karena sediaan yang sudah
dikonstitusi ini mempunyai stabilitas yang terbatas, harus dicantumkan
waktu kadaluarsa setelah dikonstitusi dan dapat juga dipersyaratkan
untuk disimpan dalam lemari pendingin.
Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (Pulveres) atau tidak
terbagi (Pulvis). Pada umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas
perkamen. Walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi serbuk dari
pengaruh lingkungan dengan melapisi tiap bungkus dengan kertas selofan
atau sampul polietilena.
Serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak
poten, seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik
tertentu dan pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau
penakar lain. Serbuk tidak terbagi lainnya antara lain, serbuk gigi,
serbuk tabur. Serbuk tidak terbagi sebaiknya disimpan dalam wadah
gelas, bermulut lebar, tertutup rapat, untuk melindungi pengaruh
atmosfer dan mencegah penguapan senyawa yang mudah menguap.
Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat
dikemas dalam wadah yang
bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan pada kulit.
Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus
100 mesh seperti tertera pada Derajat Halus Serbuk
<1141> agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
SUPOSITORIA Suppositories
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak
atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang
bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum
digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan
ester asam lemak polietilen glikol.
Bahan dasar supositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada
pelepasan zat terapetik. Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan
tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, oleh karena itu menghambat
difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati. Polietilen
glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk beberapa antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk ionik
dari pada nonionik, agar diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum.
Meskipun obat bentuk nonionik dapat dilepas dari bahan dasar yang dapat
bercampur dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan polietilen
glikol, bahan dasar ini cenderung sangat lambat larut sehingga
menghambat pengelepasan. Bahan pembawa berminyak seperti lemak coklat
jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena membentuk residu yang
tidak dapat diserap, sedangkan gelatin tergliserinasi jarang digunakan
melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan penggantinya
(lemak keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperi pada
sediaan untuk hemoroid internal.
Supositoria Lemak Coklat
Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan
mencampur bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu
kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat
dengan minyak dalam keadaan lebur dan membiarkan suspensi yang
dihasilkan menjadi dingin di dalam cetakan. Sejumlah zat pengeras yang
sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa obat,
(seperti kloralhidrat dan fenol) melunakkan bahan dasar. Yang penting,
supositoria meleleh pada suhu tubuh.
Perkiraan bobot supositoria yang dibuat dengan lemak coklat, dijelaskan
dibawah ini. Supositoria yang dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya
bervariasi dan
dan umumnya lebih berat dari pada bobot yang disebutkan dibawah ini.
S
u
po
s
itoria rektal
Supsitoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua
ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g.
S
upo
s
itoria vaginal
Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 g,
dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur
dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi.
Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat harus disimpan dalam wadah
tertutup baik, sebaiknya pada suhu dibawah 30º (suhu kamar terkendali).
P
engganti Lemak Coklat
Supositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai
minyak nabati, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang
dimodifikasi dengan esterifikasi, hidrogenasi dan fraksionasi dengan
esterifikasi, hidrogenasi dan fraksionasi hingga diperoleh berbagai
komposisi dan suhu lebur (misalnya: Minyak nabati terhidrogenasi dan Lemak padat). Produk
ini dapat dirancang sedemikian hingga dapat mengurangi terjadinya
ketengikan. Selain itu sifat yang diinginkan seperti interval yang
sempit antara suhu melebur dan suhu memadat dan jarak lebur juga dapat
dirancang untuk penyesuaian berbagai formulasi dan keadaan iklim.
Supositoria Gelatin Tergliserinasi
Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin tergliserinasi,
dengan menambahkan sejumlah tertentu kepada bahan pembawa yang terdiri
dari lebih kurang 70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air.
Supositoria ini harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya
pada suhu dibawah 35º.
Supositoria dengan Bahan Dasar Polietilen glikol
Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi
dari suhu badan telah digunakan sebagai bahan dasar supositoria. Karena
pelepasan dari bahan dasar lebih ditentukan oleh disolusi dari pada
pelelehan, maka masalah dalam pembuatan dan penyimpanan jauh lebih
sedikit dibanding masalah yang disebabkan oleh jenis pembawa yang
melebur. Tetapi polietilen glikol dengan kadar tinggi dan bobot molekul
lebih tinggi dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat
pelepasan. Pada etiket supositoria polietilen glikol harus tertera
petujuk “Basahi dengan air sebelum digunakan”. Meskipun dapat disimpan
tanpa pendinginan, supositoria ini harus dikemas dalam wadah tertutup
rapat.
Supositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan
Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen
glikol dapat digunakan sebagai bahan pembawa supositoria. Contoh
surfaktan ini adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan
polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat digunakan
dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan supositoria lain untuk
memperoleh rentang suhu lebur yang lebar dan konsistensi. Salah satu
keuntungan utama pembawa ini adalah dapat terdispersi dalam air. Tetapi
harus hati-hati dalam penggunaan surfaktan, karena dapat meningkatkan
kecepatan absorpsi obat atau dapat berinteraksi dengan molekul obat,
yang menyebabkan penurunan aktivitas terapetik.
Supositoria kempa atau Supositoria sisipan
Supositoria vaginal dapat dibuat dengan cara mengempa massa serbuk
menjadi bentuk yang sesuai. Dapat juga dengan cara pengkapsulan dalam
gelatin lunak.
SUSPENSI Suspensions
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut
yang terdispersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai
suspensi adalah sediaan seperti tersebut di atas, dan tidak termasuk
kelompok suspensi yang lebih spesifik, seperti suspensi oral, suspensi
topikal, dan lain-lain. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan,
sedangkan yang lain beruapa campuran padat yang harus dikonstitusikan
terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
Sediaan seperti ini disebut “…….untuk Suspensi Oral”. Istilah susu
kadang-kadang digunakan untuk suspensi dalam pembawa yang mengandung
air yang ditujukan untuk pemakaian oral, seperti Susu Magnesia. Istilah
Magma sering digunakan untuk menyatakan suspensi zat padat anorganik
dalam air seperti lumpur, jika zat padatnya mempunyai kecenderungan
terhidrasi dan teragregasi kuat yang menghasilkan konsistensi seperti
gel dan sifat reologi tiksotropik seperti Magma Bentonit. Istilah Lotio
banyak digunakan untuk golongan suspensi topikal dan emulsi untuk
pemakaian pada kulit seperti Lotio Kalamin. Beberapa suspensi dibuat
steril dan dapat digunakan untuk injeksi, juga untuk sediaan mata dan
telinga. Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau yang dikonstitusikan
dengan jumlah air untuk injeksi atau pelarut lain yang sesuai sebelum
digunakan. Suspensi tidak boleh diinjeksikan secara intravena dan
intratekal.
Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan dengan cara tertentu harus
mengandung zat antimikroba yang sesuai untuk melindungi kontaminasi
bakteri, ragi dan jamur seperti yang tertera pada Emulsi
dengan beberapa pertimbangan penggunaan pengawet antimikroba juga berlaku untuk suspensi. Sesuai sifatnya, partikel yang terdapat dalam suspensi dapat mengendap pada
dasar wadah bila didiamkan. Pengendapan seperti ini dapat mempermudah
pengerasan dan pemadatan sehingga sulit terdispersi kembali, walaupun
dengan pengocokan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, dapat ditambahkan zat yang sesuai untuk
meningkatkan kekentalan dan bentuk gel suspensi seperti tanah liat,
surfaktan, poliol, polimer atau gula. Yang sangat penting adalah bahwa
suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan untuk menjamin distribusi
bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan
dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Suspensi oral
Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan
ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket
sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini.
Suspensi topikal
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada
kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “Lotio”
termasuk dalam kategori ini.
Suspensi tetes telinga
Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel
halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Suspensi optalmik
Seperti tertera pada
Ophthalmicae Praeparationes.
SALEP Ointments
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir.
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok:
dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang
dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat
menggunakan salah satu dasar salep tersebut.
Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain
vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair
dapat dicampurkan ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai
emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah
dalam waktu lama.
Dasar salep serap
Dasar salep serap ini dapat dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama
terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk
emulsi air dalam minyak (Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua
terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan
sejumlah larutan air tambahan (Lanoli). Dasar salep serap juga
bermanfaat sebagai emolien.
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air antara lainSalep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim” (lihat Cremores). Dasar ini dinyatakan juga sebagai “dapat dicuci
dengan air” karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah, sehingga
lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat
menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada Dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini
adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang
terjadi pada kelainan dermatologik.
Dasar salep larut dalam air
Kelompok ini disebut juga “dasar salep tak berlemak” dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak
keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak
mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat
atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel” (lihat Gel).
P
emilihan dasar salep
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat
yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan
hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu
menggunakan dasar
salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas
yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih
stabil dalam Dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang
mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam
dasar salep yang mengandung air.
TABLE
T Tablets
Tablet adalah sediaan adat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai
tablet cetak dan tablet kempa.
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan
permukaan tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul
umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk
obat hewan, umumnya untuk hewan besar.
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung
pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan
tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan.
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil,
umumnya silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat
untuk peracikan obat. Jenis tablet ini sekarang sudah jarang digunakan.
Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah
melarut atau melarut sempurna dalam air, dulu umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik. Diberikan secara oral atau jika
diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya pada Tablet Nitrogliserin, diberikan secara sublingual.
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara pipi dan
gusi dan tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet di
bawah lidah, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa
mulut. Beberapa obat mudah diserap dengan cara ini (seperti
nitrogliserin dan hormon steroid tertentu) dan mempunyai banyak keuntungan.
Tablet efervesen yang larut, dibuat dengan cara dikempa; selain zat
aktif, juga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan
natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
karbon dioksida. Tablet dilarutkan atau didispersikan dalam air sebelum
pemberian. Tablet efervesen harus disimpan dalam wadah tertutup rapat
atau kemasan tahan lembab, pada etiket tertera tidak untuk langsung
ditelan.
T
a
blet kunyah
Tablet kunyah dimasudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan rasa
enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa
pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi
tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida dan
antibiotika tertentu. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya
menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan
bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk
meningkatkan penampilan dan rasa.
T
a
blet lepas-lambat
Tablet lepas-lambat dibuat sedemikian sehingga zat aktif akan tersedia
selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Istilah
efek-diperpanjang, efek-pengulangan dan lepas-lambat telah digunakan
untuk menyatakan kesediaan tersebut. Tetapi, istilah lepas-lambat
digunakan untuk tujuan farmakope dan persyaratan pelepasan obat
dijelaskan dalam masing-masing monografi.
T
a
blet hisap (Lozenges)
Tablet Hisap adalah sediaan padat mengandung satu atau lebih bahan
obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat
tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut. Tablet dibuat dengan
cara tuang (dengan bahan dasar gelatin dan atau sukrosa yang dilelehkan
atau sorbitol) atau dengan cara kempa tablet menggunakan bahan dasar
gula. Tablet hisap
tuang kadang-kadang disebut sebagai pastiles, sedangkan tablet hisap
kempa disebut sebagai troches. Tablet umumnya ditujukan untuk mengobati
iriasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan, tetapi dapat juga
mengandung bahan aktif yang ditujukan untuk absorbsi sistemik setelah
ditelan.
P
e
m
buatan tablet cetak
Tablet cetak dibuat dari campuran bahan obat dan bahan pengisi, umumnya
mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan.
Massa serbuk dibasahi dengan larutan yang mengandung etanol persentase
tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan
pengisi dalam sistem pelarut dan derajat kekerasan tablet yang
diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan ke dalam cetakan,
dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh, sehingga
harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian.
Fo
rmulasi tablet kempa
Pada umumnya tablet kempa mengandung zat aktif dan bahan pengisi, bahan
pengikat, disintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan warna
dan lak (bahan warna yang diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang
tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis. Bahan
pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa.
Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, pati, kalsium fosfat
dibasa dan selulosa mikrokristal. Tablet kunyah sering mengandung
sukrosa, manitol atau sorbitol sebagai bahan pengisi. Jika kandungan
zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan ditentukan oleh bahan
pengisi yang besar jumlahnya. Karena masalah ketersediaan hayati obat
hidrofobik yang kelarutannya dalam air kecil, maka digunakan bahan
pengisi yang larut dalam air.
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu
granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah
ada pada bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk
kering, tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam larutan. Bahan
pengikat yang umum meliputi gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,
metilselulosa, karboksimetilselulosa dan pasta pati terhidrolisis.
Bahan pengikat kering yang paling efektif adalah selulose mikrokristal,
yang umumnya digunakan dalam membuat tablet kempa langsung.
Disintegran membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Disintegran
tablet yang paling banyak digunakan adalah pati. Pati dan selulosa yang
termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulose mikrokristal dan
povidon sambung-silang juga dapat digunakan. Campuran efervesen digunakan sebagai disintegran dalam sistem tablet larut. Kandungan disintegran, cara
penambahan dan derajat kepadatan berperan dalam efektivitas daya hancur
tablet.
Lubrikan mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga
berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Senyawa asam
stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan
talk digunakan sebagai lubrikan. Pada umumnya lubrikan bersifat
hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan
disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus
dihindarkan. Polietilen glikol dan beberapa garam lauril sulfat
digunakan sebagai lubrikan yang larut, tetapi lubrikan seperti ini
umumnya tidak memberikan sifar lubrikasi yang optimal, dan diperlukan
dengan kadar yang lebih tinggi.
Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk,
umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Glidan
yang paling efektif adalah silika pirogenik koloidal.
Bahan pewarna dan lak yang diizinkan sering ditambahkan pada formulasi
tablet untuk menambah nilai estetik atau untuk identitas produk.
Kebanyakan bahan pewarna peka terhadap cahaya dan warnanya akan memudar
jika terpapar cahaya.
Cara pembuatan
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi
basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau
kemampuan kempa.
Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada
tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk baik,
kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran
partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering adalah tidak
diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi. Granulasi
kering dapat juga dilakukan dengan meletakkan massa serbuk diantara
mesin rol yang dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa
padat yang tipis, selanjutnya diayak atau digiling hingga diperoleh
granul dengan ukuran yang diinginkan.
Pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi memerlukan eksipien yang
memungkinkan pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih dahulu.
Eksipien ini terdiri dari zat berbentuk fisik khusus seperti laktosa,
sukrosa, dekstrosa, atau selulosa yang mempunyai sifat aliran dan
kemampuan kempa yang diinginkan . Bahan pengisi untuk kempa langsung
yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa
anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan
beberapa bentuk pati termodifikasi. Kempa langsung menghindari banyak
masalah yang timbul pada granulasi basah dan granulasi kering. Walaupun
demikian sifat fisik masing-masing bahan pengisi merupakan hal kritis,
perubahan sedikit dapat mengubah sifat alir dan kempa sehingga menjadi
tidak sesuai untuk dikempa langsung.
Keadaan fisik mutu tablet yang kurang baik diuraikan dalam Pertimbangan tentang Stabilitas dalam Pemberian Obat
<1351>.
K
eragaman bobot dan keseragaman kandungan
Tablet harus memenuhi uji keragaman bobot seperti yang tertera pada Keseragaman Sediaan <911>, jika zat aktif merupakan
bagian terbesar dari tablet dan jika uji keragaman bobot dianggap cukup
mewakili keseragaman kandungan. Keragaman bobot bukan merupakan
indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan
bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena
itu, umumnya farmakope mensyaratkan bahwa tablet bersalut dan tablet
yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang, dan bobot zat aktif lebih
kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman
kandungan seperti yang tertera pada Keseragaman Sediaan
<911> yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet.
Waktu hancur dan Disolusi
Waktu hancur adalah hal yang penting untuk tablet yang diberikan
melalui mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan
beberapa jenis tablet lepas-lambat. Uji waktu hancur tertera pada Uji Waktu Hancur <1251> dan batas waktu hancur untuk
berbagai jenis tablet tertera pada masing-masing monografi.
Untuk obat yang kelarutan dalam air terbatas, disolusi akan lebih
berarti dari pada waktu hamcur. Uji disolusi seperti yang tertera pada Uji Disolusi <1231> dipersyaratkan dalam sejumlah
monografi tablet. Dalam banyak hal, kecepatan disolusi dapat
dikorelasikan dengan ketersediaan hayati zat aktif. Tetapi uji tersebut
terutama berguna sebagai alat untuk tapis pendahuluan formalasi dan
sebagai prosedur pengawasan mutu secara rutin.
P
enyalutan
Tablet disalut untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif
dari udara, kelembaban atau cahaya, menutupi rasa dan bau yang tidak
enak, membuat penampilan lebih baik dan mengatur tempat pelepasan obat
dalam saluran cerna.
T
a
blet salut biasa
Umumnya tablet disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung
serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau
titanium dioksida, yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
Untuk tujuan identifikasi dan nilai estetik, zat penyalut bagian luar
dapat diwarnai. Tablet yang sudah disalut, dilapisi dengan larutan
malam yang encer dalam pelarut seperti kloroform atau campuran serbuk.
Penyalut tahan air berisi zat seperti selak atau selulosa asetat ftalat
dalam pelarut yang tidak mengandung air sering digunakan sebelum tablet
gula. Jumlah penyalut yang berlebihan harus dihindarkan. Kelemahan dari
penyalutan dengan gula antara lain waktu penyalutan lama, perlu
penyalut tahan air. Hal ini dapat memperlambat disolusi dan memperbesar
bobot tablet sehingga menyebabkan penggunaan salut selaput lebih dapat
diterima. Zat penyalut selaput berisi zat yang larut atau terdispersi
dalam air seperti hidroksipropil metilselulosa,
metilselulosa, hidroksi-propilselulosa, natrium karboksimetilselulosa,
dan campuran selulosa asetat ftalat dan polietilen glikol dalam pelarut
yang tidak mengandung air atau mengandung air. Penguapan pelarut akan
meninggalkan lapisan tipis yang langsung melekat pada tablet sehingga
bentuk aslinya dapat dipertahankan, termasuk penandaan untuk
identifikasi.
T
a
blet salut-enterik
Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat
mengiritasi mukosa lambung, diperlukan bahan penyalut enterik, yang
bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet telah melewati
lambung. Istilah lepas-tunda digunakan untuk tujuan farmakope dan
masing- masing monografi, meliputi pengujian dan spesifikasi untuk
pelepasan obat seperti yang tertera pada Pelepasan Obat
<961>.
VA
K
SIN Vaccines
Vaksin adalah sediaan yang mengandung zat antigenik yang mampu
menimbulkan kekebalan aktif dan khas pada manusia. Vaksin dibuat dari bakteria, riketsia atau virus dan dapat
berupa suspensi organisme hidup atau fraksi-fraksinya atau toksoid.
Metode pembuatan bervariasi tergantung dari jenis vaksin seperti yang
tertera di bawah ini atau dalam masing-masing monografi dan dirancang
agar dapat mempertahankan sifat antigenisitas yang sesuai, membuat
sediaan tidak berbahaya dan bebas dari kontaminasi senyawa asing. Jika
memungkinkan pembuatan vaksin harus menggunakan lot benih yang sudah
ditetapkan dan untuk mendapatkan vaksin yang baik, vaksin tidak boleh
dibuat dari sub kultur benih awal.
Pada waktu pembuatan dapat ditambahkan penisilin pada setiap tahap
pembuatan atau pada produk akhir. Kecuali dinyatakan lain dalam
monografi, streptomisin tidak boleh digunakan dalam pembuatan vaksin;
penambahan ke dalam biakan sel yang akan digunakan dalam produksi
vaksin diperkenankan, tetapi tidak boleh terdeteksi jika biakan sel
diinokulasi dengan virus.
Kemampuan menimbulkan imunitas vaksin dapat ditingkatkan dengan
penjerapan pada aluminium fosfat, aluminium hidroksida, kalsium fosfat
atau bahan jerap lain seperti yang tertera pada monografi. Zat jerap
dibuat dalam kondisi yang dapat memberikan bentuk fisik dan sifat jerap
yang tepat. Jika vaksin dikemas dalam wadah dosis ganda, kecuali
dinyatakan lain dalam monografi, dapat ditambahkan pengawet antimikroba
yang sesuai selain antibiotik pada vaksin steril dan vaksin inaktif dan
penambahannya secara bervariasi. Pengawet antimikroba tidak ditambahkan
pada sediaan vaksin yang akan dikeringkan.
Produk akhir dibagikan secara aseptik ke dalam wadah yang memenuhi syarat
dan ditutup kedap untuk mencegah kontaminasi mikroba; atau dibagikan dalam
wadah steril, kemudian dibekukeringkan dengan cara yang sesuai untuk
mengurangi kadar air hingga tidak lebih dari 2,0% dalam produk akhir,
kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Wadah kemudian ditutup kedap dalam
hampa udara atau dapat diisi gas nitrogen bebas oksigen atau gas inert lain
yang sesuai sebelum wadah ditutup kedap untuk menghindari kontaminasi
mikroba. Vaksin kering direkonstitusi segera sebelum digunakan.
Vaksin bakteri
Vaksin bakteri dibuat dari biakan galur bakteri yang sesuai dalam media
cair atau padat yang sesuai dan mengandung bakteri hidup atau inaktif atau
komponen imunogeniknya. Sediaan berupa suspensi dengan berbagai tingkat
opasitas dalam cairan tidak berwarna atau hampir tidak berwarna atau berupa
sediaan beku kering.
Vaksin bakteri inaktif mengandung bakteri atau komponen imunogenik yang
diinaktivasi dengan cara tertentu sehingga sifat antigenisitas
dipertahankan.
Vaksin bakteri hidup dibuat dari galur bakteri dengan virulensi yang telah
dilemahkan dan mampu merangsang pembentukan kekebalan terhadap galur
patogen yang sama atau jenis bakteri yang sifat antigeniknya berhubungan.
Konsentrasi bakteri hidup atau inaktif dari tiap varietas atau jenis
bakteri dinyatakan opasitasnya dalam Unit Internasional Opasitas, atau bila
sesuai dengan menghitung jumlah sel langsung, atau jika bakteri hidup
dengan angka viabel.
T
o
k
s
o
i
d bakteri
Toksoid bakteri diperoleh dari toksin yang telah dikurangi atau dihilangkan
sifat toksisitasnya hingga mencapai tingkat tidak terdeteki, tanpa
mengurangi sifat imunogenisitas, dengan cara tertentu yang dapat mencegah
berubahnya kembali toksoid menjadi toksin. Toksin diperoleh dari galur
pilihan mikroorganisme khas yang ditumbuhkan dalam media yang sedapat
mungkin bebas dari senyawa yang diketahui menyebabkan reaksi toksik, alergi
atau yang tidak diinginkan pada manusia. Toksoid bakteri dapat berupa
cairan atau beku kering. Bila dijerap, mengandung partikel putih atau
kelabu yang terdispersi dalam cairan tidak berwarna atau berwarna kuning
pucat; partikel seperti ini dapat membentuk endapan pada dasar wadah.
Vaksin Virus dan Riketsia
Vaksin virus dan riketsia adalah suspensi virus atau riketsia yang
ditumbuhkan dalam telur berembrio, dalam biakan sel atau dalam jaringan
yang sesuai dan mengandung virus atau riketsia hidup atau yang inaktif atau
komponen imunogeniknya. Umumnya tersedia dalam bentuk sediaan beku kering.
Vaksin virus hidup umumnya dibuat dari virus galur khas yang virulensinya
telah dilemahkan.
Opasitas vaksin virus dapat berbeda tergantung cara pembuatan, dapat
berwarna bila mengandung indikator pH seperti merah fenol.
Vaksin campuran
Vaksin campuran adalah campuran dua atau lebih vaksin.
Vaksin, bila perlu direkonstitusi, memenuhi syarat seperti di bawah ini,
kecuali dinyatakan lain dalam monografi.
F
enol
Vaksin mengandung fenol sebagai pengawet tidak lebih dari 0,25%, kecuali
dinyatakan lain dalam monografi. Lakukan penetapan seperti yang tertera pda Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera <731>.
Fo
rmaldehida bebas
Vaksin mengandung formaldehida bebas tidak lebih dari 0,02%. Lakukan
penetapan seperti yang tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera <731>.
Aluminium
Vaksin jerap mengandung aluminium, tidak lebih dari 1,25 mg per dosis,
kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Lakukan penetapan seperti yang
tertera pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera
<731>.
Ka
lsium
Vaksin jerap mengandung kalsium tidak lebih dari 1,3 mg per dosis, kecuali
dinyatakan lain dalam monografi. Lakukan penetapan seperti yang tertera
pada Uji Bahan Tambahan dalam Vaksin dan Immunosera <731>.
T
o
k
s
i
s
itas Abnormal
Memenuhi syarat Uji toksisitas abnormal seperti yang tertera pada Uji Reaktivitas secara Biologis in-vivo <251>, kecuali
dinyatakan lain dalam monografi.
Sterilitas
Jika tidak dinyatakan lain semua vaksin memenuhi syarat sterilitas seperti
yang tertera pada Uji Sterilitas <71>, kecuali vaksin
bakteri hidup diperbolehkan pertumbuhan bakteri pembuat vaksin.
Wadah dan penyimpanan
Jika tidak dinyatakan lain, vaksin disimpan pada suhu 2º sampai 8º,
terlindung dari cahaya, tidak boleh dibekukan.
Baca juga:
Baca juga:
- Artikel Sediaan Serbuk (pulvis dan pulveres) Lengkap - New !!
- Pengenceran Obat Dalam Meracik - New !!
- Sediaan Kapsul Lengkap - New !!
- Sediaan Krim (Cream) Lengkap - New !!
- Sediaan Salep (UNGUETA) Lengkap - New !!
- 9 Stars Of Pharmacist (9 Bintang Farmasi) - New !!
- Bentuk Sediaan Obat Lengkap
- Cabang Ilmu Farmasi Lengkap
- Cangkang Kapsul Dari Babi
- Klasifikasi Rumah Sakit Lengkap - New !!
- Penjelasan Apoteker - Pharmacy
- Prospek Kerja Farmasi - Masa Depan Cerah
By: Dede Taufiq
0 Response to "Sediaan Umum Farmakope Indonesia V (FI V) Lengkap"
Post a Comment