Laporan Uji Stabilitas Lengkap Farmasi
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FARMASI FISIKA
UJI STABILITAS
UJI STABILITAS
Oleh : Dede Taufiq
LABOLATORIUM FARMASI FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2017
PERCOBAAN V
UJI STABILITAS DARI PENGARUH SUHU
I. Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu :
1. Menentukan pengaruh suhu terhadap uji stabilitas
2. Menentukan waktu kadaluarsa suatu zat
II. Prinsip Percobaan
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro
suatu obat. Waktu paro suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat,
yang berupa gambaran kecepatan terurainya obat atau kecepatan degradasi
kimiawinya yang disebabkan oleh kenaikan suhu.
III. Dasar Teori
Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu
obat dipandang dari segi kimia. Stabilitas obat dapat diketahui dari ada
tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan.Stabilitas obat merupakan kemampuan
suatu produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan
yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian)
dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (
shelf- life ). Sediaan obat / kosmetik yang setabil merupakan suatu sediaan yang
masih berada dalam batas yang dapat dterima selama priode penyimpanan dan
penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada
saat dibuat.Shelf life (waktu simpan) adalah periode penggunaan dan penyimpanan
yaitu waktu dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan
dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi penjualan dipasar. Waktu simpan
minimum adalah periode yang dibutuhkan suatu produk yang berada pada batas
spesifikasi ‘release’ saat pembuatan untuk mencpai batas spesifikasi periksa.
Suatu produk dinyatakan stabil jika tidak menunjukan degradasi bermakna , tida
terjadi perubahan fisika, kimia, mikrobiologi, sifat biologi, dan produk tetap
dalam batas spesifikasi release / simpan.
Penyimpanan obat, harus disimpan sehingga
terhindar dari pencemaran dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, panas
dan cahaya. Obat yang mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat berisi kapur tohor. Keadaan kebasahan udara dinyatakan dengan tekanan uap
air relative, yaitu perbandingan antara tekanan uap di udara dengan tekanan uap
maksimum pada temperature tersebut. Tekanan uap relative ditentukan dengan
hygrometer.(Martin, 1993)
Efek tidak diinginkan yang potensial dari
ketidakstabilan obat:
1. Hilangnya zat aktif
2. Naiknya konsentrasi zat aktif
3. Hilangnya keseragaman kandungan
4. Menurunnya status mikrobiologis
5. Pembentukan hasil urai yang toksik
6. Hilangnya kekedapan kemasan
7. Menurunnya kuaitas label modifikasi factor hubungan
fungsional.
Jenis – jenis stabilitas yang umum dikenal:
1. Stabilitas kimia : mempertahankan keutuhan kimiawi dan
potensi zat aktif yang tertera pada etiket dalam batasan spesifikasi
2. Stabilitas fisika : mempertahankan sifat fisika awal dari
suatu sediaan (penampian,kesesuaian, keseragaman, disolusi, disintegrasi,
kekerasan, kemampuan disuspensikan)
3. Stabilitas mikrobiologi : sterilitas atau resistensi
terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan sesuai dengan persyaratan
4. Stabilitas Terapi : efek terapi tidak berubah selama waktu
simpan (shelf life) sediaan
5. Stabilitas toxikologi : tidk terjadi peningkatan toksisitas
yang bermakna selama waktu simpan ( tidak terbentuk senyawa epi dan anhidro
dalam suspense tetrasiklin ). (Ansel, 1985)
Umumnya uji stabilitas dilakukan seca kimia
walaupun secara kimia suatu produk dapat setabil selama 3 tahun sebeum expired ,
tetapi perubahan fisik dapat saja terjadi. Kesetabilan secara fisika pada
larutan adalah timbulnya endapan, mungkin kandungan kimianya tetap tetapi untuk
larutan parenteral jelas tidak dapat diterima,demikian juga dalam larutan
oral.Untuk sediaan larutan oral, dapat dilakikan uji organoleptik dan uji
penampilan. Uji organoleptik bersifat subjektif, seorang tester akan menilai
produk dan member skor baik secara numeric maupun secara deskriftif. Pada uji
penampilan,ada statemen subjektif walaupun ada parameter instrument kuantitatif
yang dicatat, misal kalorimetri.Uji stabilitas sediaan cair disarankan pada suhu
leih rendah misalnya < 0 derajat celcius : - 10 samapi – 20 derajat celcius.
Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro
suatu obat. Waktu paro suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat,
yaitu gambaran kecepatan terurainya obat atau kecepatan degradasi kimiawinya.
Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-faktor
lain dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh
pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan
ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi.
Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat,
yang pertama adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk
struktur kimia masing-masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing
bahan. Yang kedua adalah faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban,
dan udara, yang mampu menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan. Skala
kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan
bahan aktif, keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara sensorik,
secara miktobiologis, toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri.
Skala perubahan yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam
farmakope. Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional
ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya.
Suatu obat kestabilannya dapat dipengaruhi juga
oleh pH, dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat dengan
penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan menggunakan katalisator yang dapat
mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan tidak mempengaruhi hasil dari reaksi.
Kestabilan dari suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat
formulasi suatu sediaan farmasi. Hal itu penting mengingat sediaannya biasanya
diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga memrlukan waktu yang lama untuk
sampai ketangan pasien yang membutuhkannya. Oabt yang disimpan dalam jangka
waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat
tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahaykan jiwa pasien. Oleh karena
itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu
zat hingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut
optimum.(Moechtar, 1998).
Stabilitas fisik dan kimia bahan obat baik dan
tersendiri dengan bahan – bahan dari formulasi yang merupakan kriteria paling
penting untuk menentukan suatu stabilitas kimia dan farmasi serta
mempersatukannya sebelum memformulasikan menjadi bentuk-bentuk sediaan.
Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi
dengan test stabilitas dipercepat dengan mengamati perubahan kosentrasi pada
suhu yang tinggi. Kestabilan dari suatu zat merupakan dari suatu zat merupakan
faktor yang harus diperhatikan dalam formulai suatu sediaan farmasi. Hal itu
penting mengingat sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan
juga memerlukan waktu yang lama sampai ke tangan pasien yang membutuhkannya.
Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan
mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat
membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi
pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga.(Martin, 1993)
Untuk obat tertentu, satu bentuk kristal atau
polimorf mungkin lebih stabil daripada lainnya, hal ini penting supaya obat
dipastikan murni sebelum diprakarsai oleh percobaan uji stabilitasnya dan suatu
ketidakmurnian mungkin merupakan katalisator pada kerusakan obat atau mungkin
menjadikan dirinya tidak akan stabil mengubah kestabilan fisik bahan obat dan
suatu kestabilan obat yang sempurna.
IV. Alat dan Bahan
Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
:
No
|
Nama
|
Fungsi
| |
1 | Alumunium foil | Sebagai penutup vial pada saat pemanasan | |
2 | Alkohol | Untuk melarutkan asetosal | |
3 | Aquadest | Untuk melarutkan | |
4 | Asetosal | Sebagai sampel dalam praktikum | |
5 | Disposible syringe | Untuk mengambil sampel | |
6 | Cuvet | Untuk menyimpan sampel pada alat spekteopotometer | |
7 | Es Batu | Sebagai alat pendingin | |
8 | Feri Nitrat | Untuk memisahkan zat yang akan di spektro | |
9 | Gelas kimia | Sebagai wadah untuk melarutkan suatu zat atau bahan kimia | |
10 | Labu ukur | Digunakan untuk menakar volume zat dalam bentuk cair pada proses pengenceran | |
11 | Oven | Untuk memanaskan | |
12 | Penjepit tabung | Untuk menjepit tabung | |
13 | Penyaring | Sebagai alat penyaring sampel | |
14 | Pipet tetes | Untuk mengambil larutan dalam volume kecil | |
15 | Spektrofotometer | Untuk melihat nilai absorbant | |
16 | Timbangan Digital | Untuk menimbang bahan | |
17 | Vial | Sebagai wadah sampel
|
V. Prosedur Kerja
Langkah kerja dalam proses praktikum :
1. Disiapkan aluminium foil untuk menutupi via |
2. Disiapkan 2 vial, 1 vial untuk 40˚C dan 1 vial untuk 75˚C |
3. Kemudian Ditutup menggunakan alumunium foil agar tidak menguap. |
4. Diambil menggunakan spuit 10 ml larutan asetosal yang telah di tambahakan alkohol 15 ml dengan di encerkan aquades 1 liter, dan masukkan kedalam tiap vial. |
5. Gambar kurva peruraian tersebut dengan slope sesuai hasil perhitungan. |
6. Dimasukkan hasil perhitungan pada persamaan reaksi orde 1 dan orde 2, tentukan penguraian asetosal mengikuti reaksi orde 1, orde 2 |
7. Dihitung CO dan C0-C dengan mengikat molekul ekivalensi. |
8 Baca resapan yang dihasilkan. Setelah terbaca resapan maka hitung persamaan Y=bx+a , |
9. Dimasukkan kuvet kedalam spektrofotometer dengan λ525 nm. |
10. Dimasukkan vial1 ke dalam oven yang bersuhu 45˚C dan vial 2 bersuhu 75˚C. Dengan pengambilan waktu yang berbeda 5, 10, 15, 20, 30 menit |
11. Dimasukkan sampel ke dalam kuvet.. |
12. Dimasukkan dalam beker gelas yang berisi air es batu , diamkan selama 10 menit. |
13. Kemudian ditambahakan feri nitrat 1% sebanyak 2ml ke dalam setiap vial
dan saring dengan menggunakan penyaringan.
|
VI. Hasil Pengamatan
1. Data Hasil Pengamatan Suhu 40◦C
t (bulan) | C (mg) | LogC | |
0 | 500 | 2,698970 | = 2× |
1 | 495 | 2,694605 | = 2,0202× |
2 | 490 | 2,690196 | = 2,0408× |
3 | 485 | 2,685741 | = 2,0618× |
6 | 470 | 2,672097 | = 2,1276× |
Ø Orde nol dari t dan C
a = 500
b = -5
r = -1
Ø Orde satu dari t dan log C
a = 2,6990
b = -4,48394
r = -0,9999
Ø Orde dua dari t dan 1/C
a = 1,9986
b = 2,1216
r = 0,9996
r = 0,9996
2. Data Hasil Pengamatan Suhu 75◦C
t (bulan) | C (mg) | Log C | |
0 | 500 | 2,698970 | = 2× |
1 | 492 | 2,691965 | = 2,0325× |
2 | 484 | 2,684845 | = 2,0661× |
3 | 476 | 2,677606 | = 2,1008× |
6 | 452 | 2,655138 | = 2,2123× |
Ø Orde nol dari t dan C
a = 500
b = -8
r = -1
Ø Orde satu dari t dan log C
a = 2,6992
b = 7,3189
r = -0,99986
Ø Orde dua dari t dan 1/C
a = 1,9952
b = 3,5405
r = 0,998
r = 0,998
3. Menentukan Expire Asetosal
1) Menentukan Laju Reaksi Penguraian Asetosal
Orde nol : Ct = C0 – Kt
2) Menentukan Nilai K Pada Suhu 40◦C dan 75◦C
Ct = (C0 –Kt)
Ø Pada suhu 40◦C
y = bx + a
y = -5x + 500 K= 5
Ø Pada suhu 75◦C
y = bx + a
y = -8x + 500 K= 8
3) Masukan Grafik Vs Log K
Suhu | Log K | |
40 | = 0,0031948 | Log 5 = 0,698970 |
75 | = 0,0028735 | Log 8 = 0,903089 |
y = bx + a a = 2,728597
y = - 635,291x + 2,7285 b = - 635,291
Log K = Log A - [ r = -1
Log K = -635,291 [ ] + 2,728597
4) Menentukan Nilai K Pada Suhu 25◦C
Log K25 = - 635,291 + 2,728597
Log K25 = - 635,291 + 2,728597
Log K25 = - 635,291 × 3,5570 + 2,728597
Log K25 = - 2,13184 + 2,728597
Log K25 = 0,596757
K25 = 3,95
5) Menentukan Nilai Expire Pada Suhu 25◦C
Ct = × 500 mg
Ct = 450 mg
Ct = 450 mg
Ct = C0 - Kt
Ct = C0 - K25t
Ct = C0 - 3,95(t)
Ct = 500 - 3,95 (t)
450 = 500 - 3,95 t
450 – 500 = - 3,95 t
-50 = - 3,95 t
t =
t = 12,658 bulan ≈ 12 bulan
Jadi waktu expire obat selama 12 bulan.
4. Kurva
VII. Pembahasan
Metode pegujian stabilitas obat dengan kenaikan
temperatur tidak dapat diterapkan untuk semua jenis sediaan terutama untuk
produk yang mengandung bahan pensuspensi seperti metilselulosa yang menggumpal
pada pemanasan, protein yang mungkin didenaturasi, salep dan suppositoria yang
yang meleleh pada kondisi temperatur yang sedikit dinaikkan. Oleh karena itu,
praktikan harus teliti dalam memilih metode pengujian stabilitas suatu obat atau
suatu sediaan obat.
Pada praktikum kali ini, menganalisis pecobaan uji
stabilitas asetosal pada suhu tertentu. Dimana ketika asetotal + H2O
akan terurai menjadi asam salisilat. Jadi kita menentukan penguraian laju reaksi
asam salisilat dalam air dan menentukan waktu expire date dari asam salisilat.
Uji stabilitas merupakan faktor penting dan harus diperhatikan dalam membuat
suatu sediaan, dimana uji stabilitas ini merupakan proses diamana obat harus
mampu mempertahankan sifat dan karakteristik selama penyimpanan pada suhu dan
tekanan tertentu. Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali percobaan dengan waktu
pengambilan yang berbeda-beda. Pertama pada praktikum ini kita menimbang
asetosal sebanyak 0,2 gram kemudian kita larutkan dengan alkohol sebanyak 15 ml
dan diencerkan dengan air hingga 1 liter. Siapkan 2 vial, 1 vial untuk suhu 40ºC
dan 1 vial untuk 75ºC,dan siapkan alumunium foil utnuk menutupi vial karena
terdapat alkohol yang sifatnya mudah menguap. Setelah diencerkan ambil sebanyak
10 ml kedalam spuit dan masukan kedalam tiap vial,Kemudian kita masukkan kedalam
oven ang telah diatur suhunya yaitu vial1 masukkan kedalam oven yang bersuhu
40ºC dan vial 2 dimasukkan kedalam oven yang berusuhu 75ºC. Dengan pengambilan
waktu yang bereda-beda, ambil ke-2 vial setelah tercapai waktu yang telah
ditentukan yaitu tiap 5,10,15,20,30 menit dan masukkan kedalam beker gelas yang
berisi es batu,diamkan selama 10 menit. Kemudian tambahkan feri nitrat 1%
sebanyak 2ml kedalam setiap vial dan saring dengan menggunakan penyaringan.
Setelah dilakukan penyaringan masukkan kedalam spektrofotometer dengan λ525 nm
kemudian baca resapan yang dihasilkan.
Setelah resapan terbaca maka kita menghitungan
persamaan linear Y=bx+a , kecepatan terurainya suatu zat mengikuti reaksi orde
nol, orde 2, dan orde 3. Setelah didapatkan persamaan linier dan menetukan nila
a,b,r, yaitu pengamatan pada suhu 40ºC pada y0,a= 500 ; b= -5; c= -1 maka laju
reaksi pada suhu tersebut mengikuti laju reaksi orde nol. Dan pengamatan pada
suhu 75ºC pada y0, a=500 ; b= -8; r= -1 maka laju reaksi pad suhu tersebut
mengikuti laju reaksi nol. Jadi penguraian asam saisilat keduan suhu tersebut
berada pada reaksi nol artinya laju reaksinya tidak dipengaruhi oleh suhu.
Stabilitas obat harus diketahui untuk memastikan
bahwa pasien menerima dosis obat yang sesuai dan memastikan produk tetap stabil
dalam batas-batas tanggal kadaluwarsa. Maka kita akan menentukan waktu expire
date asam salisilat setelah menentukan reaksi ordenya, maka kita menetukkan
nilai K pada suhu 40ºC dan 75ºC dan didapat K40ºC = 5 dan K75ºC
= 8 . jika pada suhu 40ºC dan 75ºC konsertrasi telah diketahui,maka berapa
konsentrasi asam salisilat pada suhu 25ºC? dimana rata-rata obat disimpan dalam
suhu kamar. Setelah dihitung dengan persamaan arrchenius didapat bahwa
konsentrsi obat pada suhu 25ºC yaitu 3,95.
Ct = 90 % x 500 mg
100 % = 450 mg |
Selanjutnya kita menentukan expire date dimana
obat tersebut dapat bertahan dalam batas waktu tertentu. Dengan persamaan :
Ct = Co - Kt
Ct = Co - K25ºC.(t)
Ct = Co - 3,95 (t)
Ct = 500 - 3,95
450 - 500 = 3,95 (t)
-50 = -3,95 (t)
= t
= 12,658 bulan ≈ 12 bulan
Jadi waktu kadaluwarsa obat dari asam salisilat yaitu 12 bulan
.
Adapun tujuan dilakukan pada berbagai suhu 40oC,
dan 75oC adalah dimaksudkan untuk membedakan atau mengetahui pada suhu berapa
obat dapat stabil dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai dengan
cepat. Jika menggunakan suhu yang tinggi kita mampu mengetahui penguraian obat
dengan cepat. Sedangkan jika menggunakan suhu kamar dalam pengujian maka butuh
waktu yang lama untuk dapat terurai.
Alasan menggunakan suhu yang tinggi karena bila
kita ingin mengetahui batas kestabilan suatu obat (batas kadaluarsanya), maka
obat harus disimpan pada jangka waktu yang lama sampai obat tersebut berubah,
hal ini tentu tidak bisa dilakukan karena keterbatasan waktu, sehingga kita
menggunakan suhu yang tinggi karena uji kestabilan obat dapat dipercepat dengan
menggunakan perubahan suhu atau menggunakan suhu yang tinggi. Semakin tinggi
suhunya maka akan semakin cepat bahan obat tersebut untuk terurai.
Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi
yakni kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan
biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat
mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang.
Adakalanya hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa
pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan
suatu zat sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga
kestabilan obat terjaga.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil dari praktikum dapat disimpulkan
bahwa :
1) Faktor perubahan suhu dapat mempengaruhi pada stabilitas
obat, dimana konstanta kecepatan reaksi akan naik, (pada suhu 40 C konstanta
kecepatan reaksi 5 dan pada suhu 75 C konstanta kecepatan reaksi 8), sehingga
kecepatan reaksi berbanding lurus dengan suhu, dan berbanding terbalik dengan
masa expire obat, dimana apabila konstanta kecepatan reaksi besar maka expire
obat akan semakin cepat, dan sebaliknya apabila konstanta kecepatan reaksi obat
kecil maka expire obat akan semakin lama.
2) Waktu kadaluarsa asetosal pada suhu 25 C yaitu 12 bulan.
Daftar Pustaka
Ansel,Howard C. 1985. Pengantar bentuk sediaan Farmasi Edisi
IV. UI press. Jakarta.
Martin.A,1993.Farmasi Fisika Edisi III,jilid II.
Indonesia. University Press.
Moechtar. 1989. Farmasi Fisika. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Sekian Semoga dapat bermanfaat dan dapat menginpirasi kalian.. salam farmasi......
Baca Juga ;
- Laporan Botani Tanaman Obat Di Manoko dengan Gambar Docx
- Laporan Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap) - New !!
- Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Disolusi - New !!
- Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap) - New !!
0 Response to "Laporan Uji Stabilitas Lengkap Farmasi "
Post a Comment