Laporan Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap)
Farmasi, Bertemu kembali kali ini saya akan membagikan hasil praktikum saya yang sebelumnnya saya telah menshare laporan tentang Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap) , kali ini saya akan membagikan laporan dengan judul :
Download :
[ Google Drive ] [ Mediafire ] [ Ziddu ] [ 4Shared ] [ Rapid Share ] [ Sharedbeast ] [ Dropbox ] [ Indowebster ] [ Tusfiles ]
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
FARMASI FISIKA
PENGARUH PELARUT CAMPUR TERHADAP KELARUTAN ZAT
LABOLATORIUM FARMASI FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2017
PERCOBAAN II
PENGARUH PELARUT CAMPUR TERHADAP
KELARUTAN ZAT
I. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
II. Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi pengaruh dari pelarut campur terhadap suatu kelarutan zat,
hingga dapat mempengaruhi nilai dari suatu kelarutan pada zat.
III. Dasar Teori
Kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dispersi molekuler homogen. Larutan dinyatakan dalam mili liter pelarut yang
dapat melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam
500 ml air. Kelarutan dapat pula dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas
dan persen(Genaro, 1990).Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai
sediaan “cair yangmengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaanya, tidak dimasukkan kedalam golonganproduk lainnya”.
Kelarutan suatu bahan dalam suatu pelarut tertentu menunjukkan konsentrasi
maksimum larutan yang dapat dibuat dari bahan dan pelarut tersebut. Bila suatu
pelarut pada suhu tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya
melarutkannya, larutan ini disebut larutan jenuh.Larutan jenuh adalah suatu
larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat
terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan
untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat jenuh adalah
suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak
daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat
terlarut yang tidak larut
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk kompleks ion sejenis dan
lain-lain (Delvina, 2011)
Dalam larutan terdapat pula senyawa polar dan nonpolar, Senyawa polar adalah
Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada
unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai
nilai keelektronegatifitas yang berbeda.
Ciri -ciri senyawa polar :
1. Dapat larut dalam air dan pelarut lain
2. Memiliki kutub + dan kutub -, akibatt idak meratanya distribusi electron
3. Memiliki pasangan elektron bebas ( bila bentuk molekul diketahui ) atau
memiliki perbedaan keelektronegatifan
Contoh alkohol, HCl, PCl3, H2O, N2O5. Senyawa non polar : Senyawa yang
terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang
membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai
elektronegatifitas yang sama/hampir sama.
Ciri-ciri senyawa non polar :
1. Tidak larut dalam air dan pelarut polar lain
2. Tidak memiliki kutub + dan kutub
3. Tidak memiliki pasangan elektron bebas ( bila bentuk molekul diketahui )
atau keelektronegatifannya sama.
Contoh : Cl2, PCl5, H2, N2.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan :
1. Buret Dan Statip
2. Erlenmeyer
3. Beaker Glass
4. Pipet Tetes
5. Pipet Volume
6. Ketras Saring
7. Corong Kaca
8. Gelas Ukur
9. Aquadest
10. Spatula
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan :
1. Alkohol
2. Propilen Glikol
3. Asetasol
4. NaOH
5. Indikator Fenolftalein
NO | Gambar Alat | Fungsi Alat |
1 | Buret Dan Statip | Alat untuk melakukan titrasi |
2 | Erlenmeyer | Untuk melarutkan zat hingga menjadi homogen |
3 | Beaker Glass | Wadah untuk menampung cairan atau larutan |
4 | Pipet Tetes | Untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil |
5 | Pipet Volume | Untuk mengambil larutan dlam skala 10 ml |
6 | Ketras Saring | Untuk menyaring larutan yang ada endapannya |
7 | Corong Kaca | Memasukan caitan ke dalam botol |
8 | Gelas Ukur | Untuk mengukur volume zat cair |
9 | Aquadest | Tempat aquadest |
10 | Spatula | Untuk mengambil bahan yang berbentuk padatan |
V. Prosedur Kerja
Cara kerja dalam percobaan :
1. Buat campuran pelarut seperti yang tetera pada tabel di bawah ini:
|
2. Larutkan asetasol sedikit-sedikit dalam masing-masing campuran pelarut sampai di dapat larutan yang jenuh. |
3. Kocok larutan dengan menggunakan orbital shaker selama 1 jam, jika ada endapan yang larut tambahkan lagi 1 gr asetasol sampai didapatkan larutan yang jenuh kembali. |
4. Saring, tentukan kadar asetasol yang larut dengan cara titrasi alkalimetri |
5. Buat kurva/grafik antara kelarutan asetasol dengan % pelarut |
VI. Data Pengamatan
1. Data hasil pengamatan
Percobaan Ke | Air
(%v/v) |
Alkohol
(%v/v) |
Propilenglikol
(%v/v) |
V NaOH
(ml) |
Kadar Asetosal (mg/ml) |
1 | 60 | 0 | 40 | 8,5 | 15,317 |
2 | 60 | 15 | 25 | 9,5 | 17,119 |
3 | 60 | 40 | 0 | 12,5 | 22,885 |
2. Analisis Data
Ć Percobaan 1
· mmol NaOH = mmol Asetosal
NNaOH = MNaOH X VNaOH
= 0,1 N X 8,5 ml
= 0,85 mmol = mmol Asetosal
· Massa Asetasol = mmol Asetosal X BM
= 0,85 mmol X 180,2 mg/mol
= 153,17 mg/10 ml
= 15,317 mg/ml
Ć Percobaan 2
· mmol NaOH = mmol Asetosal
= MNaOH X VNaOH
= 0,1 N X 9,5 ml
= 0,95 mmol = mmol Asetosal
· Massa Asetasol = mmol Asetosal X BM
= 0,95 mmol X 180,2 mg/mol
= 171,19 mg/10 ml
= 17,119 mg/ml
Ć Percobaan 3
· mmol NaOH = mmol Asetosal
NNaOH = MNaOH X VNaOH
= 0,1 N X 12,5 ml
= 1,25 mmol = mmol Asetosal
· Massa Asetasol = mmol Asetosal X BM
= 1,25 mmol X 180,2 mg/mol
= 228,85 mg/10 ml
= 22,885 mg/ml
VII. Pembahasan
Larutan dapat digolongkan sesuai dengan keadaan terjadinya zat terlarut dan
pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat kristal), ada sembilan
kemungkinan sifat campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut Larutan jenuh
adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase
padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan
yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. Larutan lewat
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih
banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur tertentu, terdapat juga zat
terlarut yang tidak larut (Martin. A, 1990).
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan mengenai pengaruh pelarut campur
terhadap kelarutan zat. Bahan yang akan kita campurkan yaitu ada air,
alkohol,dan propilenglikol,dan kita akan menentukan kadar asetosal dengan cara
titrasi alkalimetri. Langkah pertama yang kita lakukan yaitu dengan melarutkan
asetosal yang akan dilarutkan dalam volume air, alkohol dan propilenglikol yang
berbeda volume. Ada 3 percobaan yang kita praktikumkan, sesuai dengan tabel
dibawah :
Air (% v/v) | Alkohol (% v/v) | Propilenglikol (% v/v) |
60 | 0 | 40 |
60 | 15 | 25 |
60 | 40 | 0 |
Pada percobaan pertama :
30 ml air dan 20 ml propilenglikol dicampurkan kemudian ditambahkan asetosal,
semua campuran itu dikocok selama setengah jam hingga larutan jenuh dan timbul
endapan, jika campuran setelah dikocok secara mekanik masih berwarna bening,
ditambahkan asetosal terus menerus.
Percobaan kedua :
Juga dilakukan dengan campuran yang berbeda volumenya,yaitu :
30 ml air, 7,5 ml alkohol dan 12,5 ml propilenglikol luminal dan air 15 ml,
2,5 ml alkohol dan 7,5 ml propilenglikol kemudian ditambahkan asetosal
secukupnya dan dikocok sampai didapat larutan jenuh .
Percobaan ketiga :
Juga prinsipnya sama dengan percobaan sebelumnya, yaitu dengan volume
campuran yang berbeda. Yaitu : 30 ml air, dan 20 ml alkohol kemudian sama
ditambahkan dengan asetosal secukupnya dan dikocok hingga mendapat larutan
jenuh.
Setelah semua larutan dicampurkan kemudian kita menyaring tiap campuran
larutan dengan menggunakan kertas saring,dan larutan campur yang telah disaring
kita pakai untuk melakukan titrasi alkalimetri. Dimana titrasi alkalimetri ini
untuk menentukan kadar asetosal pada larutan campur tadi dengan titrasi
pembakuan NaoH. Pertama masukan NaOH yang sudah diketahui konsentrasinya ke
dalam buret, kami disini menggunakan NaOH 0,1 N.
Setelah itu masukan masing-masing pelarut campur kedalam labu erlenmeyer. Ada
3 macam pelarut campur yang berbeda konsentrasinya. Yaitu pelarut 1 air 60% dan
propilen glikol 40% ; pelarut ke 2 air 60%, alkohol 15% dan propilenglikol 25% ;
dan pelarut campur ke 3 yaitu air 60% dan alkohol 40%.
Setelah itu ambil masing-masing pelarut sebanyak 10 ml menggunakan pipet
volum, kemudian tambahkan indikator phenophtalein sebanyak 3 tetes lalu titrasi
masing-masing pelarut campur tersebut sampai di dapat titik akhir titrasi. Pada
pengamatan kami yang di dapat hasil titrasi yaitu warna pink muda. Sebagaimana
dalam teori disebutkan bahwa Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator
yaitu suatu zat yang ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan
dengan perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir
titrasi. Sesuai dengan pengamatan diatas,hasil dari titrasi yang pertama yaitu
Naoh yang terpakai sebanyak 8,5 ml dan massa asetosal sebanyak 15,317 mg
asetosal/ml. Jadi kadar asetosal didalam larutan tersebut sebanyak 15,317 mg/ml.
Kemudian percobaan yang ke-2 yaitu Naoh yang terpakai sebanyak 9,5 ml dan kadar
setosal yang ada pada larutan sebanyak 17,119 mg/ml. Kemudian percobaan yang
ke-3 Naoh yang terpakai lebih besar yaitu 12,7 ml. Dan kadar asetosal didalam
larutan tersebut sebanyak 22,885 mg/ml.
Hasil Dari masing-masing konsentrasi Asetosal dan % pelarut yang digunakan
maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak % alkohol dan 0% gliserin dengan %
air yang konstan maka konsentrasi Asetosal semakin banyak. Namun sebaliknya,
jika semakin banyak % gliserin dan 0% alkohol dengan % air yang konstan maka
konsentrasi Asam benzoat semakin sedikit atau berkurang. Jadi, pelarut campur
sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktkum yang telah kami lakukan,semakin banyak % alkohol dan 0%
propilenglikol dengan % air yang konstan maka konsentrasi Asetosal semakin
banyak.Namun sebaliknya, jika semakin banyak % propilenglikol dan 0% alkohol
dengan % air yang konstan maka konsentrasi Asetosal semakin sedikit atau
berkurang. Jadi, pelarut campur sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat.
Daftar Pustaka
Martin, A., Swarbrick, J.,dan Cammarata, A., 1990, Farmasi Fisika Buku I,
Jakarta : Universitas Indonesia Press.
[ Userscloud ] [ Zipyshare ] [[Fileload ] [ Upfile ] [ Drive ]
Baca Juga :
[ Userscloud ] [ Zipyshare ] [[Fileload ] [ Upfile ] [ Drive ]
Baca Juga :
- Laporan Mikromeritik Lengkap
- Laporan Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap)
- Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Disolusi
- Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap)
- Laporan Salep Tetrasiklin Lengkap Docx - New !!
By : Dede Taufiq
0 Response to "Laporan Pengaruh Pelarut Campur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap)"
Post a Comment