Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap)
Farmasi, Kali ini saya akan membagikan sebuah laporan hasil praktikum dalam mata kuliah farmafisika, seorang farmasi pasti pernah diajar dalam mata kuliah tersebut. berikut hasil dari laporannya :
Download :
[ Google Drive ] [ Mediafire ] [ Ziddu ] [ 4Shared ] [ Rapid Share ] [ Sharedbeast ] [ Dropbox ]
[ Indowebster ] [ Tusfiles ]
PERCOBAAN I
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP
KELARUTAN ZAT
I. Tujuan
Mahasiswa dapat menjelaskan dan membuktikan pengaruh temperatur
pada kelarutan zat.
II. Prinsip Percobaan
Penentuan kelarutan dari zat padat yaitu asam borat dan asam
benzoate pada suhu yang berbeda yaitu pada suhu kamar (40 dan pada suhu 60 ,
serta melakukan pengamatan secara visual terhadap perubahan dan larutan yang
akan dibuat secara teliti dan objektif kelarutannya.
III. Dasar Teori
Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif
sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu,
dan secara kualiltatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau
lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogen. (Martin ddk,1990).
Zat bentuk padat memiliki nilai kelarutan yang
berbeda-beda jadi jika suatu zat padat dimasukan pada pelarut (solven) dan
melewati batas ambang kelautan maka zat padat tersebut tidak akan larut pada
solvent.
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat
fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada temperatur,
tekanan, pH larutan dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal
terbaginya zat terlarut. Berdasarkan pada ketiga wujud gas, hanya gas dalam
cairan, cairan dalam cairan dan pada dalam cairan yang paling penting dalam
bidang farmasi. (Martin dkk, 1990)
Istilah | Bagian Pelarut yang dibutuhkan untuk
1 Bagian Zat Terlarut |
Sangat mudah larut | Kurang dari 1 bagian |
Mudah larut | 1 sampai 10 bagian |
Larut | 10 sampai 30 bagian |
Agak sukar larut | 30 sampai 100 bagian |
Sukar larut | 100 sampai 1.000 bagian |
Sangat sukar larut | 1.000 sampai 10.000 bagian |
Praktis tidak larut | Lebih dari 10.000 bagian |
Jenis- Jenis pelarut yang biasanya digunakan untuk melarutkan
antara lain :
1. Pelarut Polar
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh
polaritas dari pelarut, yaitu oleh dipol momennya. Pelarut polar melarutkan zat
terlarut ionik dan zat polar lain. Sesuai dengai itu air bercampur dengan
alkohol dalam segala perbandingan dan melarutkan gula dan polihidroksi lain. Air
melarutkan fenol, alkohol, aldehid, keton amina dan senyawa lain yang mengandung
oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan hidrogen dalam air.
2. Pelarut Non Polar
Aksi pelarut dari cairan non polar seperti
hidrokarbon berbeda dengan zat polar. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi
gaya tarik menarik antara ion elektrolit kuat dan lemah, karena tetapan
dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan
kovalen dan elektrolit dan berionisasi lemah karena pelarut non polar tidak
dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu, zat
terlarut ionik dan polar tidak dapat larut atau hanya dapat larut sedikit dalam
pelarut non polar. Tetapi senyawa non polar dapat melarutkan zat terlarut non
polar dengan tekanan yang sama melalui interaksi dipol induksi. Molekul zat
terlarut tetap berada dalam larutan dengan adanya sejenis gaya van der waals –
London lemah. Maka, minyak dan lemak larut dalam karbon tetraklorida, benzena
dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam pelarut non polar.
3. Pelarut Semipolar
Pelarut semipolar seperti keton dan alkohol dapat
menginduksi suatu derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar,
sehingga menjadi dapat larut dalam alkohol, contoh : benzena yang mudah dapat
dipolarisasikan kenyataannya senyawa semipolar dapat bertindak sebagai pelarut
perantara yang dapat menyebabkan bercampurnya cairan polar dan non polar (Martin
dkk, 1990).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat padat dalam
cairan antara lain :
1. Intensitas Pengadukan
Pada pengadukan yang rendah aliran bersifat pasif.
Zat padat tidak bergerak dan kecepatan pelarutan bergantung pada bagaimana
karakter zat padat tersebut menghambur dari dasar wadah. Zat padat dan
larutannya tidak berpindah ke atas sistem sehingga mempunyai perbedaan
konsentrasi. Pada pengadukan yang tinggi sistem menjadi turbulent. Gaya
sentrifugal dari putaran cairan mendorong partikel ke arah luar dan atas.
2. Suhu
Perubahan kelarutan suatu zat terlarut karena
pengaruh suhu erat hubungannya dengan panas pelarutan dari zat tersebut. Panas
pelarutan didefinisikan sebagai banyaknya panas yang dibebaskan atau diperlukan
apabila satu mol zat terlarut dilarutkan dalam dalam suatu pelarut untuk
menghasilkan satu larutan jenuh.
Kenaikan temperatur menaikkan kelarutan zat padat
yang mengabsorpsi panas (proses endotermik) apabila dilarutkan. Pengaruh
ini sesuai dengan asas LeChatelier, yang mengatakan bahwa sistem cenderung
menyesuaikan diri sendiri dengan cara yang sedemikian rupa sehingga akan melawan
suatu tantangan misalnya kenaikan temperatur. Sebaliknya jika proses pelarutan
eksoterm yaitu jika panas dilepaskan, temperatur larutan dan wadah terasa
hangat bila disentuh. Kelarutan dalam hal ini akan turun dengan naiknya
temperatur. Zat padat umumnya termasuk dalam kelompok senyawa yang menyerap
panas apabila dilarutkan.
3. Komposisi Cairan Pelarut
Seringkali zat pelarut lebih larut dalam campuran
pelarut daripada dalam satu pelarut saja. Gejala ini dikenal dengan melarut
bersama (kosolvensi) dan kombinasi pelarut menaikkan kelarutan dari zat terlarut
disebut kosolven.
4. Ukuran Partikel
Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh
terhadap ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel semakin besar kelarutan
suatu bahan obat.
5. pH (keasaman atau kebasaan)
obat adalah elektrolit lemah. Obat-obat ini
bereaksi dengan kelompok asam dan basa kuat serta dalam jarak pH tertentu berada
pada bentuk ion yang biasanya larut dalam air, sehingga jelaslah bahwa kelarutan
elektrolit lemah sangat dipengaruhi oleh pH larutan. (Martin dkk, 1990)
IV. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum :
- 1. Baskom
- 2. Batang Pengaduk
- 3. Botol Semprot
- 5. Corong Kaca
- 6. Erlemeyer
- 7. Gelas Kimia 100 ml
- 8. Gelas Ukur 100 ml
- 9. Gelas Ukur 50 ml
- 10. Kertas Saring
- 11. Kertas Timbang
- 12. Lap Kasar
- 13. Oven
- 14. Pipet Tetes
- 15. Sendok Tanduk
- 16. Termometer
- 17. Timbangan Analitik
- 18. Tissue
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum :
1. Aquades
2. Asam Benzoat
3. Asam Borat
Fungsi alat-alat yang digunakan dalam praktikum :
No | Alat | Fungsi |
1 | Baskom | Untuk menampung alat dan bahan |
2 | Batang Pengaduk | Untuk mengaduk larutan |
3 | Botol Semprot | Untuk membersihkan alat dan pengenceran larutan |
4 | Cawan Porselin | Untuk tempat memanasan bahan |
5 | Corong Kaca | Untuk memudahkan pemindahan larutan |
6 | Erlemeyer | Untuk mereaksikan larutan |
7 | Gelas Kimia 250 ml | Untuk menampung larutan |
8 | Gelas Ukur 100 ml | Untuk mengukur jumlah larutan |
9 | Kertas Saring | Untuk menyaring larutan |
10 | Pipet tetes | Untuk mengambil larutan dalam jumlah tetes |
12 | Lap Kasar | Untuk membersihkan alat |
13 | Oven | Untuk memanaskan bahan |
14 | Sendok Tanduk | Untuk mengambil serbuk |
15 | Termometer | Untuk mengukur suhu |
16 | Timbangan Analitik | Untuk menimbang bahan |
17 | Tissue | Untuk membersihkan alat
|
Langkah kerja percobaan pengaruh temperatur terhadap kelarutan zat :
- 1. Siapkan alat dan bahan
3. Dimasukkan dalam beker gelas yang ditambah air suling 150 ml.
4. Aduk selama 30 detik pada suhu kamar
5. Panaskan larutan untuk percobaan pada suhu 60
6. Turunkan, aduk selama 5 menit (pada suhu 45 dan 60 )
7. Disaring dengan kertas saring
8. Lipat dan masukkan kedalam cawan uap dan keringkan dalam oven 30 menit.
9. Timbang residu asam benzoate, hitung masing-masing kelarutan pada suhu 45 dan 60
10. Ulangi percobaan dengan asam borat sebanyak 4 gram dilarutkan 50 ml air
VI. Data Pengamatan
Pengaruh temperature terhadap kelarutan zat
1. Asam Benzoat Dilarutkan Dalam 150 ml
No Percobaan | Suhu ( ) | Berat Asam Benzoat (gram) | Berat Residu (gram) | Berat bobot terlarut | Waktu Pengeringan | Kelarutan (g/ml) |
1 | 40 | 0,5 gram | 0,38 gram | 0,12 gram | 30 menit | 0,8 x 10-3 |
2 | 40 | 0,5 gram | 0,06 gram | 0,44 gram | 30 menit | 2,93 x 10-3 |
3 | 60 | 0,5 gram | 0,09 gram | 0.41 gram | 30 menit | 2,73 x 10-3 |
4 | 60 | 0,5 gram | 0,0 gram | 0.5 gram | 30 menit | 3.33 x 10-3 |
Analisis data :
Berat bobot terlarut = Berat asam benzoat – Berat residu
a) Percobaan 1 pada suhu 40
Ø Berat bobot terlarut = 0,5 gram - 0,38 gram
= 0,12 gram
Ø Kelarutan =
= = 8 x 10-4 g/ml
b) Percobaan 2 pada suhu 40
Ø Berat bobot terlarut = 0,5 gram - 0,06 gram
= 0,44 gram
Ø Kelarutan =
= = 2,93 x 10-3 g/ml
· Rata-rata kelautan percobaan 1 dan 2 =
= = 1,865 x 10-3 g/ml
c) Percobaan 3 pada suhu 65
Ø Berat bobot terlarut = 0,5 gram - 0,09 gram
= 0,41 gram
Ø Kelarutan =
= = 2,73 x 10-3 g/ml
d) Percobaan 4 pada suhu 65
Ø Berat bobot terlarut = 0,5 gram - 0 gram
= 0,5 gram
Ø Kelarutan =
= = 3,33 x 10-3 g/ml
· Rata-rata kelautan percobaan 3 dan 4 =
= = 3,03 x 10-3 g/ml
2. Asam Borat Dilarutkan Dalam 50 ml
No Percobaan | Suhu ( ) | Berat Asam Benzoat (gram) | Berat Residu (gram) | Berat bobot terlarut | Waktu Pengeringan | Kelarutan (g/ml) |
1 | 40 | 4 gram | 1,91 gram | 2,09 gram | 30 menit | 4,18 x 10-2 |
2 | 40 | 4 gram | 1,70 gram | 2,30 gram | 30 menit | 4,6 x 10-2 |
3 | 60 | 4 gram | 0 gram | 4,00 gram | 30 menit | 8 x 10-2 |
4 | 60 | 4 gram | 0,41 gram | 3,59 gram | 30 menit | 7,18 x 10-2 |
Analisis data :
Berat bobot terlarut = Berat asam borat – Berat residu
a) Percobaan 1 pada suhu 40
Ø Berat bobot terlarut = 4 gram – 1.91 gram
= 2,09 gram
Ø Kelarutan =
= = 4,18 x 10-2 g/ml
b) Percobaan 2 pada suhu 40
Ø Berat bobot terlarut = 4 gram – 1,70 gram
= 2,3 gram
Ø Kelarutan =
= = 4,6 x 10-2 g/ml
· Rata-rata kelautan percobaan 1 dan 2 =
= = 4,39 x 10-2 g/ml
c) Percobaan 3 pada suhu 65
Ø Berat bobot terlarut = 4 gram - 0 gram
= 4 gram
Ø Kelarutan =
= = 8 x 10-2 g/ml
d) Percobaan 4 pada suhu 65
Ø Berat bobot terlarut = 4 gram – 0,41 gram
= 3,59 gram
Ø Kelarutan =
= = 7,18 x 10-2 g/ml
· Rata-rata kelautan percobaan 3 dan 4 =
= = 7,59 x 10-2 g/ml
VII. Pembahasan
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi suatu
kelarutan salah satunya yaitu pengaruh temperatur pada suatu pelarut terhadap
zat yang terlarut, dimana jika suatu larutan mengalami kenaikan suhu, molekul
didalam larutan akan mengalami pergerakan lebih cepat dari biasanya, dengan itu
kemungkinan saling bertumbukan antar molekul maka akan semakin besar sehingga
akan semakin cepat untuk bereaksi, dengan itu tujuan dari percobaan ini untuk
membuktikan pengaruh dari temperature terhadap kelarutan dengan suhu dan sampel
yang berbeda.
Pada percobaan ini, dilakukan dengan dua sempel
yang berbeda yaitu asam benzoate dan asam nitrat.
Asam benzoat yang digunakan sebanyak 0,5 gram yang
dilarutkan dalam 150 ml aquadest sedangkan asam borat ditimbang sebanyak 4 gram
yang dilarutkan dalam 50 ml aquadest, untuk mendapatkan hasil yang akurat setiap
sampel dilakukan penimbangan sebanyak tiga kali, kemudian masing-masing sampel
diaduk selama 30 detik untuk menghomogenkan larutannya. Setelah itu terdapat dua
perlakuan suhu yang berbeda pada setiap masing-masing sampel yaitu pada suhu
40°C dan 60°C, untuk suhu yang 40°C perlakunnya hanya diaduk saja tetapi berbeda
dengan suhu 60°C yang harus dipanaskan terlebih dahulu, setelahnya aduk selama 5
menit, itu berguna supaya serbuk yang ada didalam pelarut sudah benar-benar
tidak bisa larut lagi, sehingga ada yang tersisa serbuk di dalam solven atau
pelarut.
Untuk dapat memisahkan antara residu dan solven
masing-masing sampel dapat disaring menggunakan corong dan kertas saring, lalu
dikeringkan dalam oven selama 30 menit pada suhu 100°C. Alasan dilakukan pada
suhu 100°C supaya hanya zat residu yang menjadi sisa setelah di oven. Karena
pelarut yang digunakan yaitu air akan menguap pada suhu 100°C .
Timbang sisa residu tau endapan didapatkan hasil
untuk asam benzoat:
1. Pada suhu 40°C
Ø Percobaan 1 = 0,38 gram
Ø Percobaan 2 = 0,06 gram
2. Pada suhu 60°C
Ø Percobaan 1 = 0,09 gram
Ø Percobaan 2 = 0,00 gram (tidak ada sisa setelah di oven)
sedangkan hasil untuk asam borat adalah sebagai
berikut:
3. Pada suhu 40°C
Ø Percobaan 1 = 1,91 gram
Ø Percobaan 2 = 1,75 gram
4. Pada suhu 60°C
Ø Percobaan 1 = 0,00 gram (tidak ada sisa setelah di oven)
Ø Percobaan 2 = 0,41 gram
Dari hasil tersebut, terlihat bahwa residu (sisa
setelah di oven) pada asam benzoat lebih besar dibanding asam borat. Itu berarti
perbedaan jenis zat akan berpengaruh terhadap suatu kelarutan.
Setelah itu, dihitung kelarutannya dan didapatkan
hasil rata-rata kelarutan asam benzoat pada suhu 45°C adalah 1,865 x
10-3 mg/ml, dan pada suhu 60°C adalah 3,03 x 10-3 mg/ml.
Sedangkan rata-rata kelarutan asam borat pada suhu 45°C adalah 4,39 x
10-2 g/ml dan pada suhu 60°C adalah 7,59 x 10-2 g/ml.
Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin
sedikit sisa sampel setelah di oven menunjukan semakin banyak zat terlarut dan
nilai kelarutan pun semakin besar. Dapat disimpulakan pula semakin tinggi suhu
yang diberikan maka akan semakin cepat suatu larutan bereaksi, itu terbukti
bahwa pada suhu 60°C dengan sampel asam benzoate maupun asam borat memiliki
kelarutan yang besar dibandingkan dengan perlakuan pada suhu 40°C, jadi jika
semakin besar nilai kelarutan maka semakin larutan tersebut akan semakin mudah
melarutnya.
Jika membandingkan antara dua sampel tersebut asam
borat lebih larut dibandingkan asam benzoat, hal ini sesuai dengan teoritis,
bahwa asam borat merupakan senyawa yang larut dalam 20 bagian air sedangkan asam
benzoat larut dalam 350 bagian air. Sehingga dapat diketahui bahwa asam borat
lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan asam benzoat. Hal tersebut
terbukti pada percobaan ini, meskipun asam borat yang digunakan adalah 2 gram
dengan pelarut 50 ml mudah larut, jika dibandingkan dengan asam benzoat 0,5 gram
dengan pelarut yang lebih banyak dari asam benzoat yaitu 150 ml.
Menurut teori, semakin tinggi suhu maka akan
mempercepat kelarutan zat. Hal tersebut ternyata terbukti pada percobaan ini,
terlihat dari data nilai kelarutan antara suhu kamar, 45°C dan 60°C semakin
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa suhu memang mempengaruhi kelarutan, semakin
tinggi suhu maka semakin tinggi pula kelarutannya. Hal tersebut karena zat
padat, dalam hal ini asam benzoat dan asam borat bertambah larut bila suhunya
dinaikan, pada umumnya kenaikan suhu akan menambah kelarutan solute (zat
terlarut).
Perbedaan kelarutan antara asam benzoat dan asam
borat karena pada saat asam benzoat dilarutkan dengan air, terbentuk 2 fase
yaitu padatan (dari asam benzoat) dan cairan (dari H2O) atau dapat dikatakan
asam benzoat tidak larut air pada suhu kamar, baru setelah suhu dinaikan mulai
larut. Hal tersebut karena asam benzoat memiliki ikatan fenil atau cincin
benzena dan karbon yang berjumlah 7, sehingga memiliki berat molekul yang besar,
sehingga kemungkinan dilarutkan oleh air sangat kecil. Sedangkan asam borat
tidak memiliki atom C dan bobot molekulnya pun lebih kecil dibandingkan asam
benzoat, sehingga memungkinkan untuk mudah larut dalam air.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin tinggi suhu semakin besar nilai kelarutan suatu zat
Pada suhu 60°C lebih besar nilai kelarutannya dibandingkan
dengan suhu 40 °C.
2. Setiap zat memliki kelarutan yang berbeda-beda
Pada asam borat memiliki nilai kelarutan yang lebih besar di
bandingkan dengan asam benzoat
Martin, A., Swarbrick, J.,dan Cammarata, A., 1990, Farmasi Fisika Buku I, Jakarta : Universitas Indonesia Press
Moechtar., 1990, Farmasi Fisika, Yogyakarta : UGM Press
Sinko, P., 1990, Farmasi Fisika Buku II, Jakarta : Universitas Indonesia Press
Sekian Hasil Laporan Dari Hasil Praktikum, mahom maaf bila ada kesalahan,
Baca Juga :
- Laporan Botani Tanaman Obat Di Manoko dengan Gambar Docx
- Makalah Fotosintesis Lengkap Dengan Gambar (Docx) - New !!
- Makalah Sistem Tubuh Manusia Lengkap Dengan Gambar Docx
- Berhubungan Intim Saat Hamil
- Hormon Tiroid Lengkap
- Kandungan Asap Rokok Dan Bahayanya
By : Dede Taufiq
0 Response to "Laporan Pengaruh Temperatur Terhadap Kelarutan Zat (Lengkap)"
Post a Comment